Wednesday, May 26, 2010
Monday, May 24, 2010
Kadang apa yang kupikir baik belum tentu baik buat orang lain, dan yang kupikir benar belum tentu benar untuk orang lain, there's still so much things I should learn more from life... Life's a school and experience is the teacher... Cari yang paling baik untuk hidupmu. Dan jadi lebih baik! Semangat!!!
Sunday, May 23, 2010
Thursday, May 20, 2010
Konsep Bercinta
こんばんわ!
みんな 元気か?
Yup, it’s me again again again…
I’m quite busy lately, doing my final project is not as easy as I thought… *sniff* but I have to struggle for it until finish!!! Raise a punch to sky! Hahaha!!!
Yup, different story about my love life…
Few months ago, I always fight against my own heart to do not accept this kind of feeling. What made me think that way? I was so sick of loving someone. I was too tired to not be my self, tried to be someone they* expected from me, but that definitely not my self. Then slowly, my feeling to them* fade away, and there was no happiness left.
*) They/them refer to my ex-lovers.
(SUBTITLE OFF, capek nulis pake bahasa inggris, mana kedinginan pula, brr…)
Mr. It’s Complicated, he’s now the one who I could share anything with. Bersahabat dengan dia, aku bebas mengungkapkan segala yang ada di kepalaku ini seenaknya. Ya, seenaknya, tanpa ada khawatir. Yah, though… for several circumstances, aku terbilang absurd (kata dia). Beberapa kali, dalam hubungan pertemanan kami, kami bercerita ria tentang impian, harapan, pengalaman, dan pemikiran, tapi yang paling kusuka adalah membuat konsep sebuah hubungan percintaan yang seru dan menyenangkan.
Hubungan yang baik seharusnya tidak saling menyakiti, tapi bagaimana untuk tidak saling menyakiti itu? Hm, we didn’t made any deals, just synchronized our thoughts. Masih melanjutkan coffeeshop conversations, tapi nggak selalu di coffeeshop sih, akhir-akhir ini lebih bergeser ke tempat makan, hahaha!!!
Apa sih yang aku cari dalam sebuah hubungan saat ini? Status semata? Biar nggak nampak melas sama temen-temen, hmm… udah menjomblo hina, belum lulus pula… wew, bukan bukan! Untuk diperhatikan oleh seseorang? Konsep romantisme yang usang itu. Ya, walaupun nggak munafik, menyenangkan sekali diperhatikan seseorang yang menyayangi kita, tapi bukan itu tujuan utamaku.
Simple, aku mencari partner hidup, untuk berjalan bersama meraih cita-cita. Yep, that’s sounds too general. Tapi itulah yang kuinginkan. He knows what I want for my future. And he also shares what he wants for his future. If we meant to be, what we want for OUR future? That’s what we designing!
Urusan cemburu-cemburuan sering bikin kisruh dalam hubunganku dengan seseorang. Hey hey, we’re no longer high school students, yang kaya gini masih berlaku? Komitmen bukan berarti mengikat sampai ruang gerak silaturahmi terbatas kan… Cemburu memang bumbunya cinta, tapi nggak seru ah kalau cemburu/dicemburuin terus-terusan. Bikin capek pikiran dan capek hati. Lebih baik dipake buat cerita-cerita hal yang menarik atau diskusi seru tentang masa depan dunia. And honestly, I’m not easily got jealous… dalam taraf tertentu aku bisa saja cemburu, tapi pelampiasannya gimana? Diomongin aja langsung sama pasangan dengan kepala dingin. Lalu cari solusinya bersama-sama. Komunikasi itu penting saudara-saudara….
Eh, tapi tapi, soal komunikasi, aku juga sering bermasalah ya… Yah, mau gimana lagi, memang begitu keadaannya. Soal komunikasi, aku ratunya lupa. Apalagi kalau lagi ribet, bweh, keinget aja enggak. Dan kadang memang aku ngeselin, bisa-bisanya aku inget online tapi nggak inget sms si dia. Hm… pria yang nggak tahan banting bisa-bisa langsung umup deh sama sikapku yang satu ini, dan ujung-ujungnya ngambek. Wew…
Bukannya nggak peduli, kadang alam bawah sadarku sering susah dikontrol. Bertahun-tahun dan dengan beberapa orang aku mencoba meminta pengertiannya, tapi tetep aja susah. I tried hard to be better, diminishing my ignorance behavior little by little, it wasn’t easy but I try! Mamaku pernah bilang, “Orang yang bisa sama kamu itu orang yang nggak ngambekan, nggak bakal betah dia sama kamu kalau dia posesif dan ngambekan…,”. Dan tiba-tiba tak dinyana-nyana, suatu ketika aku pernah bertanya pada Mr. It’s Complicated, “Hey, kamu sudah bangun dari tadi tapi kenapa nggak balas smsku?” dan dia pun bengong terkaget-kaget, “Lho kok kamu jadi posesif?” aduh, kesannya begitu ya, padahal nggak maksud juga sih. Hahahaha… kena batunya aku, sial!!!
