Monday, February 28, 2011

Galau

Hay hay hay friends!!
How are you all?
(kayanya ini kok jadi greeting default-ku ya? Hehehe)


Hehehe, berhubung kata “galau” lagi ngetrend buat merujuk pada perasaan mellow mendayu-dayu, maka kata itu hari ini kugunakan  sebagai judul untuk mengungkapkan kegundahanku terhadap perasaan yang tak kunjung berbalas ini (hyaaah, kayak apa aja).

Hmfh, sebenarnya ini bukan hal yang kupikirkan baru-baru aja, bukan karena jobless lantaran habis lulus belum nyantol di suatu institusi yang bersedia mempekerjakan seekor kucing berwarna pink, atau karena kemarin wisuda jadi kasta kedua akibat males cari pasangan buat dijadikan PW (pendamping wisuda). Yah, entahlah, kenapa ya, kok akhirnya aku merasakan juga rindu disayangi seseorang yang secara jelas cinta sama aku sebagai pasangan, dan (of course) aku juga cinta sama dia.

Kalau mau sok laku, ada sih yang suka sama aku (sepertinya), dan ada juga yang pernah nembak aku dalam 3 bulan terakhir ini. “Kenapa nggak kamu terima aja dia?” tanya temanku. Huf..., kalo mau dijawab, sebenernya simple banget, “Aku nggak sreg aja sama dia,”. Tapi apa sih yang membuat aku nggak sreg, padahal ada orang yang jelas-jelas jatuh cinta sama aku, dengan kriteria yang oke pula, why not?

Love is like a chemistry theory.

Sebenernya pernah aku ungkapin hal ini di blog lamaku di Friendster, jadul banget ya? :D Cinta bukan soal orang itu sesuai apa enggak dengan criteria yang kutetapkan, tapi juga soal reaksi kimia yang diatur oleh suatu sistem yang bekerja secara tak sadar. Kalau that damn (handsome) boys SM*SH pernah bilang, “Kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu...,” nah, perasaan itu yang aku cari! Perasaan yang enggak tau kenapa tiba-tiba deg-degan ketika sama dia, nggak tau kenapa muka jadi merah dan rasanya panas seperti darahku tiba-tiba mengalir deras hanya ketika memikirkan dia, dan tiba-tiba jadi salting karena otak sama badan koordinasinya jadi kacau gara-gara dia. And as I said before, “Dahsyatnya perasaan diinginkan itu seperti candu meracun jiwa,” ketika disayangi seseorang, rasanya nggak ingin melepaskan rasa disayangi itu...

Oke, boleh lah kalau kalian mau bilang aku klise, tapi begitulah aku apa adanya. Aku tetep cewe biasa aja yang seneng kalau disayangi dan bisa nangis kalau ditinggal pergi.

Huft, kenapa pula di tengah-tengah hecticnya aku merencanakan masa depan, aku masih sempet mikir masalah ginian ya... Honestly, I really want to draw a future with someone I love the most. Seriously. I dream (and also plan) to be a (ehm) lecturer, someday. And one of my professor question was, “Kamu udah ada calon belum?”. Aku bengong, “Calon apa, Pak?” tanyaku. “Calon suami, Mbak,” jawab beliau sambil ketawa. Aku tambah bengong, beneran, kupikir maksudnya adalah calon perusahaan atau institusi untuk kerja setelah lulus. Heran kan? Kenapa pula ditanyain kaya gitu. Kalau lagi punya pasangan sih aku bisa jawab “iya” sambil cengengesan plus pipi bersemu merah. Tapi ini? Mukaku langsung ungu dan ada garis-garis vertikalnya (onion head mode on), “Emmm... belum pak, kenapa ya?” tanyaku balik.


Jadi gini, untuk jadi pengajar itu kan harus shettle, nah kebanyakan dosen perempuan yang awalnya masih single terus nikah itu pada mengundurkan diri karena mengikuti suami. Yup, that’s life, harus memilih mana yang jadi prioritas, kan? Bukannya aku menomorduakan urusan asmara, tapi kondisi eksistingnya aku juga masih belum ada pasangan, gimana aku bisa memastikannya? Budhe-ku sampai berpesan-pesan, “Yaa, kamu boleh lah mengejar cita-cita, tapi jangan lupa pacaran dan nikah ya...,” eeeh?

That’s the point I think I need someone to draw a future with.


Aku begini adanya, hanya gadis biasa yang (kadang-kadang) aneh dan punya banyak mimpi. Dan satu diantara mimpiku itu adalah mempunyai pasangan yang bisa kuajak bermimpi bersama dan melangkah mewujudkan mimpi-mimpi itu bersama. Not to be selfish, and being great only for myself, but TO BE GREAT TOGETHER.

I hope someday, he (whoever) would feel so lucky to be chosen by me :)


Thursday, February 24, 2011

My Graduation Day

Hay friends!!!

Finally, as written in the title, I officially graduated from Gadjah Mada University in February 23rd 2011. I’m so happy, finally I made it, after studied for 4 years and almost a year struggling on the final project. And now I got 2 characters added after my name:


Atrida Hadianti, S.T.



I am now really an engineer!


