Thursday, March 31, 2011
Wednesday, March 30, 2011
Hari Film Nasional, Then?
Hai people! Do you feel okay today? I somewhat feel a bit bored with the jobless life today, nothing to do, and everything still uncertain :(
Sepagian tadi di radio, twitter dan facebook semuanya update kalau hari ini didaulat sebagai Hari Film Nasional, yup, harinya film Indonesia, yang konon tanggal 30 Maret diambil berdasarkan hari shooting pertama film “Doa dan Darah” yang disutradarai oleh Usmar Ismail pada tahun 1950. Film Doa dan Darah sendiri adalah film pertama yang dibuat oleh anak bangsa dan perusahaan milik bangsa Indonesia sendiri (PERFINI) dimana Usmar Ismail juga termasuk salah satu pendirinya. (wikimu.com)
And then? What should we do to commemorate this historic day? Is anyone would see Indonesian movies in 21 today, which is almost all of the movies are cheap sex or horror in genre. Huff… sorry to say, I ABSOLUTELY WOULDN’T WANNA COME TO CINEMA TO SPEND MY MONEY FOR IT. So, how could we appreciate Indonesian movies if the movie offered is still underrate?
Though film making is not my main concern anymore, and I recently become only an ordinary moviegoer or I called it movie appreciator, but I think I really care with our local movies, not only in national scale but also regional.
Bisa dibilang aku sepertinya sudah addicted to movie (dalam bahasa klub filmku, FIAGRA, disebut movieholic). Hampir setiap minggu pasti ada sekali atau dua kali lah aku pergi ke bioskop, XXI maupun 21, dan kalau udah lebih dari 2-3 minggu aku nggak ke bioskop, dan nampak bete, pasti driverku langsung nawarin, “Mbak nggak ke XXI?” hahaha, sampai hapal beliau.
Papaku juga suka ngajakin ke bioskop, kalo lagi ada film Indonesia yang (nampaknya) oke, atau ketika lagi suntuk, dan itu maunya nonton film Indonesia. Waktu aku tawarin buat nonton film barat ke XXI, beliau menolak, “Ah, nonton film Indonesia aja ya, yang ringan, nggak pake mikir”. Wah, film Indonesia ringan dan nggak pake mikir? Yah, mau gimana lagi, habis yang kebanyakan ditawarkan di bioskop emang yang genre-nya kayak gitu sih, ringan dan nggak bergizi. Sekalinya ada film bagus, kalo promosinya sip, kaya Laskar Pelangi, antre bisa membludak (bikin males), atau kalau promosinya kurang gencar bakalan sepi nyenyet kayak Ruma Maida atau May. Hew...
Sebenarnya susah juga buat menebak selera orang Indonesia dalam menonton (dan juga membuat) film. Menurutku, antara supply dan demand saling berbanding terbalik. Tren antara selera pasar dan selera film maker nggak pernah cocok. Akibatnya, kita sebagai penonton lebih banyak tetep milih nonton film Hollywood atau film Korea atau malah film Bollywood ketimbang film Indonesia. Padahal pilihan film Indonesia itu buanyaaak banget, ya walaupun harus diakui film-film yang gampang dijangkau ya film-film major yang diputer di bioskop itu ketimbang film indie yang nyarinya susah minta ampun.
Film major, ya seperti yang diputer di bioskop-bioskop itu, as you know, mengalami penurunan kualitas yang (menurutku) signifikan, dibandingkan dengan jaman-jaman pasca Ada Apa dengan Cinta? (AADC), yang dibilang sebagai masa kebangkitan film Indonesia dari mati suri. Siklusnya mbalik lagi ke film-film bermuatan sex dan horror nggak jelas. Film bagus berkualitas kemana? Wara-wiri dan juara di festival-festival tapi nggak pernah ngasih liat hasil karyanya ke masyarakatnya sendiri. Huft...
Film indie? Onani. Hehehe, sorry for saying (maybe) a bad word. But that’s what I’m thinking about indie films. Bahasa gampangnya, terlalu idealis, sebagai media ekspresi yang hanya memuasi diri sendiri (si pembuat film) dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu (ya terutama yang sama-sama membuat film). Padahal film dengan “pesan” tertentukan bisa juga dikemas dalam adegan-adegan yang ringan tapi mengena, nggak musti melulu pakai adegan dan shot-shot yang dark and gloomy, dan terlalu banyak adegan surealis dengan pesan tersirat, capek nerjemahinnya dua kali. Atau hanya aku saja yang berpikir demikian ya?
Pernah berpengalaman memproduksi film-film independent bukan berarti aku juga bisa bikin film yang oke, sehingga bisa seenak jidat ngeritik seperti di atas. Beberapa kali juga aku mencoba membuat karya dengan genre dan tema yang berbeda-beda, hanya untuk mencari sebenarnya gimana sih memformulasikan sebuah karya film yang bagus itu? Nggak cuma buat pembuat film, tapi juga penontonnya.