Kami pemimpi. Dua orang dengan mimpi yang tak terbatas dan sedang berjuang mewujudkannya. Kapan kami berhenti bermimpi? Saat realitas menerpa? Hm, we shouldn’t stop dreaming. Asa yang membuat kami hidup dan tidak menyerah pada keadaan yang menyulitkan. Dan aku suka dia dengan segala mimpinya.Dalam hubungan interrelasi antara perempuan dan laki-laki, nggak bagus kalau sampai menghalangi seseorang mengembangkan diri (sebenernya balik ke individu yang menjalani sih, ada juga kok tipe yang bisa menerima konsep kaya gini, tapi kalo aku sih enggak). Membatasi ruang gerak pasangan, bukan aku banget. Silakan kamu mengembangkan diri, melakukan hal-hal yang kamu suka, asal masih dalam koridor positif, aku selalu mendukungmu. If we support each other, everything will be easier to face.
Yes, he’s really taking a risk to enter a complicated labyrinth inside myself. But so far, we could make everything going smoothly. And we’re still need to talk a lot, designing our new concept of making love...
みんな 元気か?
Yup, it’s me again again again…
I’m quite busy lately, doing my final project is not as easy as I thought… *sniff* but I have to struggle for it until finish!!! Raise a punch to sky! Hahaha!!!
Yup, different story about my love life…
Few months ago, I always fight against my own heart to do not accept this kind of feeling. What made me think that way? I was so sick of loving someone. I was too tired to not be my self, tried to be someone they* expected from me, but that definitely not my self. Then slowly, my feeling to them* fade away, and there was no happiness left.
*) They/them refer to my ex-lovers.
(SUBTITLE OFF, capek nulis pake bahasa inggris, mana kedinginan pula, brr…)
Mr. It’s Complicated, he’s now the one who I could share anything with. Bersahabat dengan dia, aku bebas mengungkapkan segala yang ada di kepalaku ini seenaknya. Ya, seenaknya, tanpa ada khawatir. Yah, though… for several circumstances, aku terbilang absurd (kata dia). Beberapa kali, dalam hubungan pertemanan kami, kami bercerita ria tentang impian, harapan, pengalaman, dan pemikiran, tapi yang paling kusuka adalah membuat konsep sebuah hubungan percintaan yang seru dan menyenangkan.
Hubungan yang baik seharusnya tidak saling menyakiti, tapi bagaimana untuk tidak saling menyakiti itu? Hm, we didn’t made any deals, just synchronized our thoughts. Masih melanjutkan coffeeshop conversations, tapi nggak selalu di coffeeshop sih, akhir-akhir ini lebih bergeser ke tempat makan, hahaha!!!
I love the phrase “life partner”
Apa sih yang aku cari dalam sebuah hubungan saat ini? Status semata? Biar nggak nampak melas sama temen-temen, hmm… udah menjomblo hina, belum lulus pula… wew, bukan bukan! Untuk diperhatikan oleh seseorang? Konsep romantisme yang usang itu. Ya, walaupun nggak munafik, menyenangkan sekali diperhatikan seseorang yang menyayangi kita, tapi bukan itu tujuan utamaku.
Simple, aku mencari partner hidup, untuk berjalan bersama meraih cita-cita. Yep, that’s sounds too general. Tapi itulah yang kuinginkan. He knows what I want for my future. And he also shares what he wants for his future. If we meant to be, what we want for OUR future? That’s what we designing!
Urusan cemburu-cemburuan sering bikin kisruh dalam hubunganku dengan seseorang. Hey hey, we’re no longer high school students, yang kaya gini masih berlaku? Komitmen bukan berarti mengikat sampai ruang gerak silaturahmi terbatas kan… Cemburu memang bumbunya cinta, tapi nggak seru ah kalau cemburu/dicemburuin terus-terusan. Bikin capek pikiran dan capek hati. Lebih baik dipake buat cerita-cerita hal yang menarik atau diskusi seru tentang masa depan dunia. And honestly, I’m not easily got jealous… dalam taraf tertentu aku bisa saja cemburu, tapi pelampiasannya gimana? Diomongin aja langsung sama pasangan dengan kepala dingin. Lalu cari solusinya bersama-sama. Komunikasi itu penting saudara-saudara….
