こんばんわ!
Hay hay people!! Am I too long time not updating the journal?? Hehehe, actually I am not that busy attending classes or something more academic. I somehow quite often sleep in the class also. How can I be a good master... To make you clearly not be jealous of me that currently going abroad, I will tell you briefly about living overseas, especially in the country which is not too far from your home country, and the air fare to go back to your home country is relatively affordable.
Yap, aku nggak tau kenapa, kok lewat sebulan lebih disini, temen-temen makin banyak aja yang galau. Oke, kalo kata “galau” sudah hampir punah di Indonesia, maka di tanah perantauan ini kata itu masih ngetren, setara dengan, “Alhamdulillah yah, sesuatu’ banget”-nya Syahrini. Hehehe... Aku juga sempat terserang virus galau ini. Yang mendadak tau-tau badan seperti terserang angin puyuh, rasanya panas dingin nggak jelas, dan tau-tau ini tangan secara nggak sadar udah menggerakkan jari mengetik airasia.com dan kursor mulai mengarah ke search ticket dari Bangkok (BKK) ke Surabaya (SUB), dan klik klik klik... oooh, ada tiket yang “agak” murah untuk sekedar menghabiskan weekend di Surabaya!!! Fuufufu...
Sesungguhnya aku bukannya ingin membuang-buang uang untuk cuma sekedar balik ke Indonesia dan dalam waktu singkat kembali lagi ke Thailand. You all agree that time with family and beloved one is priceless, you cannot convert it into money or things. Bukan begitu sodara-sodara sekalian??
Dalam hitungan detik, saya mulai kalang kabut buat mengurus ini-itu untuk pemesanan tiket tersebut, takutnya, kalo telat sehari aja, kadang harga tiket udah beda jauh. Dan aku nggak mau menyesal. Secepatnya harus dapat tiket itu di tangan (yeah, actually cuma kode bookingnya doang siiih). Dan ternyata akun easy banking via internet-ku belum aktif, dan sialnya, udah ku-submit berkali-kali kok di reject juga. Mana pas itu weekend, banknya kan nggak buka, jadi nggak bisa langsung tanya ke bank. Eh, pas Seninnya kesana, sananya nggak tau. Aku telpon ke costumer service, si CS nyuruh aku balik lagi ke bank (mana pake bahasa Inggris-nya masih dengan logat Thai yang kental, dan masih bikin aku dobel setres buat menginterpretasinya). Sampai di bank, apa coba yang salah ternyata? TAHUN LAHIR SAYA 1987 MASEHI HARUSNYA DITULIS 2530 TAHUN THAI!!! Ampuuun... *ngelap keringet di dahi.
Akhirnya, Senin siang itu aku pun berhasil meraih sepotong tiket PP Bangkok-Surabaya untuk akhir Oktober. Sialnya, habis itu aku kok ya pake umuk sama temen-temen. Dan mulailah bermunculan badai kegalauan itu... terutama pada mereka-mereka yang sudah married dan punya anak (sebenernya mungkin udah lama ya, tapi baru ter-expose). “Dia yang baru pacaran aja udah galau pengen pulang, apalagi yang married ya…,” celetuk salah satu temanku sambil menunjuk ke arahku.
Hei hei hei... perlu ditegaskan disini, yang kukangenin itu bukan cuma pacar saya si Kamen Rider, mentang-mentang tujuannya ke Surabaya (bukan Jogja, my own home town), tapi lebih karena kebetulan mama juga sedang tinggal di Surabaya tiga bulan ini. So, sambil menyelam minum air, melepas rindu nggak hanya sama pacar, tapi juga keluarga, they’re so precious to me. Dan semoga, beasiswa segera cair yaaa, biar aku nggak merasa bersalah banget nih beli tiket nggak bilang-bilang ortu... hehhehe...
Oke, gelombang kegalauan dimulai dari sebuah spot ngopi di dalam kampus, namanya UFM. Rasa kopinya sih standar-standar aja, tapi memang harganya itu yang masih terjangkau banget untuk itungan mahasiswa kere macam saya, dan para mahasiswa Indonesia yang kebanyakan uang beasiswanya dihemat buat ditabung. Hahahaha... Dan biasanya berkumpullah kami di situ, sharing segalanya, kangen rindu tanah air dan terutama orang-orang tercinta. Nggak puas di UFM, pembahasan berlanjut di FB, masih tentang kegalauan. Hufff...
The decision to going abroad must be considered really well. Harus dipikirkan bener-bener. Sebenernya waktu awal berangkat kesini juga aku belum 100% siap, terutama soal funding, masih miskin semiskin-miskinnya, and the worst part was I’m still depending on my parents. Bener-bener nggak enak dan serba salah rasanya :( Semakin kesini, semakin bisa menyesuaikan pemasukan dengan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari plus biaya hedon (beli baju dan ngopi, hahaha). This is really a good experience for me to be far from family. Tapi nggak enaknya, ya itu... urusan kangen-kangenan. Nggak hanya sama si Kamen Rider, sama keluarga juga.
