Wednesday, February 11, 2009

Perang Lumpur SUPER SERU

Ni aku copas dari blog kape-ku. Hihii..salah satu pengalaman terseru selama kape di Geluntung, Bali. Fuffuuufu... senang bermain bersama anak2!!

Geluntung, 13/07/2008


Sepanjang perjalanan trekking kami mengelilingi Banjar Umabali, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan bertanya padaku, “Kak, nanti jadi perang lumpur?” atau
“Kak, ikut perang lumpur kan?”. Hmm…memang sehari sebelumnya saya berjanji sama anak-anak kalau besok setelah trekking boleh lah kita perang lumpur.

Ceritanya begini, saat saya sedang dikerubuti anak-anak, saya mengajak mereka ikutan trekking, sekalian kami melakukan pemetaan. Tiba-tiba salah satu dari mereka menyeletuk, “Kak, gimana kalau perang lumpur juga?”. Didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, dan hasrat yang sedikit kekanak-kanakan, akhirnya saya pun oke saja dengan ajakan mereka.


Hari Minggu tiba. Sejak pagi sampai siang kami trekking menyusuri perbatasan Banjar Umabali. Trekking dimulai dari Bale Banjar, terus menyusur ke utara, sampai perbatasan dengan Desa Payangan, lalu ke barat, melalui subak Umabali Ancut. Kami sempat membuat teh, dan beristirahat. Lalu terguyur hujan dan berteduh di Bale Timbang. Setelah itu, hujan masih rintik-rintik tapi kami tetap melanjutkan perjalanan.

Sampai di Roemah KAYON, lagi-lagi anak-anak menanyakan tentang perang lumpur. ”Oke, nanti perang lumpur deh tapi setelah mataharinya nggak panas ya. Jadi sekarang kita istirahat dulu,”. Saya menentukan jam 4 sore perang lumpurnya. Anak-anak pun setuju, kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing.

Masih jam 3 sore, anak-anak malah sudah ramai berkumpul di Roemah KAYON. Untuk menunggu sampai jam 4, kami pun bermain dan bercanda dengan anak-anak.


(berangkat perang lumpur/GO!!!)

Sebelum berangkat perang lumpur, anak-anak mengamankan sandal mereka di garasi Roemah KAYON, ”Jangan dipakai sandalnya, Kak... Nanti putus,” begitu katanya. Akhirnya jam 4 kami pun berangkat ke sawah yang ada di belakang Bale Banjar Geluntung Kaja, dekat mata air Beji. Ramai sekali anak-anak yang ikut perang lumpur, bahkan anak-anak yang tadi tidak mengikuti trekking jadi tertarik ikut perang lumpur. Laki-laki dan perempuan sama saja, semua bersemangat. Saya juga jadi semangat. Pasti seru dan asyik sekali.

Anak laki-laki langsung berlarian menyerbu sumber lumpur, sedangkan anak-anak perempuan masih takut-takut. Tiba-tiba salah satu anak laki-laki, Martha, mengagetkan kami dengan lemparan lumpur yang mengenai salah satu anak perempuan. Dengan takut-takut anak-anak perempuan mendekati area persawahan yang akan menjadi medan perang lumpur. Anak-anak laki-laki melempari kami dengan lumpur yang berbentuk bola-bola. Wah... suasana pun jadi semakin semangat.

(serangan pertama)

(anak-anak berlarian menghindari lemparan bola-bola lumpur)

(salah satu penjahat perang lumpur, nova ^^v)

Perang lumpur pun dimulai. Kami saling melempari lumpur. Tidak ada kawan atau lawan yang nyata, semua kawan dan semua lawan. Kami saling melempari siapapun yang sudah melempari kami. Kena tidak kena, pokoknya lempar!!! Lumpur sawah yang liat saling berbalas di udara. Ada yang menyerang dari atas, ada yang sambil berlari, ada yang sembunyi, ada yang diam saja di pinggir sambil berteriak-teriak. Mereka juga melempariku dengan lumpur samapai kena kepala, punggung, telinga, muka. Wah... badanku jadi penuh lumpur.