Eh, tapi tapi, soal komunikasi, aku juga sering bermasalah ya… Yah, mau gimana lagi, memang begitu keadaannya. Soal komunikasi, aku ratunya lupa. Apalagi kalau lagi ribet, bweh, keinget aja enggak. Dan kadang memang aku ngeselin, bisa-bisanya aku inget online tapi nggak inget sms si dia. Hm… pria yang nggak tahan banting bisa-bisa langsung umup deh sama sikapku yang satu ini, dan ujung-ujungnya ngambek. Wew…
Bukannya nggak peduli, kadang alam bawah sadarku sering susah dikontrol. Bertahun-tahun dan dengan beberapa orang aku mencoba meminta pengertiannya, tapi tetep aja susah. I tried hard to be better, diminishing my ignorance behavior little by little, it wasn’t easy but I try! Mamaku pernah bilang, “Orang yang bisa sama kamu itu orang yang nggak ngambekan, nggak bakal betah dia sama kamu kalau dia posesif dan ngambekan…,”. Dan tiba-tiba tak dinyana-nyana, suatu ketika aku pernah bertanya pada Mr. It’s Complicated, “Hey, kamu sudah bangun dari tadi tapi kenapa nggak balas smsku?” dan dia pun bengong terkaget-kaget, “Lho kok kamu jadi posesif?” aduh, kesannya begitu ya, padahal nggak maksud juga sih. Hahahaha… kena batunya aku, sial!!!
Kami pemimpi. Dua orang dengan mimpi yang tak terbatas dan sedang berjuang mewujudkannya. Kapan kami berhenti bermimpi? Saat realitas menerpa? Hm, we shouldn’t stop dreaming. Asa yang membuat kami hidup dan tidak menyerah pada keadaan yang menyulitkan. Dan aku suka dia dengan segala mimpinya.Dalam hubungan interrelasi antara perempuan dan laki-laki, nggak bagus kalau sampai menghalangi seseorang mengembangkan diri (sebenernya balik ke individu yang menjalani sih, ada juga kok tipe yang bisa menerima konsep kaya gini, tapi kalo aku sih enggak). Membatasi ruang gerak pasangan, bukan aku banget. Silakan kamu mengembangkan diri, melakukan hal-hal yang kamu suka, asal masih dalam koridor positif, aku selalu mendukungmu. If we support each other, everything will be easier to face.
cinta bagaikan ‘a view of partnership to simplify our life’
- Na!
- Na!
Yes, he’s really taking a risk to enter a complicated labyrinth inside myself. But so far, we could make everything going smoothly. And we’re still need to talk a lot, designing our new concept of making love...
Wednesday, May 19, 2010
Monday, May 17, 2010
1st Roll of my New QCAM
Sunday, May 16, 2010
Nobody to Somebody
Dalam cinta kok maunya terima jadi?? Huff... ada-ada saja.
Harusnya teori love timing berlaku, tapi kadang di lapangan ada aja anomalinya.
Oke, saatnya kembali menjadi miss theory.
Heran juga sama kasus kali ini (korban departemen curhat). Beberapa tahun menjalin cinta, saling mendukung satu sama lain from "nobody" to be "somebody". Tiba-tiba ada yang menyela diantara mereka. Jujur, kalau aku di posisinya, bakal sakit banget, dan aku pernah.
SPEECHLESS BANGET.
Kalau kamu pernah menemani seseorang yang kamu sayang, dari dia cupu, belum jadi apa-apa, banyak kurangnya dimana-mana, kamu sendiri pun juga begitu. Tapi hari-hari yang kalian lalui bersama begitu menyenangkan, saling mengisi dan saling mendukung satu sama lain. Yang satu salah yang lain benerin, yang satu kurang yang lain nambahin. Begitu menyenangkannya ketika pada satu titik kalian menjadi orang yang berhasil. I mean, not only in financial but also in personality.
Senengnya kalau jadi seperti pasangan Okita Souji dan Kamiya Seizaburo di Kaze Hikaru (Flash of Wind), yang mana ada satu quote yang mendeskripsikan hubungan mereka seperti ini, "Selama Kamiya ada di sampingnya, dia (Okita) menjadi lebih tegap dalam melangkah,". Ya, selama masih ada satu sama lain, keduanya menjadi orang hebat yang saling melengkapi.
Tapi kalau...kalau kalau ada yang "menyela", maunya kalau udah "jadi" aja, nggak ngikutin "proses"nya, hmm...rasanya kesel juga. Hey girl, I'm the one who always by his side through his hardest days, why now you'll take him from my side after he is now become "somebody", why didn't you take him when he was "nobody"???
HUFF...
Harusnya teori love timing berlaku, tapi kadang di lapangan ada aja anomalinya.
Oke, saatnya kembali menjadi miss theory.
