Saturday, April 14, 2012

Songkran at Ko Kret




Sawadeekaa!

How are you all...? Hehehe... I've just spent my Songkran holiday at Ko Kret, a small island in Chao Phraya river. This is an island that is famous with the pottery handicrafts. Hmm, sounds like Kasongan village in my hometown Yogyakarta. It's not fair to compare between them, but in my opinion, it a lot better in Kasongan than in here.

But since I spent the Songkran day in here, I will tell you more about my trip here.

It was recommended by my friend, Anne, because I told her that I won't spend Songkran day in Khaosan Road or Silom. It woul be very crowded and a lot of people there, I personally doesn't like crowd. So, I took her recommendation and went there.

I looked for the way to get there by searching in internet, and to go there by mass transport in Bangkok (BKK), in order to save more transport fare. The route can be found here: www.­transitbangkok.­com

You can going around the island by rented bicycle, and you'll find yourself so wet because many people (esp KIDS) will throw you water and touch your cheek with melted powder. Hehhee....


Songkran at Ko Kret-20120413

Expenses info (in Baht):

AIT - Victory Monument (Bus No 29) : 20
Victory Monument - Pak Kret (Bus No 166) : 18
Pak Kret - Pier : 10
Pier - Ko Kret : 2
Rent bicycle (one day) : 40

Ko Kret - Pier : 2
Pier - Pak Kret : 10
Pak Kret - Victory Monument : 18
Victory Monument - AIT (by Thammasat van) : 30

Others:

Foods and drinks: 20 - 30
Small ceramics: 5
T-shirt: 150 - 200

Haven’t Met You Yet

Hello Sunshine!

First of all, I will wish you HAPPY SONGKRAN today, yup, we’re having Songkran day here in Thailand, it is a Thai new year, and as I know it is also celebrated in many countries. People, especially kids are all throwing water to people, I also got wet today, but it was so fun.

A new year, new spirit, new story :)
And this is a new phase of my life.

I

Will

Get

Married

He? Me?

Yes. Me.

Hehehe, sebenernya agak salting juga sama hal seperti ini, geli rasanya membayangkan seorang aku, yang rasanya masih bocah ingusan dan nggak jelas seperti ini, akan menikah. Kalo soal umur sih, semuanya pasti bakal merasa wajar aja, udah segini, walaupun disini  (Thailand) temen-temen pada kaget dan bereaksi “You’re so young to get married!”, yoi mbakyu... aku sama dia emang sama-sama masih muda sih, padahal di kampung halaman temen-temen kami udah lama pada nikah dan punya anak, bahkan udah 3 anaknya! Hzz.

This is such a very big decision I ever made in my life.

Rasanya udah berkali-kali aku ngobrol dengan diriku sendiri perkara ini, kalo nggak percaya lihat aja di posting-posting sebelum-sebelumnya dari Juli 2009 :p Feels like it’s still a long long way to go for marriage, seperti itu adalah hal yang mengerikan untuk dijalani. Yup jujur memang ada sedikit rasa takut buat menjalaninya nanti.

Ini bukan soal gimana persiapan dan acara nikahannya, tapi gimana aku bakal menjalani kehidupan pernikahan dengan seorang pria yang masih dirahasiakan (halaaaah!! Semua juga tau), sepanjang hidupku, hanya dengan dia. Dan nggak hanya dengan dia seorang aja, tapi bakal ditambah tanggung jawab dengan anak-anak yang nggak cuma lucu dan menggemaskan, tapi kadang juga merepotkan.

Kalo soal persiapan seremoninya aja sih walaupun rempong, tapi masih bisa di-handle lah, atau bagi tugas sama anggota keluarga, tapi kalo soal kehidupan sesudahnya, yang mana ini jauh lebih penting daripada prosesinya, itu purely di handle sama diri sendiri dan pasangan. Kalo nggak kompak, ujung-ujungnya bubar jalan. Rugi bakar duit buat upacaranya deeeh…

Why with him?