I believe that this is not the end of my life journey, but a beginning of the new journey. The real hardship would come after this, and I (should) get ready to face it all. I must fight with all competencies I got, no more depending on friends or even family. I had so many plans spinning on my mind and I have to arrange the ideas into the real great plan of my future life. Step by step, little by little, I want to fulfill my big dreams to be come true :)

将来 の ため に, 生活 の ため に!!!
For the future, FOR LIFE!!!



The graduation rituals:

Farewell Ceremony in Department of Architecture and Planning,
Faculty of Engineering, UGM


Me, between Prof. Bambang Hari Wibisono and Prof. Sudaryono, they're like father to me. I really proud to be their pupil, they're inspiring me much, and someday I want to like them (or even greater) to make them proud :)

Me between my "fathers", can you guess who's my real father? Hehe, in the left side is the head of the department, Mr. Yoyok, and in the right is my father. They really looks alike, aren't they?

Me, and 2 of my closest classmates, Munir and Ayiek.
I wish they graduate so soon in May!

Me and my parents in house, I really glad I could make them proud

With my sister, she's the one I love the most, and her great support helped me much to reach this stage *kisses for her*



Graduation Ceremony in Grha Sabha Pramana, UGM


With friends before the ceremony started

This is actually me and my bestfriend graduation. I'm happy I could graduate together with him. Finally, we made it!

With Prof. Bambang Hari Wibisono, my final project lecturer. He helps me a lot with his patience and motivations. On the same day, his daughter is also graduated from Architecture and got cum laude. Congratulation!!!

With 2 of my kouhai/juniors, Momo (left) and Rabian (right)

With my family in Tugu Teknik, Faculty of Engineering, UGM

With Pak Gatot, my family driver assistant, he helps a lot to drive me everywhere...

My family: Mama, Me, Sister and Papa

Me and my sister

Surprisingly, my family gave me this as a present for my graduation! Can you believe that this is the first regional planning design I've made when I was in elementary school? And now I become an urban planner. Amazing, right? I was so speechless when I receive this. This is too precious!


Monday, February 14, 2011

Wah, kok ga ada coklat #monggo nyangkut ke rumahku hari ini ya? (ngarep!)

A Hectic Weekend: 2 Stages in 2 Cities

Yeah…! As I posted before, last Sunday I was performed twice in 2 cities. Sounds so “wow” isn’t it? But it’s not as great as it sounds, actually, hehehe.

Oke, cerita kita mulai dari pengumuman lolosnya band dimana aku mengisi vocalnya, Wit Ringin (namanya nggak nJepang banget ya?), ke babak final bersama 7 band lainnya di acara J-Band Competition untuk event “Valentine ni Wakai Inochi” di SMA Sang Timur. (Heran, judul acara jejepangan sekarang makin panjang dan sulit dieja aja, ckckckck…)

Dan event itu ternyata harinya bertabrakan dengan event “Solo K-Pop Explosion Festival” (kalo nggak salah judulnya ini) di Solo, yang mana aku udah “dikontrak mati” oleh Jjang Kewerr Parody (JKP), komunitas dance kokorean, untuk tampil di acara itu. Mati beneran aku! Mau nggak mau otak langsung ribet meng-estimasi alokasi waktu buat masing-masing acara. Event di Solo udah jelas jadwalnya, dapet jam 13.00. Tapi yang di Jogja ini? Nasib band seleksi, jadwal terkatung-katung.

Oke, akhirnya setelah TM, itupun H-2, kami dapet jadwal maen jam 10.45 (di rundown). Wah, siaaaal, mepet banget buat perjalanan Jogja-Solo. Belum lagi kalo pake molor-molor segala. Hufff... Tapi okelah, I decided to take the risks, nggak mungkin juga ngelepas yang di Solo, kontrak udah dateng duluan, dan nggak mungkin juga ngelepas yang di Jogja, masa pake ribet cari additional vocal (padune nggak mau digantiin, hahaha).

Selanjutnya, aku menyusun strategi (plus rutenya) sedemikian rupa. Pagi jam 9.30 janjian kumpul di Sang Timur – 10.45 manggung band – 11.00 langsung berangkat ke Solo – 12.30 nyampe Solo – 13.00 manggung dance di Solo. Sip deh, perfect banget rencananya. Hehehe...

H-1. Aku kok jadi deg-degan yaa? Aku udah lama nggak manggung band, jadi agak demam panggung juga. Gimana ya kalo nyanyiku jelek, gimana ya kalo ada salah-salah lirik (penyakit kronisku ini: suka lupa lirik), gimana ya kalo nggak ada yang nonton, dan gimana ya kalo nggak juara. Hahaha! Sial, intinya, aku disergap demam panggung parah deh. Kalo soal dance, aku malah nyantai, salah-salah nggak papa deh, masih ada banyak orang di panggung. Kalo band kan cuma ada 4 ekor, dan aku jadi front-girl nya pula. Hiks... Akhirnya setelah berjam-jam gelibak-gelibek gak jelas, aku pun men-sugesti diri dengan: “Udahlah, kan kamu manggung bukan cari menang to?”, kemudian tidur pulas terngiler-ngiler.