(berenang-renang di kolam)


Tidak hanya lempar-lemparan lumpur, kebetulan ”medan perang” kami bersebelahan dengan kolam, beberapa anak pun menceburkan diri sambil berenang-renang di kolam. Saya hanya melihat dari atas, dengan badan penuh lumpur dan terancam dilempar lumpur atau diceburkan ke kolam. Beberapa anak mencoba meceburkan saya, tapi badan mereka yang jauh lebih kecil bisa dengan mudah saya balik menceburkan me
reka. Tapi tiba-tiba segerombolan anak beramai-ramai menceburkan saya ke kolam.

(nekopink is the main target!!! CEBURIIINNN!!!)


Ternyata diceburkan ke kolam tidak se-hiperbolis yang saya bayangkan, ternyata dasar kolma itu empuk karena masih berupa tanah, dan air kolamnya tidak terlalu dingin. Saya pun malah ikutan berenang-renang sambil ditarik-tarik anak kecil untuk menemani mereka bermain air atau melindungi mereka dari serangan lumpur teman-temannya.

Acara lempar-lemparan lumpur masih berlanjut di dalam kolam. Beberapa terkena “tembakan” di mata, mulut dan telinga, tapi untungnya tidak membahayakan. Lumpur juga tidak hanya dibentuk bola-bola dan dilemparkan, tapi juga dioleskan ke baju dan muka, sampai muka kami semua coreng-moreng terkena lumpur (=^_^=)v.

Puas lempar-lemparan lumpur, akhirnya kami mulai bermain air di kolam. Beberapa anak membentangkan sebatang bambu, kemudian duduk diatasnya dan mulai cakar-cakaran, pukul-pukulan, sambil tetap tertawa riang. Anak-anak lainnya ada yang berenang, siram-siraman air dan menangkap ikan atau udang.

(mandi di pancuran mata air)


Tak terasa matahari telah surut, anak-anak mulai kedinginan sampai gigi mereka gemeletuk. Kami pun naik dari kolam menuju mata air kemudian membersihkan muka dan badan. Uwaaah... segar sekali... Air yang segar menyentuh kulit, membersihkan lumpur-lumpur yang menempel. Walaupun tidak sampai bersih, at least kami pulang ke rumah tidak dalam keadaan penuh lumpur.

(bergaya setelah perang lumpur)


Kami pun pulang ke rumah masing-masing, beberapa anak bertanya padaku,
”Kakak, kapan-kapan perang lumpur lagi yuk!!”. Oke saja!! ^^v


Special thanks to anak-anak Pendekar Perang Lumpur: Yuda, Nova, Martha, Bayu, Sri, Okta, Kolin, Ratih, Dwi , Ari dan semuanya.

8 comments:

  1. kok yang pas kena lumpur gak di foto XD

    ReplyDelete
  2. ga ada segmen yg menceritakan bahwa si empunya sawah itu marah2 pada salang satu anggota "laskar perang lumpur"-nya ya??
    mmm,,,tapi untung kan..??km lg merunduk gara2 ad seorang bocah nangis kena sambit lumpur...
    hehehe...tangis membawa berkah....

    niat hati mw berbesar hati n berjiwa satria..*baca:satria*
    eehhh...juragan sawahnya udah keburu balik badan..

    emmmm,,,betul tidak yaaa..

    ReplyDelete
  3. hahahhaaa!!!
    itu cerita perang lumpur ke 2

    gara2 dimarahin empunya sawah, jadi perang lumpurnya baru setengah jalan
    mana si Manik kena sambit lumpur berbatu pula

    jadi aku ma rani nge-neng-nengi hehehe

    tapi asik lho.. habis itu mandi di sungai
    berasa spa di alam bebas aja ^^d

    hohohohoooo...

    ReplyDelete
  4. wakakaka rame seperti nya ^^
    Ureshi neh... (^.^)

    ReplyDelete
  5. iya... ramenya anak2

    bener2 seru!! (^___^)d

    bener2 sisi laen dari wisata ke Bali

    hehe, pas tu ke sana juga gak liburan sih, kerja2!!!

    hehehe

    ReplyDelete
  6. hahahhaaa!!!
    itu cerita perang lumpur ke 2, beda tempatnya

    gara2 dimarahin empunya sawah, jadi perang lumpurnya baru setengah jalan
    mana si Manik kena sambit lumpur berbatu pula

    jadi aku ma rani nge-neng-nengi hehehe

    tapi asik lho.. habis itu mandi di sungai
    berasa spa di alam bebas aja ^^d

    hohohohoooo...

    ReplyDelete