Okelah sekarang teknologi sungguh mengenakkan untuk siapapun yang sedang menjalani LDR (not Long Dick Reduction, but Long Distance Relationship, to make it clear), ada banyak pilihan, mulai dari e-mail, YM, FB, Twitter, Whatsapp, Skype and many more options. Masalahnya, salah paham juga bisa datang dari kemudahan itu sendiri, bisa yang teknis (koneksi putus-sambung, batre gampang drop, dll) maupun non teknis (telat bales karena ribet, nggak kebaca, HP ketinggalan, dll). Jujur aja, sejak disini, dan HP mulai nggak bisa diajak kerja sama (karena batrenya yang gampang tepar dan boros pulsa dan suka telat ngirim message), aku jadi jarang bawa HP. Mendingan sekalian pas lagi online di PC, koneksi stabil dan ngetik juga nyaman (setuju kan kalo kadang ngetik di HP itu blibet?). Urusan koneksi juga kadang nggak semulus jalan tol, biarpun jaringan internet di kampus tercinta ini bisa dibilang super cepat dan menyenangkan, tapi gimana nasib di negeri sendiri? Internet lambat macam sipuuuut! Marmos abis waktu lagi asik-asikan liat-liatan (Skype) sama si pacar atau melepas rindu sama papa-mama mendadak gambarnya berhenti, suara juga berhenti, dan muncul tulisan “There is internet connection problem between you two”, lalu terputus dengan enaknya. Damn! Sebel kuadrat! Dan kalo tiba saatnya internet kampus nge-down, bisa sehari semalam, bahkan sempat 2 hari putus-nyambung. Kesel kan? Kalo udah kayak gini, ya udah mending tidur aja atau baca-baca atau merajut (teteeeepp!). Haahaha... Another option, pake mobile online, tapi sama aja, koneksi lebih nggak stabil lagi, kirim YM hari ini nyampenya besok, pas dibales, sering dikira salah kirim, duh ampuuun... tobat saya. Bener juga kata-kata bijak para ortu, “Alah dulu belum ada HP atau internet, cuma pake surat-suratan nyatanya hubungan kami bisa langgeng,” yep, maybe I should try this way for my own relationship, but is it still appropriate for recent days?? HIDUP MERPATI POS!!! (dasar wong setres!)
Berada jauh dari orang-orang tercinta memang menimbulkan konflik batin yang luar biasa. Ada yang bisa mengatasinya dengan baik dan cepat, ada juga yang sulitnya bukan main. Makanya urusan yang satu ini sebaiknya diselesaikan sebelum berangkat, semua harus clear dan make sure there would be no problem if you left them for a while, dan juga buat diri sendiri, siap nggak untuk menghadapi kesendirian di negeri orang. Yaa, walaupun pada kenyataannya di sini juga aku nggak sendirian sih jadinya, saking banyaknya orang Indonesia juga di sini. Sampai ada ungkapan begini, “Kamu disini tuh ya, bukannya improve English, tapi basa Thai dan basa Jawa,” huakakakakak... Yeah, you will not alone. Orang Indonesia itu banyaaak, di setiap negara, carilah orang Indonesia, pasti ada deh at least satu, apalagi di negara-negara ASEAN, banyaaak! So you wouldn’t feel lonely anymore.
Tapi mungkin beda status beda juga tingkat homesick-nya, beda juga antara pria dan wanita. Dari pengalaman selama beberapa minggu disini, yang udah menikah (apalagi yang udah punya anak) lebih rentan homesick ketimbang yang single dan hobi jalan-jalan (lho?). Hahaha... iya lho, terbukti mutlak kalo jalan-jalan itu mengurangi tingkat stress secara signifikan. Makanya aku gimanapun caranya pasti weekend jalan-jalan, walaupun hanya ke Future Park (masih nggak kuat buat jalan-jalan jauh, still waiting for the scholarship to come :D). Kalo udah ada duit aja buat jalan-jalan jauh, dijamin, disini rasanya nggak bakal se-sumpek sekarang yang cuma bisa terkurung di kampus AIT, Khlong Luang. Semoga Dikti sedikit lebih pengertian pada para pekerjanya ini... Hahaha...!
Selain jalan-jalan, berteman juga bisa jadi obat melawan homesick. Bertemanlah sebanyak-banyaknya dengan orang asing, sebanyak yang kamu bisa. Gampang kok, waktu papasan jalan atau naik sepeda cuma senyum aja dan bilang, “How are you?”. Gitu aja, besoknya kalo ketemu lagi pasti dia bakal nanya balik, jadi temen deh. Bagus lagi kalo sempet ngobrol dan tanya-tanya backgroundnya, gimana negaranya, dan lain-lain. Bahan obrolan paling seru adalah tentang wisata di negaranya, dijamin dia bakal promosi abis-abisan deh. Dan kalo udah bosen, tinggal tutup pembicaraan dengan janji bakal ke negaranya suatu saat nanti (entah kapan sih... hehee). Tapi esensinya adalah semakin banyak teman semakin banyak yang bisa diajak sharing, dan nggak bakalan bosen, karena setiap orang itu berbeda, jadi ada yang bisa dieksplor (emang apaan??).
Ahh, tiket buat akhir Oktober sudah di tangan. Semoga bisa bermanfaat untuk me-recharge semangat belajar (dan jalan-jalan). Sekarang saatnya focus ke ujiam mid semester. Akh siaaaal!!! Makin dekat mid sem exam makin susah aja ni otak dimasukin bahan kuliah. Buku cuma ditumpuk di kasur dan dikelonin (emang ilmunya bisa masuk lewat tangan??) huhuhu... Semangat semangattt!!! Doakan saya bisa melewatinya dengan sukses yaa... at least I can pass it is enough... OSH!
モットガンバロー!
Untuk sahabatku yang memutuskan untuk melepas studinya hanya sampai disini, sebenernya aku merasa sayang dan sedih. But it’s all your choice, and you know what best for yourself and your family. But I will surely missing you when you’re not around anymore... See you again in our beloved home country! (hiks)