Yeaah!! Ini masih cerita bersambung dari kejar-kejaranku dengan Beasiswa Unggulan (BU) Dikti. Semalam aku mengantuk, jadi ceritanya kuteruskan lagi hari ini, kebetulan kuliah kosong, hihihi.
Setelah mendapat kembali paspor, dan juga dapat tiket (at least dapat kode booking-nya sih), aku pun segera mengurus surat ijin ke jurusan. Aku ke kantor Admission, ambil form, dan ngasihin ke administrator program studi-ku, Miss Vineeta. Untung dia baik, jadi urusan minta tanda tangan sama advisor-ku, Prof.Routray dia yang mintain, kiss kiss Vineeta!!!
Semua urusan keimigrasian kelar, urusan di kampus juga kelar, dokumen-dokumen yang musti dibawa juga kelar, lega rasanya. Tapiii… aku lupa kalo masih ada satu syarat lagi yang belum, foto 4x6 latar belakang putih. Sebel deh, sebenernya malam sebelumnya aku sudah edit pake sotosop, udah cantik dan oke. Baru kuinget, eh, mau cetak dimana ini? Kan disini nggak ada Photo Talk (tempat cetak foto langgananku di Jogja). Siaaal, masa aku harus ikutan ngantri jepret di potobox depan kantor admission? Aduh maluu. Ehm, untungnya sempat ketemu Pak Made, orang Indonesia yang satu dorm sama aku, beliau bilang katanya di deket Language Center itu ada tukang foto, nggak mahal pula, cuma 100 Baht, sama kayak di potobox. Maka, kucobain lah foto di situ. Lagi-lagi, aku selalu dikira orang Thai deh, tau-tau si bapak udah ngomong aja pake bahasa Thai, yang selalu kutangkis dengan, “I cannot speak Thai,”, “Sorry, I thought you’re Thai, you looks like Thai,” hedeeeh. Gimana hasil fotonya? Not bad laaah, walaupun mukaku jadi lebih masam dan nggak bisa aku sotosop!!! Hiks.
Hari kamis Pagi, aku nggak ada kuliah, dan (sorry) lagi nggak puasa. Aku pun cari sarapan ke cafeteria. Disana aku ketemu sama Pak Thiang, orang Indonesia juga, dan dikasih tau rute penghematan dari AIT ke Bandara Suvarnabhumi naik BTS. Wih, kedengerannya menarik kan? Aku pun mulai atur strategi, harus berangkat lebih dulu berjam-jam dari jam keberangkatan nih.
Barang-barang bawaan siap, titipin si Pinki (sepedaku) ke temen, dan aku pun berangkat!
Dari AIT, naik bis kuning nomor 29 ke Chatucak, di situ ada stasiun BTS Mo Chit. Dari Mo Chit lanjut naik BTS ke Phaya Thai. Dan dari Phaya Thai naik BTS Airport Link ke Bandara Suvarnabhumi dengan selamat, sehat sentausa. Bener lho, lebih hemat banget. Kalo naik taksi bisa sekitar 450 Baht, dan ini hanya 95 Baht, dan lebih seru pulaaa! (tapi tidak dianjurkan kalo lagi bawa barang bawaan banyak)
Sampai di Bandara Suvarnabhumi, masih jam 4. Padahal penerbanganku masih jam 8. So, aku pun meng-hedon lagi di bandara, makan pad thai/mi Thailand (sorry buat yang lagi puasa… ini cuma kebetulan aja pas itu aku lagi nggak puasa). Slruup. Sekitar jam 5 an baru aku self check-in. Dan menunggu lagi berjam-jam glundungan di bandara superluas itu dengan gejenya!
(pergejean di Bandara Suvarnabhumi)
(pad thai...slrup!)
(ada colokan charger!! Oh, serasa hidup kemabalii, hapenya)
Demi apa aku nyampe lagi di Indonesia tengah malam buta, ke Jakarta pula, bukan Jogja atau Surabaya… Semua demi BU Dikti! Hehehe, yeaa, demi beasiswa dan kelancaran studiku di masa depan. Hehehe. Sok imut deh. Tapi yang menyenangkan (dan sudah kuduga), papaku ikutan jemput! Fufuu… kangennya aku… mana papa bawa titipan mama, sekeranjang bumbu Bamboe buatku! Senaaangnya… Walaupun habis itu ternyata papa harus balik ke Jogja lagi.
