Wednesday, August 24, 2011

Chasing Scholarship #3

Yeaah!! Ini masih cerita bersambung dari kejar-kejaranku dengan Beasiswa Unggulan (BU) Dikti. Semalam aku mengantuk, jadi ceritanya kuteruskan lagi hari ini, kebetulan kuliah kosong, hihihi.

Setelah mendapat kembali paspor, dan juga dapat tiket (at least dapat kode booking-nya sih), aku pun segera mengurus surat ijin ke jurusan. Aku ke kantor Admission, ambil form, dan ngasihin ke administrator program studi-ku, Miss Vineeta. Untung dia baik, jadi urusan minta tanda tangan sama advisor-ku, Prof.Routray dia yang mintain, kiss kiss Vineeta!!!

Semua urusan keimigrasian kelar, urusan di kampus juga kelar, dokumen-dokumen yang musti dibawa juga kelar, lega rasanya. Tapiii… aku lupa kalo masih ada satu syarat lagi yang belum, foto 4x6 latar belakang putih. Sebel deh, sebenernya malam sebelumnya aku sudah edit pake sotosop, udah cantik dan oke. Baru kuinget, eh, mau cetak dimana ini? Kan disini nggak ada Photo Talk (tempat cetak foto langgananku di Jogja). Siaaal, masa aku harus ikutan ngantri jepret di potobox depan kantor admission? Aduh maluu. Ehm, untungnya sempat ketemu Pak Made, orang Indonesia yang satu dorm sama aku, beliau bilang katanya di deket Language Center itu ada tukang foto, nggak mahal pula, cuma 100 Baht, sama kayak di potobox. Maka, kucobain lah foto di situ. Lagi-lagi, aku selalu dikira orang Thai deh, tau-tau si bapak udah ngomong aja pake bahasa Thai, yang selalu kutangkis dengan, “I cannot speak Thai,”, “Sorry, I thought you’re Thai, you looks like Thai,” hedeeeh. Gimana hasil fotonya? Not bad laaah, walaupun mukaku jadi lebih masam dan nggak bisa aku sotosop!!! Hiks.

Hari kamis Pagi, aku nggak ada kuliah, dan (sorry) lagi nggak puasa. Aku pun cari sarapan ke cafeteria. Disana aku ketemu sama Pak Thiang, orang Indonesia juga, dan dikasih tau rute penghematan dari AIT ke Bandara Suvarnabhumi naik BTS. Wih, kedengerannya menarik kan? Aku pun mulai atur strategi, harus berangkat lebih dulu berjam-jam dari jam keberangkatan nih.

Barang-barang bawaan siap, titipin si Pinki (sepedaku) ke temen, dan aku pun berangkat!

Dari AIT, naik bis kuning nomor 29 ke Chatucak, di situ ada stasiun BTS Mo Chit. Dari Mo Chit lanjut naik BTS ke Phaya Thai. Dan dari Phaya Thai naik BTS Airport Link ke Bandara Suvarnabhumi dengan selamat, sehat sentausa. Bener lho, lebih hemat banget. Kalo naik taksi bisa sekitar 450 Baht, dan ini hanya 95 Baht, dan lebih seru pulaaa! (tapi tidak dianjurkan kalo lagi bawa barang bawaan banyak)

Sampai di Bandara Suvarnabhumi, masih jam 4. Padahal penerbanganku masih jam 8. So, aku pun meng-hedon lagi di bandara, makan pad thai/mi Thailand (sorry buat yang lagi puasa… ini cuma kebetulan aja pas itu aku lagi nggak puasa). Slruup. Sekitar jam 5 an baru aku self check-in. Dan menunggu lagi berjam-jam glundungan di bandara superluas itu dengan gejenya!

(pergejean di Bandara Suvarnabhumi)

(pad thai...slrup!)