Paginya, bangun jam 5, shalat subuh, tidur lagi. Pules banget. Tau-tau alarm bunyi udah jam 7, dan di HP udah ada 3 ekor SMS dari sahabatku, ternyata dia tadi ke rumahku buat ngasih oleh-oleh, tapi akunya nggak bangun-bangun, “Hadeh, susahnya bangunin kamu, oleh-olehnya aku cantelin di pager ya,” WAAAKK? Aku pun buru-buru bangun dan liat ke pager, taraaah... tercantel lah seplastik oleh-oleh dengan indahnya di pager! Arigatou... (terharu)

Sebenernya masih agak menyesal juga nggak bisa ketemu dia, mau gimana-gimana, dia biasanya bisa ngasih suntikan semangat yang efeknya luar biasa banget buat jadi energy and self-confidence booster, terutama di hari-hari kaya gini. A bit sad in the morning, pertanda buruk :(

Jam 7an aku sudah mandi, siap-siapin kostum manggung band dan dance, plus accesoriesnya, masukin semuanya ke ransel. Jam 8an, makan, dandan-dandan, warming up sekaligus cek vocal (yang sialnya agak parau gara-gara hampir terkena flu) sambil dengerin video latihan. Jam 9 berangkat dari rumahku di Prambanan menuju SMA Sang Timur di daerah Batikan (tengah kota tuh).

Sampai di Sang Timur jam setengah 10, ternyata temen-temen masih pada otw. Hadeeh... krik-krik banget rasanya gelisah tak menentu menunggu mereka (halah). Jam 10 mereka baru nyampe, dan langsung cek in ke ruang transit. Ketemu temen-temen seperjuangan band-band-an jaman dulu. Entah kenapa ya, aku ngerasa event ini kayak event reuni, nama band-band-nya sih baru, tapi anak-anak lama semua yang tuker-tukeran dan dobel-dobelan personil. Band-ku aja personilnya pecahan dari band-band lama juga. Hehe, yeah, this is my comeback stage, actually, wajar kan kalo aku nervous?

Acara molor setengah jam. 11.15, band kami pun dipanggil ke panggung. Ber-haha-hehe sebentar sama MCnya, terus mulailah. Huff... beneran deh, aku grogi abis, I didn’t know what to say to greet the audience, how to act or move while singing... hanya mengikuti intuisi, aku dan teman-teman pun mulai mainkan lagunya, dan (mencoba) membuatnya berasa kayak latihan di studio, dengan yaah sedikit gerakan dan kontak dengan penonton (yang letaknya so far far away from the stage). Dan... as usual, aku tetep lupa lirik dan salting sendiri di atas panggung, mana Amor (gitaris) dan Angga (basist) juga pada autis sendiri-sendiri. Haahaha... mungkin kami sama-sama masih kagok ya.

(Wit Ringin band in action!)

(Angga)

(Amor)

(Me)

Turun panggung, kami malah diteriakin sama temen-temen, “Golkar golkar!!!” asem, mentang-mentang nama kami Wit Ringin (pohon beringin). Sayang aku nggak bisa lama-lama kangen-kangenan sama temen-temen... :( Begitu ketemu sama Pepe, temen yang janjian berangkat ke Solo bareng, aku langsung cabut ke SOLO. Hell yeah!

Untungnya jalan Jogja-Solo lagi agak sepi, jadi perjalanan bisa lebih lancar, walaupun yaaa nggak bisa tepat sejam nyampe ke Solo. Dan udah ditelpon-telponin sama leader kami, Ai-unnie, “Kalian dimana? Cepetan. Kalian dandan di mobil aja, ntar nggak sempet, 2 performer lagi kita maju,”. Itu posisi kami baru masuk Kota Solo. Dan habis itu pake nyasar pula! Es-we-te.

Setelah muter-muter di Stadion Manahan, nyari-nyari yang namanya Taman Bale Kambang, tanya sini situ, akhirnya kami nyampe juga. Deg-degan abis! Bukan karena mau manggung (lagi), tapi takut dimarahin temen-temen :( Nyampe di ruang transit, nggak sampe 5 menit kami udah disuruh stand by di backstage.

Dan ternyata, MC-nya salah sebut, harusnya masih ada 1 performer lagi sebelum kami, tapi malah nama kami yang disebut. Ahaha... kita sih siap-siap aja. Performance JKP dibuka dengan permainan biola oleh Ewin (atau Awin ya? Aku juga baru kenal sih, hehehe :D) lagu soundtracknya You’re Beautiful (lupa juga judulnya apa, parah banget nih penyakit short-term-memory-loss-ku). Lagunya selesai, eeeh kok lagu dance kami nggak mulai-mulai ya? Krik krik... penonton juga mulai satu-satu keluar karena bosan. Hadeeh, piye to panitiane... kok berantakan?

Musik akhirnya nyala, kami masuk ke panggung, dan menari sengaconya (ini sih aku doank yang ngaco, hehehe...).

Selesai menari, balik ke ruang transit, aku kira karena kami performer, maka akan dapet makanan, minimal nasi bungkus lah (ngarep), ternyata enggak! Cuma sekotak snack, dan itu nggak cukup buat menutup mulut cacing-cacing yang udah pada dangdutan di perutku. Huhuhu...

After stage, anak-anak malah asik foto session dan aku jadi kameko-nya. Hehehe...masih kelebihan energy mereka buat berpose, sedangkan aku, lempe abis...

Here's the JKP after stage photos:

(me, in the transit room)

(Super Silly Pose!)

(Love triangle scandal)

(the Taeyang's Wedding Dress Team)

(Copying SHINee's LUCIFER)

(me, and other JKP members)

(Choi Yaya in violin)

(Ardyang or Ardy Lau?)