Jumat siang, aku sudah siap pindahan ke hotel tempat acara pembekalan. Masih nggak ada bayangan juga acaranya bakal kayak apa, walaupun sudah dikasih rundown di undangannya, soalnya kok kayaknya bakal boring abis cuma dengerin presentasi. Ternyataaaa, boro-boro bosen, kita jadi kayak orang kalap aja, karena harus melengkapi dokumen ini-itu yang mana di undangan, pengumuman, maupun buku panduan nggak tercantum. Beberapa harus di-copy lagi, beberapa harus buat baru (contohnya bikin akun bank baru, yang bikin aku pusing, mana ada bank buka haris Sabtu? Minggu aku dah harus balik ke Thailand pula). So little time, so much things to be done. Huft…
Menurutku beasiswa ini worth it juga, karena selain tuition dan registration fee dibayar penuh, duit living cost-nya juga cukup, bangeeeeett… bahkan bisa dipake jalan-jalan! Aku juga heran, kenapa bisa sebesar itu. Karena dari pengamatanku selama beberapa waktu di Thailand, dengan biaya segitu, aku yang aku pake cuma setengahnya untuk bertahan hidup di tengah kerasnya alam (halah). Dengan begitu, anak Indonesia yang sekolah di luar negeri nggak bakal nggembel lagi, hobi lirik-lirik barang bekas, dan jadi kurus saking hematnya. I am so lucky :)
Tapi, ini nggak dikasih begitu saja, ini pake uang rakyat, dan harus ada timbal-baliknya ke rakyat Indonesia. Konsekuensi dari menerima beasiswa ini adalah kita harus mengabdi kepada rakyat Indonesia sebagai dosen. Bagi mereka yang udah nyantol di universitasnya masing-masing sih asik-asik aja, lha saya… mau mengikat janji sama UGM aja udah kebentur IPK… :”( jadinya mau nggak mau mengabdinya kepada Dikti, dan harus rela ditempatkan di mana saja, termasuk di Indonesia timur. Yeeeaaah!!! Semangaat! (FYI, walaupun udah terikat dengan universitas tertentu, nggak menutup kemungkinan harus siap juga untuk menutup kekurangan SDM dosen di daerah lain. Hehehe… sami mawon to :D
Beberapa orang bilang, kenapa aku mau-maunya diikat sama beasiswa ini. Hm, selain karena aku juga belum punya ikatan pekerjaan sama instansi mana pun, setelah waktu 5 tahun mengabdi itu kan aku juga bebas menetukan jalanku sendiri. Mungkin meneruskan studi lagi ke jenjang PhD, atau jadi praktisi, atau lanjut jadi dosen. Semuanya ada di tanganku sendiri. Aku sih bismillah aja menandatangani beasiswa ini, semoga memang jalan yang terbaik.
Setelah dua hari berturut-turut ber-hectic ria bersama Dikti dan urusan kontrak-kontraknya yang super duper belum jelas, bahkan guarantee letter-ku pun belum keluar. Gimana aku mau ganti status funding di kampus nih kalo belum dapat GL? :( kalau nggak ada GL, nggak bisa ganti status, nggak ganti status nggak keluar invoice, nggak keluar invoice nggak cair pula beasiswa, snif. Semoga semuanya berjalan lancar seperti seharusnya. Eh, lucunya, aku sudah dibawakan SPPD lho, semacam surat perjalanan. Hihihi, berasa PNS aja :D
“Pokoknya, belajarlah sebaik-baiknya disana, bawalah ilmu buat bangsamu,” – Papa
“… Semangat belajar ya di sana. Pulanglah dengan bawa kebanggaan. Aku sayang kamu ;’)” – si Kamen Rider
So, now, I’m in Thailand again. Dunia kuliah dimulai kembali, dan kuakui kalau godaan untuk beralih dari focus disini tinggi banget. Temen-temen dari berbagai negara, yang menarik untuk bertukar cerita mengenai negara dan budaya masing-masing. Kalau nggak kuat, bisa aja kita kebawa. Disini semuanya free. Mau datang kuliah apa nggak, di kelas mau merhatikan atau tidur, mau pake baju sopan atau sexy, mau di kamar aja atau dugem, mau belajar atau hura-hura, the choice is all yours. Selain itu, banyak tempat yang menarik disini, ya nggak salah Thailand juga sih jadi negara kok asik banget. Ini godaan terbesar buatku yang hasrat travellingnya lebih tinggi daripada belajar. Harus pinter-pinter siasatinnya. Tahun ini focus lah sama kuliah, tahun depan dan habis graduation let’s explore Thailand and the countries around!!!