(ada colokan charger!! Oh, serasa hidup kemabalii, hapenya)

Demi apa aku nyampe lagi di Indonesia tengah malam buta, ke Jakarta pula, bukan Jogja atau Surabaya… Semua demi BU Dikti! Hehehe, yeaa, demi beasiswa dan kelancaran studiku di masa depan. Hehehe. Sok imut deh. Tapi yang menyenangkan (dan sudah kuduga), papaku ikutan jemput! Fufuu… kangennya aku… mana papa bawa titipan mama, sekeranjang bumbu Bamboe buatku! Senaaangnya… Walaupun habis itu ternyata papa harus balik ke Jogja lagi.

Jumat siang, aku sudah siap pindahan ke hotel tempat acara pembekalan. Masih nggak ada bayangan juga acaranya bakal kayak apa, walaupun sudah dikasih rundown di undangannya, soalnya kok kayaknya bakal boring abis cuma dengerin presentasi. Ternyataaaa, boro-boro bosen, kita jadi kayak orang kalap aja, karena harus melengkapi dokumen ini-itu yang mana di undangan, pengumuman, maupun buku panduan nggak tercantum. Beberapa harus di-copy lagi, beberapa harus buat baru (contohnya bikin akun bank baru, yang bikin aku pusing, mana ada bank buka haris Sabtu? Minggu aku dah harus balik ke Thailand pula). So little time, so much things to be done. Huft… 

Menurutku beasiswa ini worth it juga, karena selain tuition dan registration fee dibayar penuh, duit living cost-nya juga cukup, bangeeeeett… bahkan bisa dipake jalan-jalan! Aku juga heran, kenapa bisa sebesar itu. Karena dari pengamatanku selama beberapa waktu di Thailand, dengan biaya segitu, aku yang aku pake cuma setengahnya untuk bertahan hidup di tengah kerasnya alam (halah). Dengan begitu, anak Indonesia yang sekolah di luar negeri nggak bakal nggembel lagi, hobi lirik-lirik barang bekas, dan jadi kurus saking hematnya. I am so lucky :)

Tapi, ini nggak dikasih begitu saja, ini pake uang rakyat, dan harus ada timbal-baliknya ke rakyat Indonesia. Konsekuensi dari menerima beasiswa ini adalah kita harus mengabdi kepada rakyat Indonesia sebagai dosen. Bagi mereka yang udah nyantol di universitasnya masing-masing sih asik-asik aja, lha saya… mau mengikat janji sama UGM aja udah kebentur IPK… :”( jadinya mau nggak mau mengabdinya kepada Dikti, dan harus rela ditempatkan di mana saja, termasuk di Indonesia timur. Yeeeaaah!!! Semangaat! (FYI, walaupun udah terikat dengan universitas tertentu, nggak menutup kemungkinan harus siap juga untuk menutup kekurangan SDM dosen di daerah lain. Hehehe… sami mawon to :D

Beberapa orang bilang, kenapa aku mau-maunya diikat sama beasiswa ini. Hm, selain karena aku juga belum punya ikatan pekerjaan sama instansi mana pun, setelah waktu 5 tahun mengabdi itu kan aku juga bebas menetukan jalanku sendiri. Mungkin meneruskan studi lagi ke jenjang PhD, atau jadi praktisi, atau lanjut jadi dosen. Semuanya ada di tanganku sendiri. Aku sih bismillah aja menandatangani beasiswa ini, semoga memang jalan yang terbaik.

Setelah dua hari berturut-turut ber-hectic ria bersama Dikti dan urusan kontrak-kontraknya yang super duper belum jelas, bahkan guarantee letter-ku pun belum keluar. Gimana aku mau ganti status funding di kampus nih kalo belum dapat GL? :( kalau nggak ada GL, nggak bisa ganti status, nggak ganti status nggak keluar invoice, nggak keluar invoice nggak cair pula beasiswa, snif. Semoga semuanya berjalan lancar seperti seharusnya. Eh, lucunya, aku sudah dibawakan SPPD lho, semacam surat perjalanan. Hihihi, berasa PNS aja :D

“Pokoknya, belajarlah sebaik-baiknya disana, bawalah ilmu buat bangsamu,” – Papa

“… Semangat belajar ya di sana. Pulanglah dengan bawa kebanggaan. Aku sayang kamu ;’)” – si Kamen Rider