Kapok deh manggung di 2 event di 2 kota dalam rentang waktu 2 jam pada hari yang sama. CAPEK KUADRAT!!! Tapi seneng sih... the 2 performances were so fun, and I enjoyed it all. But still, I’m not really satisfied with the band performances, ‘cause we didn’t win any prizes, and you know what... My ex-Mr.It’s Complicated’s band won the first prize of the festival! Gondok, bete sekaligus iri. Hahaha... tapi jadi semangat juga buat perform lebih baik lagi.

Ganbare---!


Monday, February 7, 2011

Secara mengejutkan lolos seleksi band kemarin! It would be our 1st gig as a band: Feb 13th at SMA Sang Timur Jogja. Don't miss it! Hahaha! :D (masih takjub sndiri aku)

Alongside Selokan Mataram to Where the Flow Started

“Someday, after I finish this mess all, I will come to where the flow started!”
That was my promise when I still worked on my final project.



Setelah semuanya selesai, SKL juga sudah di tangan, tinggal menunggu ijazah dicetak dan kucir di toga dipindah, aku pun memutuskan untuk memenuhi nazarku itu. Yup, mengunjungi hulu Selokan Mataram. And here’s my journey!

Pagi-pagi, hari Jumat tanggal 4 Februari 2011 jam 4:30WIB, aku, yang sejak semalam udah susah tidur saking excited-nya, sudah mandi, shalat subuh dan siap-siap berangkat. Tapi nungguin hampir sejam kok temenku belum datang juga, jadinya malah ketiduran lagi deh. Hahaha... :D

Akhirnya jam 6 dia datang, dan kami langsung tancap, “Yuk langsung kesana!” kataku penuh semangat. Rute hari ini adalah: dari rumahku di Prambanan (Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah) – Ring Road Barat (Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta) – Kali Progo (perbatasan DIY dengan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah), it means hari itu kami bakal membelah Jogja secara melintang. Hahaha!

Baru sampai di perempatan sebelum fly over Janti, kok tiba-tiba kami ngerasa lapeeer banget. Langsung belok kanan, di Babarsari ada tempat makan lontong sayur yang mak nyuss (lupa namanya, pokoknya di depan Sego Penyetan). Slurp slurp. Wah, enaknya, energy recharged, siap berpetualang!

(Our breakfast menu: lontong sayur!)


Perjalanan kami lanjutkan. Walaupun judulnya menyusuri Selokan Mataram, tapi kami memutuskan untuk memulainya dari perpotongan dengan Jalan Ring Road Barat. Kenapa? Karena aku udah eneg ngeliatin Selokan Mataram di dalam Ring Road yang jadi obyek TA-ku :P Lagian aksesnya lebih enak langsung ke Ring Road barat, kalau lewat jalan inspeksi, jalannya kecil dan rame banget di dalam kota.

Dari Ring Road Barat, begitu nemu perpotongan dengan Selokan Mataram, langsung belok ke kiri aja, lewat jalan yang sisi selatan. Why south side? Soalnya di sisi selatan itu udah dibangun jalan inspeksi, jadi jalannya lebih jelas. Walaupun ke belakangnya jalan inspeksi ini bakalan terputus di beberapa bagian, entah kenapa.

Di perjalanan susur selokan itu, kami sempat berhenti di beberapa spot yang (menurutku) menarik. Lucunya, kami pertama berhenti buat foto-foto malah di jembatan pertama yang ditemui, and you know what, the bridge is sooo scary! Kecil, kurus, dan nggak ada pegangannya. Tadinya sih mau sok-sokan poto di tengah jembatan itu, tapi aku takuuut! Hahhaa... temenku yang tadinya juga sok berani, baru beberapa langkah lebih jauh dari aku dia takut juga, yes! (senyum licik penuh kemenangan)

(On the scary scary fragile bridge)


Kami lanjutkan perjalanan ke arah barat dengan tingkat antusiasme tinggi. Dan semakin ke barat aku semakin disorientasi, udah sampai daerah mana ya kami (lupa bawa peta dan kompas). Tau-tau aja, jalan inspeksi udah nggak ada lanjutannya. Gimana ini? Aku tanya sama penduduk sekitar, “Pak, nek liwat mriki pripun, tembus pundi nggih?” (Pak, kalau lewat sini gimana, tembus kemana ya?). “Teras mawon mbak, mangke tembuse Kali Krasak,” (Terus aja mbak, nanti tembusnya Sungai Krasak) jawab si bapak. Waa? Udah deket Kali Krasak? Padahal kalo orientasi perpetaanku nggak salah, Kali Krasak itu juauuuuh... ini dalam waktu sekitar setengah jam dari Ring Road tadi (plus poto-poto) kok udah nyampe Kali Krasak aja. Ckckck...

Mendekati Kali Krasak, jalannya MENGHILANG! Adanya cuma jalan semen selebar 1 meter, itupun bawahnya langsung saluran Selokan Mataram. Oh wew... Tapi kami lewatin aja pake motor, walaupun harus ekstra hati-hati. Ternyata nggak sampai 100 meter udah nyampe ke Kali Krasak.

