Friday, January 14, 2011

Perfect Love


Hay, how are you all? I’m sorry, I’m a bit busy revising my final project lately. Hmfh, honestly, I’m a bit worried if I couldn't get a good score for the final project :”( So, I do the best for it and give the rest to Allah, wish me luck!

A good news, my bestfriend also had finished his final presentation at January 9th, and he got A! Congratulation… I’m jealous of you, honestly… hehehe! But finally we made it! Yatta! We will graduate together on this February, yay!

Beberapa hari lalu temen sekelasku waktu SMP berkunjung ke rumah. Sudah lama kami nggak ketemu, ya adalah setengah tahun. Terakhir aku ketemu di kampusnya (kantor papaku), dan waktu itu kami juga cerita ngalor ngidul soal hidup dan lain-lain. Oke, setelah lama tak sua, akhirnya kami pun menyambung cerita soal hidup yang kemarin-kemarin, kisah dia, kisahku, rencana dia, rencanaku. Tapi disini jelas aku nggak akan ngomogin soal dia, tapi soal aku.

Sebenarnya… aku ingin jatuh cinta.

Tapi entahlah apa itu yang menahanku selalu untuk menendang jauh-jauh perasaan itu saat ini. TA? Ya… kemarin sih iya, focus nyelesaikan TA yang terbengkalai hampir setahun. Tapi sekarang TA sudah selesai. Apalagi? Revisi? Sudah hampir finish. Masih ada waktu lahbuat memikirkannya. Orangnya?

Ini yang jadi soal. Aku nggak tau apakah yang sedang ada di depan mataku ini adalah orangnya. Atau ada yang lain lagi? Bisakah dia mencuri hatiku? Banyak sekali pertanyaan. Bukan nggak mungkin jawabannya iya. Tapi aku masih nggak yakin.

Setelah serangkaian pengalaman yang terjadi pada diriku, aku malah jadi semakin semakin banyak pertimbangan soal cinta. Aku cuma takut sakit. Walaupun temen-temen bilang, “Ya kamu nggak bakal tau kalau belum coba jalanin kan?” what? Huff. Aku bingung. Rasanya kok sudah bukan waktunya lagi buatku memilih pasangan seperti memilih kucing dalam karung yang belum kelihatan gimana warnanya, atau kucing dalam etalase kaca di pet shop yang cuma bisa kuliat luarnya aja, atau kucing mulan (nemu di jalan) yang nampak manis dan lucu tapi belakangan suka nyokot.

Aku pernah bilang, kalau aku ingin dicintai sama seseorang yang melihatku apa adanya, bahkan jika atribut-atribut seperti wajah, latar belakang pendidikan, kondisi budaya atau finansial keluarga dan lain-lain itu dihapuskan. Aku ingin dia melihat pada hatiku.

Tapi kok belakangan aku sendiri nggak bisa liat cowo tanpa atributnya ya? Ehm. Bukan kenapa-kenapa, tapi based on my experience, soal social gap itu ternyata bisa jadi masalah yang berlarut-larut dalam suatu hubungan. Misalnya, aku sekarang lebih cenderung buat nyari cowo yang latar belakangnya sama-sama anak teknik (atau yang bakal bekerja dalam field yang sama), kalau bisa anak UGM juga atau yang kira-kira peringkat universitasnya hampir sama, nyari yang umurnya nggak terlalu jauh (plus minus 5 taun boleh lah…, hahaha), yang keluarganya biasa-biasa aja (yang nggak ekstrim perbedaannya). Nah, ribet kan? Btw aku kok kayak masang woro-woro cari jodoh di koran ya? HAAHAHA!

Bukan bukan, esensinya bukan itu, intinya, kok lama-lama aku makin banyak persyaratan dan pertimbangan dalam menentukan pasangan berdasarkan atributnya ya? Padahal seharusnya untuk urusan yang kayak gini aku lebih membebaskan diri dan pikiranku dan membiarkan semuanya berjalan mengalir sesuai takdirnya.