Bangkok again today... Good or bad, this is my country, I will be missing you Indonesia. Love you so much :D
---
PS: Thank you papa mama yang udah kasih surprise tiba-tiba nongol lagi di Jakarta, dan selimut batiknya yang super hangat dan nyaman membungkus tubuhku. Love you so much *kiss
---
SHARE: Informasi tentang Beasiswa Unggulan Dikti bisa dilihat di sini atau download buku panduannya di sini.
wuaaa wuaaa wuaaaa
ReplyDeleteonce more selamat yaaaa
lebaran di jogja kan?
di sana dingin pa panas tid?
sayangnya aku lebaran di KBRI, di Bangkok, mbak.... hiikkksss... :"(
ReplyDeleteDisini, sumuknya kaya Surabaya! tapi lebih lembab...
hehehe ini flash back ke belakang dikit yah tid =D
ReplyDeleteHahaha... Iya.. Me recall ingatan. Hehehe
ReplyDeleteWuahh tengkyu link-linknya, bisa buat usaha lagi taun depan meski saya sempat kapok dengan Dikti XD
ReplyDeleteOhya, jadi keinget sama motto murid kelas Bappenas dulu (dah bapak2, orang Bandung): "Kuliah itu nomer sekian, nomer satunya jalan2, nomer duanya wisata kuliner" XDD
Semangatt!!! Doanya semoga beruntung aja kak... :)
ReplyDeleteHahaha, boleh juga mottonya bapak-bapak itu. Heran juga, disini temen2 Indonesia juga banyak yang lebih banter jalan-jalan daripada belajarnya.
Ampuun,, tobat tiiiddd
Soalnya orang Indonesia kan 'kurang jalan-jalan', jadi kesannya kalo pergi ke LN = Jalan2....Apapun misinya XDD
ReplyDeleteInget kan kasus tim studi banding DPR? :D
Kalo kamu mah nggak sendeso saya jadi pasti bisa mengendalikan hasrat jalan2 XD
kesannya kok saya mau jalan-jalan pake uang negara... hahaha....
ReplyDeleteyang penting belajar dulu lah, kalo setres, baru jalan2. sering setres, sering jalan2 :D hahahahahaa
Nggaklah, kamu kan tujuannya jelas, buat kuliah. Kalo oknum2 itu kan dari awalnya udah ga jelas XD
ReplyDeleteYoi Mapren. Goodluck buat kuliahnya yaa...Moga2 level stresnya mild - light aja ^^d
Amin kuadraaaaaaatttt. Tapi kayaknya habis lebaran masih okean lah, kan bisa makan :D hahahaha...
ReplyDeleteFokusnya jelas, sinau, bawa ilmu buat mensejahterakan Indonesia. Right or wrong this is my country, merdekaaa!!
aseeekk.. ntar desember dapet gajah mini :D
ReplyDeletecongrats, tid! asiiikk... kalo piknik ke thai ada yang bisa dipalakin! ahaha...
ReplyDeleteoya, motto mahasiswa yg belajar di luar negri:
"jangan sampe kuliah mengganggu jalan2!!" tolong dicamkan ya, hahaha
Hahaha... Ingetin yah, biar nggak lupa :D
ReplyDeleteHahahahahaa... IYAAA DAAAHH!!! Mangstabb!
ReplyDeleteSip sip, nanti kalo ke Thailand bilang yaaa, Ithaaaa... :)