(Suddenly the road disappeared and transform into this :S)


Kami pun berhenti sebentar di situ, dan... ehm, photo session si kucing pink dimulai kembali. Hahaha, narsis mode on. Aku difoto bak fotomodel aja, disuruh gaya, di bendungan pula. Kurang kerjaan banget kan? Mana sebenernya aku (lagi-lagi) takut disuruh ke pinggir bendungannya, soalnya tu bendungan tinggi dan di bawahnya langsung selokan. Hyaa!

(Actually, I was scared of the height)


Dari Kali Krasak nggak bisa nyeberang langsung buat ngikutin Selokan Mataram, jadi kami muter dulu ke selatan dan ngikutin dari pinggir jalan (akhirnya ketemu jalan aspal lagi, hore!). Dari situ kemudian kami pun bertemu dengan bangunan landmark lainnya, yaitu pembagi air antara Selokan Mataram dan Saluran Van der Wijck. Ya, kalau Selokan Mataram alirannya ke barat menuju Sungai Opak, maka Saluran Van der Wijck ini mengarah ke selatan menuju Bantul (entah dimana hilirnya). Banyak yang bilang kalau dari pembagi air inilah hulu Selokan Mataram. Tapi kalau menurutku, kalau dilihat dari bangunannya, ini sih hulunya Saluran Van der Wijck, soalnya Selokan Mataram itu alirannya menerus sedangkan Van der Wijck itu alirannya dari Selokan Mataram. Once more, it’s only my opinion.

(Canal Van der Wijck)


Di sekitar pembagi air ini, pemandangannya hampir mirip dengan suasana persawahan di Bali. Dengan sawah yang semi bertingkat dan Pegunungan Menoreh sebagai background-nya. Hm, rasanya buat ngerasain suasana Ubud bak Elizabeth Gilbert (EAT PRAY LOVE) nggak perlu lah jauh-jauh ke Bali. Hehehe…

(Bali-ish rice fields view)


Lagi-lagi, semakin ke barat jalanan mulai nggak jelas, walaupun udah aspal, tapi lubang di sana-sini, berasa off road deh! Dan tau-tau kanan-kiri udah hutan, lengkap dengan bunyi tonggeret-nya. Wah... a bit spooky sih (aturan tidak tertulis, kalau masuk hutan lebih baik nggak usah ngomong atau bahkan mikir macam-macam).

Tiba-tiba selokannya menghilang begitu masuk ke dalam terowongan. Katanya sih selokannya melewati bawah desa. Wow, what an amazing construction it is! (amazed). Dan kami pun sempat kesasar di dalam desa tersebut karena bingung kemana tembusnya itu selokan. Setelah tanya ke beberapa orang, akhirnya ketemu juga sama tembusan selokannya. Waaah, kaget juga, sekaligus kagum, hebat ya, ternyata ada bangunan air dengan konstruksi sedemikian keren di Jogja.

(Beautiful classic style bridge)

(Terowongan air menembus desa)


Di samping Selokan Mataram, kami mendengar aliran air yang deras sekali, dan kami pun berhenti sejenak. Yap, itu Sungai Progo. Alirannya deras bukan main, dan nggak kebayang kalau main arung jeram di situ, sepertinya bahaya. Hehehe. Baru asik foto-foto, rasanya kok ada titik-titik air membasahi. Aaah, grimis. Lanjut atau cari tempat berteduh nih? Kami pun milih nekat melanjutkan perjalanan, dan benar saja, cuma sebentar gerimisnya!

(On Progo River side)


Dan ternyata, nggak jauh dari tempat kami melihat aliran Sungai Progo itu, sudah sampailah kami di tujuan utama: Bendungan Karang Talun, HULU SELOKAN MATARAM!

The view there was really breath-taking!
Or I just was being melancholic in time.

Aku hanya duduk, bengong sebentar, dan memotret bendungan itu dari banyak angle. Dari situlah aliran air Selokan Mataram itu dimulai. Saluran air bersejarah yang dibangun dari ide brilian Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan niat yang mulia untuk menyelamatkan rakyat Yogyakarta dari romusha dan mensejahterakan kehidupan rakyat dengan alirannya yang mengairi ribuan hektar sawah di Yogyakarta. Seperti kata Sunan Kalijaga, yang mana jika Sungai Progo dan Sungai Opak “dikawinkan” maka rakyat Yogyakarta akan sejahtera. The history was one of my reasons why I make this masterpiece as the object of my final project. Ah, yup, I was just being melancholy...


Setelah puas jepret sana-sini, dan gegayaan narsis, akhirnya kami pun memilih spot yang nyaman buat membuka bekal makanan yang kami beli tadi sebelum berangkat, minuman kaleng dan sebungkus wafer. Lagi asik-asiknya menikmati bekal sambil bercanda dan melihat foto-foto, eh... mata kami meng-capture beberapa pasangan “mbojo” di atas motor! Dan karena perbatasan Propinsi DIY dan Jateng itu adalah Sungai Progo, kami pun melakukan permainan bodoh: menghitung pasangan mbojo yang ada di sekitar situ. And the result is... pasangan mbojo di DIY lebih banyak daripada di Jateng, dengan rasio yang mendekati 50:50. Nggak penting banget! Hahahaha! :D

Perjalanan pulang, niatnya kami mau lewat jalan besar yang lewat desa-desa atau kota sekalian, buat ngerti aja kalau pake jalan normal (bukan off road) lewatnya mana. Tapi kok malah muternya jadi jauh. Begitu nyampe di Kecamatan Sayegan (Kabupaten Sleman), kami pun berbelok, mengikuti jalan inspeksi lagi. Hahaha, jalan itu memang short cut buat perjalanan antar propinsi ini deh!