Heran juga sama kasus kali ini (korban departemen curhat). Beberapa tahun menjalin cinta, saling mendukung satu sama lain from "nobody" to be "somebody". Tiba-tiba ada yang menyela diantara mereka. Jujur, kalau aku di posisinya, bakal sakit banget, dan aku pernah.
SPEECHLESS BANGET.
Kalau kamu pernah menemani seseorang yang kamu sayang, dari dia cupu, belum jadi apa-apa, banyak kurangnya dimana-mana, kamu sendiri pun juga begitu. Tapi hari-hari yang kalian lalui bersama begitu menyenangkan, saling mengisi dan saling mendukung satu sama lain. Yang satu salah yang lain benerin, yang satu kurang yang lain nambahin. Begitu menyenangkannya ketika pada satu titik kalian menjadi orang yang berhasil. I mean, not only in financial but also in personality.
Senengnya kalau jadi seperti pasangan Okita Souji dan Kamiya Seizaburo di Kaze Hikaru (Flash of Wind), yang mana ada satu quote yang mendeskripsikan hubungan mereka seperti ini, "Selama Kamiya ada di sampingnya, dia (Okita) menjadi lebih tegap dalam melangkah,". Ya, selama masih ada satu sama lain, keduanya menjadi orang hebat yang saling melengkapi.
Tapi kalau...kalau kalau ada yang "menyela", maunya kalau udah "jadi" aja, nggak ngikutin "proses"nya, hmm...rasanya kesel juga. Hey girl, I'm the one who always by his side through his hardest days, why now you'll take him from my side after he is now become "somebody", why didn't you take him when he was "nobody"???
HUFF...
Friday, May 14, 2010
Thursday, May 13, 2010
Super Junior - 미 인아 (BONAMANA)
Yup!!! This is Super Junior's new single. Hahaha... I'm quite disappointed, because it's just 10 of them, i love the 13 Suju boys. But this video is quite good, though i prefer It's You dance version video to this.
This song sounds like mixed between Sorry Sorry and Suju M's Super Girl, or even with SHINee's Ring Ding Dong. As usual, Siwon's opening is so sexy!!! And... what makes me surprise is... now Kyuhyun is not only one of vocal leader but also dance leader, his new haircut looks so hot on him! *two tumbs for Kyu!*
Tuesday, May 11, 2010
Birthday Wish List
It’s already 12 hours before I turn 23 (now is May 11, 7PM).
Every year, when the day of May 11 comes, I always remember about that day. Two years ago. May 11, 2008. A day that changed my life. My view about life, actually. Days before, I was so cheerful, hot-blooded, and short-thinking, live my life without many hard things to be thought.
What happened in that day?
I figured out that some parasites live inside my body, make it turns weaker day by day. It was really annoyed me. Above all, I made my family so sad about my health condition, and I also became so miserable (crying).
My life in age 22 was really wonderful.
Many things happened, both good and bad things.
People come and leave.
I loved and lost.
Struggling and giving up.
Succeed and failed.
But I enjoy it all, really. I’m still thanking God I could pass the age 22.
Now I’m going to turn 23. There are so many things I wish to be fulfilled in my next age.
I wish…
I could be cured from this disease and live healthy.
I could graduate from my current study, then being a fine and creative urban (or rural) planner and live wealthy.
I could fulfill my dreams to travel around the world, exploring many interesting exotic places and experiencing local cultures.
I could find my true love, give all my love and care to him, share stories and dreams, then reach them together.
At last… I want to make my family proud of me, and happy that they still have me in their life.
Every year, when the day of May 11 comes, I always remember about that day. Two years ago. May 11, 2008. A day that changed my life. My view about life, actually. Days before, I was so cheerful, hot-blooded, and short-thinking, live my life without many hard things to be thought.
What happened in that day?
I figured out that some parasites live inside my body, make it turns weaker day by day. It was really annoyed me. Above all, I made my family so sad about my health condition, and I also became so miserable (crying).
My life in age 22 was really wonderful.
Many things happened, both good and bad things.
People come and leave.
I loved and lost.
Struggling and giving up.
Succeed and failed.
But I enjoy it all, really. I’m still thanking God I could pass the age 22.
Now I’m going to turn 23. There are so many things I wish to be fulfilled in my next age.
I wish…
I could be cured from this disease and live healthy.
I could graduate from my current study, then being a fine and creative urban (or rural) planner and live wealthy.
I could fulfill my dreams to travel around the world, exploring many interesting exotic places and experiencing local cultures.
I could find my true love, give all my love and care to him, share stories and dreams, then reach them together.
At last… I want to make my family proud of me, and happy that they still have me in their life.
Thank God, I could live this long… thanks for the age you give me.
I’m not afraid being old, and I will not afraid to face life.
I’m not afraid being old, and I will not afraid to face life.