So, now, I’m in Thailand again. Dunia kuliah dimulai kembali, dan kuakui kalau godaan untuk beralih dari focus disini tinggi banget. Temen-temen dari berbagai negara, yang menarik untuk bertukar cerita mengenai negara dan budaya masing-masing. Kalau nggak kuat, bisa aja kita kebawa. Disini semuanya free. Mau datang kuliah apa nggak, di kelas mau merhatikan atau tidur, mau pake baju sopan atau sexy, mau di kamar aja atau dugem, mau belajar atau hura-hura, the choice is all yours. Selain itu, banyak tempat yang menarik disini, ya nggak salah Thailand juga sih jadi negara kok asik banget. Ini godaan terbesar buatku yang hasrat travellingnya lebih tinggi daripada belajar. Harus pinter-pinter siasatinnya. Tahun ini focus lah sama kuliah, tahun depan dan habis graduation let’s explore Thailand and the countries around!!!

Bangkok again today... Good or bad, this is my country, I will be missing you Indonesia. Love you so much :D
Sunday at 1:10pm via TweetDeck · Privacy: ·  · 


---
PS: Thank you papa mama yang udah kasih surprise tiba-tiba nongol lagi di Jakarta, dan selimut batiknya yang super hangat dan nyaman membungkus tubuhku. Love you so much *kiss
---
SHARE: Informasi tentang Beasiswa Unggulan Dikti bisa dilihat di sini atau download buku panduannya di sini.


Tuesday, August 23, 2011

Chasing Scholarship #2

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri gajah!”

Itu semboyannya si Kamen Rider kalau nyemangatin aku. Hehehe… dan dalam rangka itu juga, diperlukan perjuangan yang nggak mudah buat menaklukkannya.

I had just back from Jakarta last Sunday. Here I am now, in Bangkok (coret) again, but now officially with different funding status. Yeaaaahh!!! I got the scholarship, yes, the Beasiswa Unggulan Dikti.

Kinda surprised when I saw my name was on the list. Sebenernya aku setiap hari ngecek website Dikti sih, dan sialnya adem ayem aja selama 2 minggu aku di Bangkok. Bikin aku gelisah nggak karuan. Kalo nggak dapet, aku harus bener-bener menjalankan Plan B nih, cari beasiswa on going yang ada di sini. Dan pasti bakalan ribet karena kedobel sama kegiatan kuliah yang bikin otakku almost exploding. Dan Alhamdulillah sungguh Allah maha pengasih lagi maha penyanyang, bahkan kepada umatnya yang satu ini…, bener-bener rezeki di bulan Ramadhan yang hebat! (sujud syukur)

Nggak tau kenapa, Dikti memang suka bikin kejutan buat peserta beasiswanya, kali ini pun pengumumannya sangat mendadak. Tanggal 15 Agustus, jam 8an malam, lagi asik nggarap tugas (sambil fesbukan tentunya :D), iseng ah “klik-klik website Dikti hari ini”. Sempat terhenyak beberapa detik stelah lihat ada update-an baru. “Pengumuman hasil wawancara penerima Beasiswa Unggulan S2/S3 Luar Negeri Dikti 2011”. Jantungku deg-degan makin cepet, rasanya seperti melihat pengumuman UM UGM 6 tahun lalu. Klik. Klik klik. Unduh unduh. Klik. Aku buka file PDF pengumumannya. Scroll, scroll, scroll… dan berhentilah di angka 30 lampiran pertama. Atrida Hadianti, UGM, AIT, Thailand, Technology, MS. THAT WAS ME!!!