Overall, perjalanan ini sangat menyenangkan dan exciting. Dan nggak kerasa jauh, walaupun pantat agak tepos juga waktu melewati jalan-jalan off road yang becek dan konturnya nggak karuan. Biaya perjalanan ini? Hanya dikeluarkan untuk beli makan-minum, bekal, dan yang terpenting bensin yang cukup untuk perjalanan yang memakan jarak kurang lebih 35 Km ini, bolak-balik. Nggak keren lah kalau tiba-tiba mogok di hutan atau di tengah persawahan gara-gara kehabisan bensin! :D Bagi kalian yang lagi pingin jalan-jalan country side buat weekend, jalan-jalan menyusuri Selokan Mataram bisa jadi pilihan, seru lho!!!

Happy journey!

(Fin)


More photos are here.

Alongside Selokan Mataram To Where the Flow Started




Pictures of Selokan Mataram Trip, Friday February 4th 2011.

Complete story here: http://nekopinku.multiply.com/journal/item/202/Alongside_Selokan_Mataram_to_Where_the_Flow_Started

All pictures here were taken by me with the Big Boy (P7000) and my friend with D5000. We both are still practicing photography, we're welcome for your opinion if there's any technical advises :)

Enjoy the photo-tour. Thank you!

Museum Affandi




Hey people! Last Wednesday (Feb 2), me and my best friend Kartini visited Affandi Museum. Yes, Affandi who is one of the most famous painting maestro in Indonesia.

This museum is located in Jl. Laksda Adi Sucipto 167 Yogyakarta - Indonesia (about 10-15 minutes by car/motorcycle from Adi Sucipto Airport). This museum is actually Affandi's family house. In June 9, 1988, this gallery was officially opened for public. It's architecture is unique, somehow its roofs looks like banana leaf.

Last time I visited this museum when I was about 9 or 10. Nowadays (13 years later), I think the museum is now maintained well, and internationally standardized. But, I think the entrance charge (IDR 20000) is too expensive for us, local student visitor. I think it would be good if there is difference between foreign and local visitor for entrance charge :D hehehe! Ah ya, the charge is include free drink in the cafe as compliment.

Visitors are not allowed to take photos inside the gallery. I don't know, it is only in 1st Gallery or all galleries, because in 2nd and 3rd Gallery there's no one (and even cctv) monitored us inside. If our hearts let us cheat, I will take photos as much as I can inside the gallery.

For more info, click www.affandi.org or call +(62)-274-562593

Here's our pictures in the museum surroundings. Enjoy!

me in cream batik
(Me, in tailor made cream batik one piece dress.)

My First Time Job Fair-ing


Hay hay hay people, how are you all? Wish you always fine: healthy and happy. Hehehe.

There are three basic things came into my mind directly after receiving graduation letter (Surat Keterangan Lulus/SKL): study, career, relationship.

As I wrote before, I would like to look for scholarship overseas to continue my study as my first priority. Then one day, one of my friends asked me, “Why do you want to take a master degree?”, eeem… --silent for a while—thinking a bit hardly. I don’t know why, I answer this, “I want to be a professor,” am I dreaming or sleep-talking? Maybe. But remember, I AM A DREAMER. Then my friend asked again, “Why you want to be a professor?”. I’m silent for quite a while… “I don’t know, I just feel like I’m fitted to be a researcher and I want to work in academic field,”. (Please someone throw me a mirror, so I can see my own face. Whatt? Really, my GPA is only 3.42 and I want to be a researcher? You must be joking, pink caaat?).

Hehehe… yes, I realized that I am dreaming. But what else can I do? If there are no big dreams, there would be no big goals to reach, no efforts would take to reach it, and it would be nothing. So, as for me, having dream is much much better than not. Isn’t it? ;)

Okay… Jadi gini, sebenernya hari Sabtu kemarin aku iseng-iseng main ke job fair ECC (Engineering Career Center) di GSP. Ceritanya jaman dulu, sekitar tahun 2007-2008an, aku juga ikutan acara ini, sebagai panitia, tepatnya jadi liaison officer/LO dua kali bertutur-turut. Waktu itu sih rasanya liatin peserta job fair itu kok melas banget ya… they much more like a buch of hopeless jobless people. Hahaha… I’m sorry for saying this, but that was what I thought that time :D Nah, setelah beberapa tahun berselang, dan saya juga baru saja merasakan SKL yang masih hangat, wah jadi antusias banget nih buat nyari pekerjaan, itung-itung buat nyari pengalaman sih. See, I am now one of those hopeless jobless people!

Karena hari Jumat-nya ada acara (jalan-jalan ke Kali Progo), maka aku baru menjadwalkan jalan-jalan ke job fair hari Sabtunya. Setelah malamnya janjian sama salah satu temen baikku di kampus, Rabian (sebenernya dia adik angkatanku, tapi ngelangkahin aku lulusnya, hiks), maka hari itu saya pun menjelajah area job fair bersama dia yang udah duluan jalan-jalan (dan apply-apply) disitu. Haha, jalan-jalan di job fair aja pake guide!