Welcome 23
hope next year everything’s going well
Monday, May 10, 2010
Saturday, May 8, 2010
Coffeeshop Conversations
Takdir kadang mempermainkan kita dengan cara yang unik.
And it actually happens to me. Remember a story about love I had posted few months ago? Ya, it was a story about us, me… and him.
Suatu ketika aku menulis status di Facebook seperti ini, “Am I become more like Summer Finn (in thought)?”. Yap, aku habis nonton 500 Days of Summer, and I very impressed with that movie. Setelah beberapa bulan menjadi jomblo hina, aku sepertinya mulai malas menjalin hubungan dengan pria (ya bukan berarti berganti orientasi ke wanita juga sih, hehehe). Capek hati dan pikiran, rasanya enak ya si Summer Finn itu, nggak mau pacaran, padahal Tom Hansen mati-matian mengejar dia, dan padahal hubungan mereka juga terlihat layaknya pasangan kekasih, tapi apa daya, si wanitanya tetep kukuh nggak mau pacaran. Sampai tiba-tiba ketemu pria lain, cocok, langsung menikah deh. Hmm, “You don’t wanna be somebody’s girlfriend, but now you’re married?” protes Tom. Hahaaha… enak bener ya… Summer bisa bikin hati pria hancur berkeping-keping dengan jawaban simple, “Sebenarnya saat bersama kamu, aku nggak yakin denganmu…”. Oke. Cukup sedikit reviewnya. Back to our main topic. Tiba-tiba ada seseorang yang comment, “500 day of summer ya?”, and it was from him.
I kinda surprise and… (honestly) speechless. Tapi kujawab juga sih, simple, “Iya, habis nonton itu,”. Inilah titik dimana aku “bertemu” lagi dengan dia, setelah 2 tahun kami menjalani hidup kami masing-masing. I’m with my ex-boyfriend and him with his ex-girlfriends. Lucu juga ketika kami bertemu lagi. Di XXI, yang mana ternyata kami punya hobi yang sama, nonton film, akut. Yah, dari nonton-nonton-nonton berikutnya, kemudian makan-makan, dan berakhir ngobrol di coffeeshop favoritnya. Pembicaraan kami yang awalnya hanya tanya-menanya kabar yang terlewatkan selama 2 tahun itu lalu berkembang ke saling mengenal (lagi) satu sama lain. And actually, I’m a bit surprise with his changes. Especially his personality, his thought… his experience of life changed him a lot, to be a better person.
We shared many things, and I figure out that we also had many similarities of thought and interest. We both love music, movie, visual arts, and writing. Dan yang terakhir itulah yang membuat kami bertemu lagi, lewat tulisan kami di blog pribadi masing-masing. Sejenak kembali ke titik dimana ternyata aku pernah disayangi sedemikian dalamnya dan dengan bodohnya aku menyia-nyiakannya. Perfect. Inilah poin saat aku berpikir kembali, apakah kedekatan kami ini adalah kompensasi terhadap yang terjadi 2 tahun yang lalu? (I asked myself) Berkali-kali aku memikirkannya, berkali-kali juga jawabannya TIDAK. Kali ini nggak ada sangkut pautnya dengan yang dulu, dan biarlah yang berlalu tetap ada di masa lalu, tanpa harus kembali ke titik itu lagi untuk menjalani hari-hari ke depan.
Dan semakin aku mengenal dia, semakin banyak hal yang kupelajari lagi dalam berhubungan dengan manusia. Dia menjadi teman, sahabat, mentor, bahkan kakak buatku. Partner diskusi sekaligus bercanda yang menyenangkan. Dan entahlah hal-hal baik apalagi yang akan kudapat dengannya. Masa depan tetap aku nggak bisa melihatnya, tapi yang kulakukan sekarang adalah mencoba memberi kesempatan lagi pada hatiku untuk menyayangi seseorang lagi, dengan tetap menjadi diriku sendiri. Yeah, I’m a person who is not easily understandable, but he try to understand me, and I appreciate all of his efforts.
Terkadang teman-teman kami bingung sendiri, kenapa “it’s complicated”? We both single, but what we feel and act is somehow like a couple, why don’t we get into a relationship? Ah…relationship is not our highest priority now, kami masih harus mengejar kelulusan kami dulu. Setelah itu? Ya…still, if there’s a chance, let’s start loving. Masih banyak yang harus dilakukan, masih banyak yang harus dipelajari, dan, santai saja... masih banyak obrolan-obrolan seru lagi, to share our stories and dreams...at the coffeeshop.
“Do you heart me darling? Answer me for sure…hahaha,” asked him. Hm…, maybe yes, I do really care of you and, I can’t help it, I always thinking of you.
Dan… ya… bener kan? Memang lucu, takdir punya caranya sendiri untuk mempermainkan manusia…
He’s the one who risk his life to take a complicated journey into a labyrinth.