Ada beberapa hal yang kutakuti dari pernikahan, kekerasan dalam rumah tangga dan hilangnya kebebasan mengembangkan diri. Memilih pasangan memang bukan seperti memilih kucing dalam karung yang cuma milih dengan dengerin “meong” nya aja. Harus jeli dan hati-hati. Tapi aku pun juga hanya manusia biasa, yang nggak punya kekuatan super untuk membaca pikiran orang lain, apalagi melihat masa depan. Mana tau aku apa yang dia pikirkan dan apa yang bakal terjadi di depan nanti. Hanya dengan bismillahirrahmanirrahim, semoga dia adalah pilihan yang terrrrrr baik :)

Time passed so fast, even I still too tired to follow its speed, I must flow with it. And it takes me to this stage.

Kadang aku merasa, aaah kenapa aku nggak ketemu dia dari dulu aja kalo endingnya juga bakal sama dia, kan keren tuh kalo pacaran lama, 5 tahun 10 tahun, lha ini pacaran baru setahun, udah mau nikah aja. Kenapa jugaaa jaman dulu aku galau-galau nggak karuan gara-gara kisah cintaku yang kandas berkali-kali ya. Hehehe…, Allah selalu punya cara yang unik buat mempertemukan seorang manusia dengan jodohnya (manusia juga :D). 

Beberapa hari lalu si Kamen Rider bertanya, “Kenapa mereka ninggalin kamu ya?” (merujuk ke mantan-mantan pacar) dengan herannya. Aku sendiri nggak tau jawabannya. Kalo kucoba jawab, yang ada juga bakalannya aku ngerasa kalo aku yang nggak kompeten sebagai pasangan, terlalu cuek, sibuk dengan duniaku sendiri, keras kepala, dan lain sebagainya, ujungnya kok malah menyalahkan diri sendiri. Nggak sehat ah. 

Dulu, bukannya orangnya nggak punya spek yang oke. Ganteng iya, sekolah oke iya, nyambung iya, tapi kok berantem terus… jawabannya ya karena memang nggak jodoh. Buktinya, mereka sekarang punya pasangan lagi, menikah, dan punya anak, mereka jadi suami dan ayah yang baik kok, tapi bukan denganku. I am really happy for them, and somehow jealous with how they can do the relationship that well.

But hey, now I also have the good relationship, and I’m really happy. Bertemu dengan dia di waktu yang tepat. Setelah kami berdua sama-sama menjalani proses pendewasaan masing-masing. Yaa walaupun rasanya sampai sekarang kami masih belum merasa dewasa juga sih. Hihihi... But at least, kami bertemu saat kami menjadi seperti sekarang ini. Aku merasa sedikt banyak aku pun berubah dalam pemikiran, sedikit menggeser ego, and let the love flowing with its way. With him, I just do my best. “For this time, I'm not giving him any "terms and conditions", and even expect anything from the relationship. Just shares love and care, laugh and cry together with him.” And it really going so good for me and him. Love is like flowing, and without too much expectation, it is flowing to the good ending, and I wish it would be come true.

I never knew if I will end up with him like this, akan menjalani hidup bersama sahabat sekaligus kekasih. Ketakutan-ketakutan yang pernah hinggap dalam pikiranku sedikit-sedikit terhapus dan lenyap. Menikah bukan berarti terkurung dan nggak bebas lagi mengembangkan diri dan meraih cita-cita, setinggi dan seaneh apapun keinginanku. It feels so wonderful when I met someone who wants to understand me the way I am, and I’m no hesitation to understand him as I can :) Nah, gitu kan enak to, nggak ada yang merasa terpaksa atau dipaksa dalam menjalaninya. Buatku, mencintai seseorang, memberikan perhatian dan kasih sayang dengan tetap menjadi diri sendiri itu rasanya jauh lebih menyenangkan ketimbang jadi orang lain untuk menyenangkan pasangan tapi diri sendiri nggak seneng, akhirnya malah nggak enak juga. 

I wish I can also comfort him like the way he comfort me, giving me secure in feeling and make me feel loved...

“Kita cuma perantau, dan perantau suatu saat akan kembali pulang ke rumah.
Jika dirimu memang perantau, suatu saat jadikan aku rumah sebagai tempatmu kembali :)”
- Aria Sungsang Nir Prahara