Jantungku kayak mau lompat dari badan, aku teriak-teriak sendiri, loncat-loncat, koprol-koprol di kamarku yang sempit ini. Aku SMS papa, mama, adik, Kamen Rider, aku buzz YM, gtalk, tapi semuanya membisu. Aku heran, kenapa juga waktu kayak gini semuanya unavailable sih? Sejam aku cuma seneng-seneng sendiri, nggak lupa sujud syukur, memanjatkan segala puji bagi penciptaku. Dan kemudian si Kamen Rider mulai merespons, papa mamaku juga langsung telpon, ternyata di rumahku lagi heboh karena si Gajah (nama ikan koi) udah hampir mati, dan tadinya papa mama repot meresusitasi dia. Hmmh, Alhamdulillah dia selamat. Dan mereka pun juga seneng. Yeaaah, finally I made it. Berat lho beban pergi sekolah ke luar negeri dengan status self-support, rasanya kayak gimanaaa gitu. Dan satu lagi, rasanya nggak keren, karena selalu ada pertanyaan, “You already get scholarship?” atau “Beasiswanya dari mana?” dan aku cuma bisa senyum pahit, hiks.

Rupanya kesenengan saya nggak bisa berlangsung lama, karena terlampir pada surat yang sama, harus dikirimkan beberapa dokumen yang ampun banget susahnya (buatku disini). Surat ijin rektor atau kepala SDM…, lha aku kan masih belum terikat sama universitas mana pun. Ada teman UGM yang dapat beasiswa juga bilang bisa mengurus suratnya barengan. Hm, tapi apa ikatanku sama UGM sekarang, selain alumni? Lha buat jadi dosen di kampus sendiri IPK-ku nggak nyampe… (sedih). Belum lagi surat-surat kontrak yang harus tanda tangan di atas materai. Disini gimana cari materai cobaaaa?? Aku sampai muter-muter nyari orang-orang Indonesia di kampus ini, begging-begging buat ngasih materai. Ehh… ternyata dapet juga. Horeee! Maka lengkapkah sudah dokumen yang harus saya kirim. Udah tanya-tanya juga ke mail service di kampus, biayanya sekitar 250000 rupiah lah buat ngirim ke Indonesia. Alamak. Tapi nggak apa-apa, demiiii… :D

Oke, jadi ceritanya dokumen udah siap kirim nih, insya Allah sebelum tanggal 22 udah sampai ke Jakarta. Eladalah, tau-tau aku (iseng) buka website Dikti lagi, kok ada undangan pembekalan, dan nampaknya wajib datang. Piye iki? Aku tanya ortu, dan mereka bilang penting buatku datang. Hmm, nggak segampang itu sebenernya buat bolak-balik keluar masuk Thailand seenak jidat. Diperlukan ketenangan dan kejernihan pikiran. Nggak percaya? Simak kehebohanku ini.

Oke, itu hari Selasa malam, aku bingung menentukan harus ke Jakarta apa nggak. Dan udah agak malam juga ketika ortuku mantep member keputusan “Kamu harus ke Jakarta,”. Oke, dan aku pun segera connect ke internet, airasia.com. Sialnya, 48 jam sebelum keberangkatan udah ditutup online bookingnya. Aku stress semalaman!

Besoknya, dengan nasib tiket masih terlunta-lunta, aku nekat ke GRU, bikin permohonan buat ambil passport. Disuruh isi form ini-itu, dan menunggu buat ke imigrasi untuk visa re-entry. Dan hari itu aku terdampar di Ayutthaya bersama rombongan keluarga dari Pakistan!! Bukan jalan-jalan liatin kotanya yang kuno dan eksotis, tapi totally doing nothing, cuma duduk dan ngobrol-ngobrol aja di depan kantor imigrasi. Sampai hampir dua jam ‘tenguk-tenguk’ geje seratus persen, si ibu GRU keluar menenteng paspor kami semua dan mengajak pulang ke kampus. HAAAAH? Gini doang?? :o (lesson learned: lain kali bawalah buku, majalah, TTS atau benang dan hakpen sebelum mengurus visa re-entry). 

(kantor imigrasi di Ayutthaya)

(adik-adik Pakistan yang lucu-lucu...)

