Thursday, February 28, 2013

Something about Them


Hello all!

Sudah lama yaa, aku nggak menulis soal cinta-cintaan. Hmm, gara-gara tiba-tiba denger lagunya Adele – Someone Like You, jadi teringat sesuatu. I remember them, who are ever filled my days with love. Ohohoho, santai-santai, even they’re now married, but I’ve been invited kok, so I wasn’t turn up out of the blue uninvited ;D hehehe. I just wanna highlight the part :

“I heard
That your dreams came true.
Guess she gave you things
I didn't give to you”

Not to be melancholic, but yup, I think about it. Temanku pernah bilang, “Dia (mantanmu) aja nggak pernah mikirin kamu, why should you?”. Yee, bukan gitu juga sih. Setelah waktu berlalu sekian lama, mengalami banyak hal yang membahagiakan bersama mas Kamen Rider, aku pun berpikir, that I didn’t give them “things” that their wives give to them, begitu pula mereka, they didn’t give me “things” that Kamen Rider can give to me. 

Rasanya kalau begini kok teori “the right man in the right time” itu ada benernya. Eh? Harusnya “the right man in the right place” ya? Hihihi, sorry, aku modif dikit deh...

Tapi iya kan?

Somehow..., aku sekarang merasa lucu, mengingat how devastated I was when I broke up with my last boyfriend. I blamed myself a lot for our separation by blaming them that can’t take me just the way I am. The way I think, the way I behave to them... Salah apaaaa aku ya? Kadang aku mikir apa aku yang terlalu cuek, jarang cemburuan, jarang perhatian, dll bla bla bla... Padahal setelah aku inget-inget lagi, sepertinya sudah aku curahkan segala perhatianku buat mereka sebisaku, but I just wanna looks cool and not easy to get. But see, they left me away...

Now, when I see them with their little families, I know that I can’t give them “things” they wanted but their wives can, as they also can’t give me “things” that Mr. Kamen Rider can give to me.

Dulu, aku nggak bisa menerima kenyataan bahwa sang mas mantan selalu merasa minder dan jealous sama aku. I mean, bukan jeles yang berarti cemburu sama cowok lain yang dekat denganku, tapi beliaunya nggak bisa menerima bahwa ada “sesuatu” dariku yang melebihi dia. Day by day, dia semakin menjauh, mlipir banter dan pergi bersama wanita lain. Whaaat?! Aku sudah bersamanya selama hampir 4 tahun dari masih cupu, dan saat dia sudah keren, perempuan lain enak aja mencuri hatinya. AAAAARRGH! Kesalnya aku waktu itu. Hihihi. And you know what, his wife had relationship with him for 5 years before they got married, a year longer than with me! Itu berarti, dia memang bisa tahan bersamanya, lebih tahan dari bersamaku. Pernah dulu menyesal, aaaah kenapa nggak aku aja yang lama sama dia (fyi, aku jadian dengannya sejak SMP sampai kuliah, waw, masih kecil kaan). He was cute, but now he’s not so cute anymore :p

Another man filled my lovely days after him, and days felt like summer everyday (sumuk?). Hahaha, bukan itu, tapi hari-hari dimana muka terasa panas dan pipi merah merona, jantung berdetak lebih kencang. But I was scared when he asked for commitment... I just felt too young to step on that stage. Merasa masih banyak mimpi yang kugantung di atas awan yang belum sempat kuraih. Kupikir sebuah ikatan akan membuatku terbelenggu dan tidak bisa melangkah. Aku kabur dan meninggalkan dia yang berniat bakal menabrakkan diri ke kereta api kalau aku pergi. Don’t worry, he’s now still alive, has a beautiful wife and cute son, hidup damai bahagia. But maybe, if I stay with him, I can’t be myself today :)

Then there was a boy, I don’t know what to say, maybe the setting was wrong from the first time we started the relationship. Bukan karena aku, for seriously, tapi karena ketidaktahuanku (you can find the full story in my post 3 years ago). And everything seemed so wrong in our relationship. But really, I know this guy is a good person. Buktinya sekarang dia sudah menikah, dengan gadis yang baik pula.

Hmm, not because of this last person I became so devastated after the separation, but because I didn’t know how to fix my broken heart yang hancur berkeping-keping, merasa kenapa selalu akhirnya nggak happy ending seperti itu. Aku hanya kurang sabar buat mengecap rasanya bahagia, padahal bahagia bukan sesuatu yang bisa didapat secara instan, iya kan? Indomie goreng aja butuh direbus dulu 5 menit, ditiriskan, terus dicampur sama bumbunya, baru bisa dimakan dengan nikmat (nggak nyambung! Biarin wek!).

Butuh waktu agak lama, dan pengalaman yang nggak semuanya menyenangkan, buatku move on. Dalam artian disini, kembali ke path yang aku inginkan, menjadi diri sendiri. Tapi kenapa sih move on selalu dihubungkan dengan mendapat pasangan baru, heran aku! Hehehe. Aku pernah membaca (lupa sumbernya), bahwa dengan menjadi diri sendiri dan berusaha menjadi yang terbaik, maka calon pasangan akan datang dengan sendirinya (btw, pake usaha juga kaliii). Dan saya pun memutuskan untuk berusaha menjadi keren, bukan untuk siapa-siapa, tapi diri sendiri. Bermimpi setinggi-tingginya dan berusaha mewujudkannya. 

Sebenernya mungkin bukan karena aku jadi keren yang bikin aku bertemu dengan si Kamen Rider. Tapi dia adalah seseorang yang berusaha untuk selalu mengerti aku, mencintai aku apa adanya dan apa yang melekat padaku, mimpi-mimpi gilaku, orang-orang di sekitarku, hewan-hewan dan benda-benda yang juga di sekitarku. Berusaha membuatku nyaman menjadi diriku sendiri. He is a great man that gives me “things” those guys couldn’t give to me. He deserve for all good compliments from me :) Dan hanya dengan dia, aku pun berusaha untuk tidak selalu looks cool, kadang bisa cemburu, kadang perhatian berlebihan, dan kadang membuat dia marah. I just... being myself. 

In conclusion, aaah... No need to be so sad if someone in the past itu bukan seseorang yang ditakdirkan buatku. I really could not give them “something” they want/need, neither they are. I thank Allah for giving me such a wonderful plot of my life story, with those frustrating twists.



"My salad days, when I was green in judgment"

Cited from "Anthony and Chleopatra" by Shakespeare in SALAD DAYS by Shinobu Inokuma

No comments:

Post a Comment