ありがとう ねえ。。。My Mr. It’s Complicated
Sunday, May 2, 2010
Kota Berbudaya, Budaya Kota
Kota berbudaya? Maksudnya kota dengan nuansa budaya yang kerasa banget, yang dimana-mana pamer ciri khas budaya tradisionalnya? I live in Jogja since I was a child. And people call this city as City of Students, City of Culture, karena itu harus menonjolkan sangat-sangat citra “pelajar”nya atau “budaya”nya secara visual, fisik saja, atau jargon saja? Oh, please, bukan sesempit itu.
Dalam pemahamanku soal ini, kota berbudaya, nggak hanya secara fisik semata. Nggak hanya bangunan-bangunan bagus dan “klasik” berjajar rapi, tapi juga budaya baik masyarakatnya. Orang boleh bilang Amerika adalah negara yang nggak kerasa iklim budayanya, tapi aku inget banget gimana ramahnya orang di Boston, waktu itu tiba-tiba ada bapak-bapak yang nunduk terus meraih kakiku, sebagai orang Indonesia yang terbiasa curigaan, aku pun kaget dan menjauhkan kakiku, eh ternyata si bapak cuma mau ngikat tali sepatuku yang lepas kemana-mana. Walah, kalau disini, boro-boro mau naliin, peduli pun enggak, kalo iya, pasti ada maunya (masih kebawa deh curigaannya).
Oke, kembali lagi. Apa sih yang bikin kota-kota di Indonesia nampak semrawut? Core problemnya ada di masyarakatnya sendiri, yang kurang aware dengan lingkungan dan sumberdayanya sendiri. Didukung juga dengan budaya merusak dan suka me-reject duluan. Bukan bermaksud nge-blame siapapun disini, tapi menangkap fenomena yang terjadi.
Pernah kan kalian lihat telpon umum? Mungkin sekarang udah nggak jaman sih, tapi jaman aku SMP dulu, telpon umum jadi fasilitas komunikasi yang signifikan buat aku menghubungi papa atau mama, minta dijemput, hehe. 10 tahun lalu, telpon umum itu aja kondisinya sudah parah, ada yang udah nggak bisa dimasukin koin karena keseringan digetok-getok atau disodok-sodok sama anak-anak (biasanya keluar uang recehannya lho), ada juga yang udah nggak ada gagangnya, heran kan, buat apa sih nyolong gagang telpon umum?
Kalo mau bandingin sama di luar negeri, kondisinya masih utuh dan berfungsi baik walaupun udah bertahun-tahun. Kesadaran kita buat memelihara fasilitas umum masih kurang sekali. Padahal kalau demo, semua demi kepentingan rakyat, apa fasilitas yang disediakan itu nggak sesuai dengan masyarakat ya? Giliran ngeliat negara lain, negara tetangga aja bisa punya subway train, kitanya ngiri, pengen, trus nyalahin pemerintah lagi. Padahal mikir juga kalau mau ngasih fasilitas hebat kayak gitu, orang kereta api biasa aja kacanya sering pecah gara-gara dilemparin, gimana mau bikin subway mahal-mahal?
Di sisi lain, maintenance fasilitas umum juga masih kurang sih. Orang jogja pasti inget antusiasme menyambut beroperasinya bus Trans Jogja kapan hari itu, angkutan umum ber-AC, yang jalurnya teratur, murah lagi, cuma 3000. Tapi nggak selang berapa lama, hmm, AC-nya mulai nggak dingin dan kalau malem lampunya remang-remang, oh moga-moga habis ini nggak ada yang bawa-bawa ayam atau kambing ke dalam bis juga, bisa-bisa bernasib sama kaya colt. Lupakan masalah ayam dan kambing, kembali ke maintenance, pihak penyelenggara juga harus cepat tanggap donk kalau ada penurunan kualitas dari fasilitas umum, karena itu juga mempengaruhi kenyamanan penggunanya, nggak worth it lah masa bayar 3000 tapi kualitas gopek. Nanti orang jadi ilfil juga mau pake kan?
Jadi ingat kajian pedestrian di semester 6 dulu, kenapa masyarakat perkotaan di Indonesia lebih suka naik kendaraan daripada jalan kaki? Iyalah, gimana enggak, jalan kaki di jalan-jalan besar di Indonesia sama kayak bunuh diri, rawan ketabrak, paling minimal keserempet. Kenapa? Karena kita nggak nggak bisa jalan dengan nyaman di trotoar. FYI, trotoar di Indonesia itu milik tanaman sama PKL.