Aku terlalu takut sakit, atau menyakiti orang lain. Padahal aku tau kalau cinta itu nggak bisa dipaksa, dan apapun yang akan terjadi itu memang sudah kehendakNya, yang penting kita kan sudah berusaha. Tapi ya… itu tadi, pengalaman membuatku jadi kebanyakan mikir.

Aku jadi seperti orang takut jatuh cinta, atau dijatuhi cinta. Tapi aku ingin dia adalah orang yang benar-benar sayang aku, sekalipun dia tau kalau aku ini bukanlah malaikat seperti yang pertama kali dia lihat, tapi jauh di dalam sana, dia melihat si setan kecil itu tersenyum, dan dia tetap menyayangiku. Berkali-kali kubilang, orang yang awalnya suka sama aku, lama-lama setelah mengenalku, nggak tahan juga denganku dan akhirnya ilfil. Nah, kalau sudah kaya gini, waktu aku jadi suka sama dia, perasaan dia terhadapku malah kebalikannya. Dan apa endingnya, hatiku diiris-iris lagi pake pisau roti, yang mana sakitnya sedikit sedikit tapi tetep hancur berkeping-keping juga. Dan buat mengembalikannya ke bentuk semula, butuh waktu lama, dan proses yang nggak mudah untuk diriku sendiri buat bangun dan berjalan lagi.

Waktu SMP, temenku ini bilang, “Kamu itu… harus dapat orang yang bener-bener perfect!” katanya sambil ngacungin telunjuknya ke dahiku. Waktu itu aku nggak ngerti maksudnya, dan sekarang temenku itu malah udah lupa pernah ngomong kaya gitu, tapi aku nggak pernah lupa. Hm, kalau itu, kayanya semua orang sih seharusnya dapat orang yang perfect buatnya, orang yang cocok, kaya tumbu oleh tutup. Tapi siapa?

Dia baru menjawabnya kemarin, setelah 9 tahun berlalu.


“Dia adalah orang yang mengerti kamu, dan mau mengerti kamu, PERFECTLY...,”



I still haven’t found the right answer until I write this.

Hope someday I could find the heart I looking for

...


PS: Thanks for Baba, my good friend since junior high, for sharing your stories and thoughts…

10 comments:

  1. Tidak ada laki laki yang sempurna di muka bumi ini.
    Cinta seorang wanitalah yang membuatnya sempurna.

    ReplyDelete
  2. wow...
    iya...
    I'm not looking for a perfect person,
    but someone who sees me perfectly, as I am
    dicintai juga lah yang membuat wanita sempurna :)

    ReplyDelete
  3. Ah love. . >o<
    memang sosok stengah malaikat itu gak ada.
    . .

    Agree sama kumen2 dibawah.

    ReplyDelete
  4. at least sudah berusaha mencarinya...
    pasti Allah kasih yang terbaik
    (walaupun yang terbaik menurut Allah kadang nggak sesuai ekspektasi kita) hehehe

    ReplyDelete
  5. hmm.. cinta.. saat ini.. aku pun tidak yakin akan cinta.. bahkan pada diriku sendiri..

    *trus pye ki nek koyo ngene?* :(

    ReplyDelete
  6. mb nee:
    wah... piye to mbaknya... kok malah bingung sendiri??
    hehehe... sabar mbak... jodoh itu kan Allah yang menetukan, asal jangan menutup diri... bebaskan dirimu dalam cinta, untuk mencintai dan dicintai :) cheers

    *padahal sebenernya aku juga lagi galau dan bingung soal cinta-cintaan...

    ReplyDelete
  7. kekekek.. nah itu dia.. nek teori gampang ya..pdhl..hihi..

    =bebaskan dirimu dalam cinta, untuk mencintai dan dicintai= siipppp d(^^)b

    ReplyDelete
  8. semangat mbak nee!!!
    aku cuma bisa bikin teori2 aja, tapi prakteknya? aku sendiri masih nol besar... :"(
    kok malah curcol?
    hahahhaa

    ReplyDelete