Oke, hari itu aku nggak bawa apa-apa sebenernya, selembar CV pun enggak. Karena… aku emang niatin buat looking around aja, nggak niatin mau apply. Tapi beberapa perusahaan ada yang hanya pake form aja buat apply, iseng-iseng aku isi dan masukin deh. Hehehe… tapi perusahaannya kebanyakan nggak nyambung menyambung sama kuliahku sih. Jadi aku cuek aja.

Eh, pas turun ke lantai 1, ada stand di pojokan, yang sebenernya dekorasi booth-nya enggak menarik (nggak se-ngejreng Schlumberger, Chevron dll), tapi kok fieldnya menarik ya… apa coba? Desain interior. Hahaha… as you know, I’m not an interior design graduate. Yah, karena menarik, aku pun mampir ke kantor ibuku buat ngeprint CV dan numpuk di stand perusahaan itu. Ditanyain macam-macam: bisa ini-itu nggak, ada pengalaman ini-itu (jelas enggak, baru lulus juga). Dan aku pun jawab yang iya-iya aja sekenanya. Beberapa program computer memang aku nggak bisa-bisa banget sih, tapi kan bisa dipelajari (ngeles). Hahaha.

Oke, aku pun habis itu pulang, nothing to lose lah, nggak mikir bakal dipanggil lagi atau nggak, secara spek-ku masih belum oke juga. Habis itu aku latihan band dan sepanjang Sabtu malem itu aku cuma mikirin soal seleksi band besoknya.

Besoknya, I was all about band audition. Tapi aku dah nyiapin juga sih kalo-kalo dipanggil tes atau mau dateng ke job fair lagi buat (iseng-iseng) apply. Nah, ndelalah kok ya tasku itu ketinggalan, dan baru nyadar pas udah nyampe Jalan Godean. FYI, rumahku di Prambanan, di timur Kota Jogja, dan Jalan Godean itu di barat Kota Jogja. Yes, nggak mungkin balik. Dan pagi itu aku belum juga dapet SMS panggilan, jadi aku nyantai aja deh, yang penting nyanyi sebaik-baiknya.

Eh, pas banget habis nyanyi, pas mau pulang, ada SMS dari nomor tak dikenal. Pas mau mbuka, malah ditelpon papaku yang udah jemput. SMSnya baru kubuka di mobil. Dan WHAAAATTT!!!

“Segera datang ke stand sekarang untuk mengikuti tes admin,”

Mampuuusss! Aku masih pake kostum seleksi band yang kalo diliat dari pucuk Merapi udah kaya country girl, tinggal nambah sepatu boot sama sapi aja. Hahahah… Mana baju ganti juga ketinggalan. Surat-surat ketinggalan. Even worse, kuitansi buat tiket masuk juga ketinggalan. Te-o-el-o-el. Tapi ya udahlah, apapun yang terjadi dateng aja deh.

Sampai disana, I was so damn unlucky, tiket buat non membernya udah nggak ada yang njaga. Aku bingung. Muter-muter, eh ketemu sama temen yang panitia, dan dia ngeh sama aku. Aku bilang deh, “Mas, iki aku diundang tes, tur aku lali nggowo kuitansine, piye aku sing mlebu ki?” (Mas, aku dipanggil tes, tapi aku lupa bawa kuitansinya, gimana aku yang masuk nih?). Aku langsung digandeng gitu aja dan masuk tanpa screening. HORE!!!

Akhirnya berhasillah saya mengikuti tes dari si perusahaan desain interior tersebut. Dan pas liat soalnya, olala~ bukannya susah sih, but I need more time and references to work on it, madam… setengah jam aku cuma memandangi 2 lembar kertas yang disodorin. Mikir lama. Baru bisa nggarap, dan NGAWUR!! Hahaha… dan sepertinya saya diliatin sama mas-mas dan mbak-mbak yang pada ndaftar juga ke perusahaan itu. Mereka rapi jali, pake kemeja, celana bahan, dasi, rok bahan, sepatu hak tinggi. Sedangkan aku? Rok terusan, kemeja lengan pendek dengan diikat di perut, sepatu flatron, dan rambut awul-awulan. Kontras.

Yah, akhirnya selesai juga aku nggarap soal-soal yang diberikan. Aku pun melangkah keluar dengan enteng. Aku pengen sih dapet pekerjaan itu, tapi jodoh kan Allah yang menentukan, kalau memang jodohku, pasti dapet deh pekerjaan itu. Nothing to lose, at least I've tried :)


Tuesday, February 1, 2011

Sekaten Sekaten!


Hay hay minna! Gomen nee, this is a quite late post. Sebenernya aku pergi ke Sekaten sudah seminggu yang lalu, tepat di hari Selasa juga. Tapi karena yang motret adalah temenku, yang beda jurusan pula, jadi aku cari timing yang tepat buat copy foto-fotonya. Hehehe…

Oke, jadi hari Selasa minggu lalu (Jan 25) aku dan temen-temenku jalan-jalan ke Sekaten. Janjiannya jam 3an kumpul di rumah sobatku, Jabar. Tapi pas jam 2an tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Yup, sekarang di Jogja kalo sore suka hujan… :( Karena ragu-ragu, aku pun SMS ke temenku, Deni, “Jadi nggak nih? Ujan deres gini,”. Eh Deni malah jawab “Ayo aja ah, nothing to lose!” dengan semangatnya. Yayaya, kalo udah gini, aku sih ayo-ayo aja, maju terus pantang mundur!