(pemandangan di depan kantor imigrasi)


Kabar gembiranya, akhirnya dapat juga tiket PP Bangkok-Jakarta! Alhamdulillah… kalau memang jodoh, lancarkanlah jalanku ya Allah…, tinggal selangkah lagi, mendekat dunk jodohku… Hehehe.

And the journey continue...

---
Previous story Chasing Scholarship #1

Friday, August 12, 2011

Weekend to Bangkok!




Sawadee Kaa!!

Hay hay, this Friday is a national holiday here, in Thailand, due to HM Queen's birthday. Though AIT is international institute, it still follows national calendar. Hmm, this is good, as for me :P

So, me and my friends planned to explore Bangkok by trying the mass transport. Ahh, actually my campus location is in Bangkok sub urban area, so both BTS and MRT are not reach our place.

And here is our route:

AIT - Future Park - Chatuchak Park / Mo Chit (BTS) - Siam - National Stadium - Sala Daeng / Silom (transfer to MRT) - Chatuchak Park - Rangsit / Thammasat / AIT

It was so fun, but also tiring, but I loved it. Hahaha...

Is there any MP ers currently live in Bangkok?? :)

Harus segera kuakhiri gaya hidup yang buruk ini, tidur larut malam sungguh tidak baik untuk kesehatan!!! Terutama saat jauh dari keluarga :D semangattt!!!

Around AIT




Sawadee kaa!

Here I am now, at Asian Institute of Technology (AIT) which located in Khlong Luang, Pathumthani, Thailand. This is an international institute, and most of the students here comes from various countries, not only around Asia, but also Europe, Amerika and also Afrika.

Though maybe the buildings are a bit older than my previous campus in Gadjah Mada University/UGM (Yogyakarta, Indonesia), but the environment surround is really good, green and fresh air, that's why I become fall for this campus (after I came here). Also, you can see several wildlife here, couple days ago I saw biawak crossing my way, I was so amazed and only freezed on my bike and let the biawak passing trough. Hihihi...

I live in a standard dorm, the cheapest and most minumum facility dormitory, because I wasn't lucky enough in dorm lottery. But, I don't know, as time goes by, this room become more homy and I consider to stay here. Besides, the location is really good: near the campus buildings, and any other facilities like 108, grocery, bank, administration building, and gate 1. If there's no problem (include bathroom sharing), I would really stay here :D hehehe!

Greetings from Bangkok!
And this is my new campus life :)

Wednesday, August 3, 2011

Halfway to Thai

Ohayou!!

This is a part of my way to Thailand. I'm in Surabaya now. Yes, I chose a direct flight from Surabaya to Bangkok. Ahh... You may think that I only want to visit my boyfriend first before leaving for Thailand. Yup, not completely wrong thought, besides the fact that air fare from Surabaya is cheaper than from Jakarta :D

I took a flight from Jogja yesterday morning, 6AM, and arrived in Surabaya at 7:15AM. And as usual it took longer time in waiting for my baggage before leaving the airport. Uh wew.

As I travel alone, I have to handle all my luggage by myself. So I packed all my stuffs in 3 bags: suitcase, backpack and sling bag, and order the stuffs by need. So that I could easily handle them. I want to share my packing list afterward, maybe someday you need it too, in case you have to travel overseas for study :)

Surabaya, still, the heat and especially the mosquitos are suffering me. I don't know why it always like that. My cousins put a fan in his room (that I use) and also spray a lot of insect killer, but it still doesn't work!! Ok, but I should say in this case, mosquitos in Jakarta is more more immune than those in Surabaya, Jakarta mosquitos are mutans!! Hahaha...

Last night, I visited my boyfriend Kamen Rider's house to have Tarawih and dinner with his family. Again, I still couldn't belive that I am now in this level of happiness. If I remember how slumped I was in last year, I become very grateful I could pass the hard time and running my life with the optimistic hopes and dreams. His family is really kind to me, they also support me to get the master degree. I hope someday I could really be a part o the family. Amin.

I'm still in Surabaya today, my parents are planning to come this afternoon. And tomorrow afternoon I'll be leaving for Suvarnabhumi from Juanda. Wish my trip going all okay :)