Selain budaya ngerusak dan nggak bisa memelihara fasilitas umum, satu lagi, nyolongan (I had mention it before). Ini sih sama saja nyolong fasilitas umum, nyolong space buat pejalan kaki. Mengorbankan orang lain untuk kepentingan pribadi. Oke lah, dalam hal ini mereka buat cari makan, tapi pejalan kaki juga sama-sama cari makan, right? Efek dari penyerobotan pedestrian space ini adalah semakin berkurangnya pejalan kaki, naik angkutan umum juga nggak nyaman, jadinya pada naik kendaraan pribadi, lalu lintas padat, polusi udara dan krisis energi, ozon bolong dan dampak secara luasnya, global warming.
Kalo gitu, bukan cuma jadi urusan pemerintah dan pengembang aja, tapi masyarakat juga. Masyarakat punya peran yang sangat sangat signifikan dalam menjaga keberlanjutan (sustainability) lingkungan. Perlu sedikit menggeser mind-set masyarakat dulu disini. Gimana ya, biar semuanya lebih merasa memiliki kota. Kerjasama yang kompak dan harmonis antara masyarakat, pemerintah, dan pengembang, semua stakeholders turut aktif dalam perannya masing-masing. Nggak perlu muluk-muluk kan buat menciptakan kota yang sustainable, benerin dari yang kecil-kecil aja. Kalo kata Pak Ridwan Kamil, “Yang dilakuin mungkin nggak sampai bisa mengubah 1% dari keruwetan seluruh kota Jakarta, tapi paling enggak yang nggak sampai 1% itu bermanfaat bagi masyarakat,”.
Kota berbudaya di masa depan yang aku bayangin, bukan cuma physically kaya Kyoto, tapi masyarakatnya juga lebih respect dengan lingkungan, nggak cuma bisa menuntut tapi juga bisa memelihara kotanya. Kota berbudaya bukan hanya dimana-mana joglo, dimana-mana batik, dimana-mana etnik atau yang klasik-klasik saja, tapi harus dibangun juga “budaya” itu sendiri. Budaya itu kan adalah satu hasil peradaban manusia, sudah bukan waktunya kita cuma nuntut fasilitas, masih hobi ngerusak, nyerobot hak orang atau nyolong. Sekarang waktunya lebih aware pada sekeliling, pelihara fasilitas yang udah ada, kan kita juga yang menikmatinya.
Artworks on public spaces during Jogja Jamming Biennale X
FOR THE FUTURE!!!
未来のために
FOR LIFE!!!
生活のために
Dalam pemahamanku soal ini, kota berbudaya, nggak hanya secara fisik semata. Nggak hanya bangunan-bangunan bagus dan “klasik” berjajar rapi, tapi juga budaya baik masyarakatnya. Orang boleh bilang Amerika adalah negara yang nggak kerasa iklim budayanya, tapi aku inget banget gimana ramahnya orang di Boston, waktu itu tiba-tiba ada bapak-bapak yang nunduk terus meraih kakiku, sebagai orang Indonesia yang terbiasa curigaan, aku pun kaget dan menjauhkan kakiku, eh ternyata si bapak cuma mau ngikat tali sepatuku yang lepas kemana-mana. Walah, kalau disini, boro-boro mau naliin, peduli pun enggak, kalo iya, pasti ada maunya (masih kebawa deh curigaannya).
Oke, kembali lagi. Apa sih yang bikin kota-kota di Indonesia nampak semrawut? Core problemnya ada di masyarakatnya sendiri, yang kurang aware dengan lingkungan dan sumberdayanya sendiri. Didukung juga dengan budaya merusak dan suka me-reject duluan. Bukan bermaksud nge-blame siapapun disini, tapi menangkap fenomena yang terjadi.
Pernah kan kalian lihat telpon umum? Mungkin sekarang udah nggak jaman sih, tapi jaman aku SMP dulu, telpon umum jadi fasilitas komunikasi yang signifikan buat aku menghubungi papa atau mama, minta dijemput, hehe. 10 tahun lalu, telpon umum itu aja kondisinya sudah parah, ada yang udah nggak bisa dimasukin koin karena keseringan digetok-getok atau disodok-sodok sama anak-anak (biasanya keluar uang recehannya lho), ada juga yang udah nggak ada gagangnya, heran kan, buat apa sih nyolong gagang telpon umum?
Kalo mau bandingin sama di luar negeri, kondisinya masih utuh dan berfungsi baik walaupun udah bertahun-tahun. Kesadaran kita buat memelihara fasilitas umum masih kurang sekali. Padahal kalau demo, semua demi kepentingan rakyat, apa fasilitas yang disediakan itu nggak sesuai dengan masyarakat ya? Giliran ngeliat negara lain, negara tetangga aja bisa punya subway train, kitanya ngiri, pengen, trus nyalahin pemerintah lagi. Padahal mikir juga kalau mau ngasih fasilitas hebat kayak gitu, orang kereta api biasa aja kacanya sering pecah gara-gara dilemparin, gimana mau bikin subway mahal-mahal?