Menjelang jam 3, aku udah di rumah Jabar, and as usual, Indonesian time means rubber time, semua pada nelat, kecuali yang punya rumah. Hahaha… sekitar jam 4an kami baru ngumpul semua, aku, Jabar, Deni, sama Herlan. Sebelum langsung ke venue, kami harus jemput 2 temen kami yang lain, Wulan sama Ade, wah bakal jadi tambah rame aja nih. Tapi tapi, sebelum berangkat kami disuguhi lempeng pisang sama ummi-nya Jabar, masih anget pula, fresh from the fry. Gomawo, ummi :D

Sampainya disana, ternyata harus beli tiket dulu, 2000 per orang. Hehehe, aku kira ini pasar rakyat yang gratis, ternyata mbayar! Tapi nggak apa-apa sih, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat :) Pertamanya ada kereta kelinci, sepertinya seru nih, tapi kok… 10000 per orang? Ehm… tunggu dulu, worth it nggak nih. Mikir mikir, akhirnya malah kami tinggal begitu aja si bapak penjaga kereta kelinci, dan sampe pulang kami nggak jadi naik kereta kelinci, maafkan kami pak…

Lanjut, kami pun jalan-jalan muter-muterin area pasar rakyat itu. Banyak barang yang ditawarkan disini, mulai dari kelinci, pong-pongan (sepertinya bahasa Indonesianya ‘kelomang’), kapal klotok-klotok, alat rumah tangga, pakaian dalam, VCD bajakan, sampai kerajinan tangan, apa aja ada, walaupun nggak semuanya murah sih (alesan klise mahasiswa kalo duitnya cekak). Selain itu atraksi dan games-nya juga lumayan asik, eh sebenernya standar sih, seperti obake (rumah hantu), komidi putar, pancing-pancingan, boom boom car, dan lain sebaginya. Kami sempat nyobain beberapa games di situ juga, pertama pancing-pancingan, rumah hantu, terus bola-bola besar (duh, istilahnya apa ya ini??).

(pong-pongan warna-warni gambar Upin Ipin, kinda feel weird about this, kasian mereka dicat-cat gitu...)

(mas-mas dan mbak-mbak yang masih gumun liat pong-pongan)

Pertama, lomba mancing bersama Pak Dosen Herlan sama Deni. Haha, mancing bodoh-bodohan ini, cuma mancing ikan-ikan plastik yang mulutnya dikasih paku dan mancingnya pake magnet. Dan saya yang menang!!! (bangga) Hadiahnya, harusnya sih sekarung molen, tapi akhirnya malem itu saya makan gratis di Hoka Hoka Bento. Hore!!!

(the fishing competition!)

Oya oya, kami juga masuk ke rumah hantu. Ehm, pretty embarrassing, aku ini penakut parah (bahasa jawanya ‘jirih’), jadi males-malesan buat nyobain masuk kesana. Padahal Herlan, Wulan sama Ade udah semangat banget. Jadi kami muter-muter dulu, mikir-mikir, muter-muter lagi, mikir lagi, lama-lama pada gemes dan akhirnya aku langsung didorong masuk gitu aja. Saking jirihnya, jadi selama di dalem situ aku merem dan jalannya megangin sobatku di depan, biar ga nyasar. Hahaha… Aku benci  tempat yang gelap, sempit dan pengap kayak gitu :(( Dan sepanjang di dalem obake, ada yang nakut-nakutin dengan berteriak “Ha!” gitu di deket kupingku, bukannya takut, tapi kok yang kerasa malah ababnya yaa… wkwkwkwk (ketawa tapi masih sambil merem). Dan sempet kedenger juga yang jadi hantu-hantuan itu ngomong “Who, ra wedi,” (Wah, nggak takut). Weeew… gimana mau takut, orang merem yee :p

(in front of the obake!)

And the last I mentioned was my biggest regret, soalnya habis masuk dan berguling di dalam bola gede itu aku pusing banget. Rasanya kehabisan tenaga dan udara di dalam bola-bola itu, padahal hanya dalam waktu beberapa menit aja. Bayangin kalo lama, bisa-bisa mati keracunan CO2 (halah lebay).

(Herlan, pak dosen, seneng banget waktu main ini)

Soal kuliner? Sebenernya banyak banget pilihan makanan di situ. Yang paling umum dan paling banyak adalah molen, arum manis dan kerak telor. Tapi pandangan kami malah ke ibu-ibu jualan dadar telur puyuh. Hm, looks yummy. Dan bener, enak!!! (atau aku yang kelaparan ya?) hehehe…


Overall, ke Sekaten kali ini seru banget! Selain karena udah bertahun-tahun aku nggak ke Sekaten (terakhir SD, itupun karena sekolah buka stand), waktu ke Sekaten kemarin itu udah diniatin buat seneng-seneng melepas stress pasca pendadaran. Pokoknya, nothing to lose!

(belanjaan kami, fireworks lamp, hehehe...)

(yah, sayangnya blur, ini dimarahin sama penjaganya, soalnya ngalang-ngalangin jalan, hahaha)

(nekopinku's free dinner madness)