Common views; city view from roof top, stalls and illegal parking, washing clothes in the river. Could you imagine the pollution? See… environmental destructions is not always wealthy people's works!
Di sisi lain, maintenance fasilitas umum juga masih kurang sih. Orang jogja pasti inget antusiasme menyambut beroperasinya bus Trans Jogja kapan hari itu, angkutan umum ber-AC, yang jalurnya teratur, murah lagi, cuma 3000. Tapi nggak selang berapa lama, hmm, AC-nya mulai nggak dingin dan kalau malem lampunya remang-remang, oh moga-moga habis ini nggak ada yang bawa-bawa ayam atau kambing ke dalam bis juga, bisa-bisa bernasib sama kaya colt. Lupakan masalah ayam dan kambing, kembali ke maintenance, pihak penyelenggara juga harus cepat tanggap donk kalau ada penurunan kualitas dari fasilitas umum, karena itu juga mempengaruhi kenyamanan penggunanya, nggak worth it lah masa bayar 3000 tapi kualitas gopek. Nanti orang jadi ilfil juga mau pake kan?
Jadi ingat kajian pedestrian di semester 6 dulu, kenapa masyarakat perkotaan di Indonesia lebih suka naik kendaraan daripada jalan kaki? Iyalah, gimana enggak, jalan kaki di jalan-jalan besar di Indonesia sama kayak bunuh diri, rawan ketabrak, paling minimal keserempet. Kenapa? Karena kita nggak nggak bisa jalan dengan nyaman di trotoar. FYI, trotoar di Indonesia itu milik tanaman sama PKL.
Selain budaya ngerusak dan nggak bisa memelihara fasilitas umum, satu lagi, nyolongan (I had mention it before). Ini sih sama saja nyolong fasilitas umum, nyolong space buat pejalan kaki. Mengorbankan orang lain untuk kepentingan pribadi. Oke lah, dalam hal ini mereka buat cari makan, tapi pejalan kaki juga sama-sama cari makan, right? Efek dari penyerobotan pedestrian space ini adalah semakin berkurangnya pejalan kaki, naik angkutan umum juga nggak nyaman, jadinya pada naik kendaraan pribadi, lalu lintas padat, polusi udara dan krisis energi, ozon bolong dan dampak secara luasnya, global warming.
Traditional transportation, less pollution, but what about time effectiveness?
We still need for speed
We still need for speed
Kalo gitu, bukan cuma jadi urusan pemerintah dan pengembang aja, tapi masyarakat juga. Masyarakat punya peran yang sangat sangat signifikan dalam menjaga keberlanjutan (sustainability) lingkungan. Perlu sedikit menggeser mind-set masyarakat dulu disini. Gimana ya, biar semuanya lebih merasa memiliki kota. Kerjasama yang kompak dan harmonis antara masyarakat, pemerintah, dan pengembang, semua stakeholders turut aktif dalam perannya masing-masing. Nggak perlu muluk-muluk kan buat menciptakan kota yang sustainable, benerin dari yang kecil-kecil aja. Kalo kata Pak Ridwan Kamil, “Yang dilakuin mungkin nggak sampai bisa mengubah 1% dari keruwetan seluruh kota Jakarta, tapi paling enggak yang nggak sampai 1% itu bermanfaat bagi masyarakat,”.
Kota berbudaya di masa depan yang aku bayangin, bukan cuma physically kaya Kyoto, tapi masyarakatnya juga lebih respect dengan lingkungan, nggak cuma bisa menuntut tapi juga bisa memelihara kotanya. Kota berbudaya bukan hanya dimana-mana joglo, dimana-mana batik, dimana-mana etnik atau yang klasik-klasik saja, tapi harus dibangun juga “budaya” itu sendiri. Budaya itu kan adalah satu hasil peradaban manusia, sudah bukan waktunya kita cuma nuntut fasilitas, masih hobi ngerusak, nyerobot hak orang atau nyolong. Sekarang waktunya lebih aware pada sekeliling, pelihara fasilitas yang udah ada, kan kita juga yang menikmatinya.
Mari kita bangun budaya positif mulai dari diri sendiri, untuk menuju kota yang “berbudaya”.
Joglo, a Javanese traditional architecture
Kotagede residential view
Joglo, a Javanese traditional architecture
Kotagede residential view
Jogja corner: walls of mural
Artworks on public spaces during Jogja Jamming Biennale X
(December 2009-January 2010)
FOR THE FUTURE!!!
未来のために
FOR LIFE!!!
生活のために
Subscribe to:
Posts (Atom)