Technically, membuat film itu ya kayak gitu-gitu aja, bisa lah semua orang bikin kalau udah belajar tekniknya. Seperti karya seni yang lain, yang membuatnya lebih bernilai adalah muatan yang dibawa oleh film itu sendiri. Sebuah karya film harus inspiring, menginspirasi penontonnya, dan bisa mempengaruhi penontonnya untuk menjadi lebih baik atau at least berpikir lebih mendalam untuk menjadi lebih baik. Film itu karya yang multi-interpretasi, karya yang paling gampang disalahpahami. Yang dipikirkan penonton bisa nggak sejalan dengan yang dipikirkan pembuatnya, dan yang dipikirkan oleh satu penonton dengan penonton lain juga bisa beda-beda. Inilah yang bikin sulit. Contohnya, menurutku film Sex is Zero (film Korea yang dibintangi oleh Ha Ji Won) itu keren banget dan pesan moralnya dalem, walaupun kemasannya emang nampak ringan dan murahan banget. Tapi yang dipikirkan oleh temenku beda, itu film murni hiburan kocak yang bermuatan sex. Nah... bingung kan? Hal ini berlaku juga buat film Indonesia.
Berharap nanti akan ada banyak lagi film-film Indonesia yang bagus, jangan cuma dikirim ke festival aja, dan cuma diputer di event-event tertentu, tapi juga tayangkan di bioskop. Fight those cheap underrated films! Biar semuanya berlomba-lomba untuk membuat film yang bagus, nggak kalah dengan film-film Hollywood. Biar penonton Indonesia lebih memilih untuk menonton film-film karya bangsa sendiri lagi :)
(Me, first time as film editor in 2001 :D)
As for myself, kemarin habis nemu DVD film documenter tukang parkir yang kubuat untuk tugas Pengembangan Masyarakat (Community Development) semester 5 dulu. Wuih, jadi kangen bikin film lagi. Udah lama cuma jadi penonton, semoga kapan-kapan ketemu dengan partner-partner yang cocok, bikin cerita yang seru, dan produksi film lagi! (eh, apa sekarang aja ya mumpung masih jobless, hehe!)Tuesday, March 29, 2011
Cooking!
Hola! Here’s me again, the pink cat!
Acara kita hari ini adalah memasak. Yup, me-ma-sak.
Hm, sebenernya cuma mau share masakanku tadi, yang ngarang-ngarang tapi ternyata rasanya lumayan. Biasa kalau lagi di rumah seharian, papa mama kerja dan baru pulang sore menjelang malam, maka urusan makan siang jadi tanggung jawabku sebagai kakak rumah tangga. Dan karena akhir-akhir ini aku malas sekali menimbun bahan di kulkas (soalnya kalo nggak habis dimarahin mama), maka tiap mau masak buat makan siang aku pun mengubek-ubek isi kulkas. Kalau lagi beruntung, dapet bahan yang enak-enak, kalau lagi apes ya kepaksa bikin masakan default: nasi goreng telur. Hahaha.
Untungnya tadi dapet bahan yang lumayan juga. Aku kumpulkan di meja dapur, dan mulailah acara masak kita hari ini! Menunya: orak-arik smoked beef ala Chef Neko Pink.
Bahan:
- Smoked Beef slice (jumlah terserah, dipotong bentuknya juga terserah)
- Telur (1 butir)
- Bawang Bombay (dicacah)
- Serai/lemongrass (dipotong sepanjang jari kelingkung)
- Daun jeruk (2 helai)
- Saos tiram (1 sendok teh)
- Margarine
- Garam
- Merica
Langkah-langkah:
1. Tumis bawang Bombay dengan margarine, garam dan merica, sampai bawang.
Bombaynya agak layu dan bau harum
2. Masukkan serai, daun jeruk dan smoked beef slice, tumis sampai semuanya
tercampur rata
3. Masukkan telur, aduk-aduk, diorak-arik sampai kering (matang)
4. Voila!
Gampang kan?? Hehehe... dan ternyata rasanya lumayan juga, walaupun tadinya aku juga coba-coba sih masukin serai sama daun jeruknya (biasanya ini kupake untuk bikin kare atau gule). Selamat mencoba! Intinya, pake bahan seadanya tetep bisa jadi masakan, yang penting jangan ragu mencoba!
PS: dianjurkan masaknya pas lagi laper banget, jadi kalau rasanya kacau tetep habis masakannya :D peace!
3. Masukkan telur, aduk-aduk, diorak-arik sampai kering (matang)
4. Voila!
Gampang kan?? Hehehe... dan ternyata rasanya lumayan juga, walaupun tadinya aku juga coba-coba sih masukin serai sama daun jeruknya (biasanya ini kupake untuk bikin kare atau gule). Selamat mencoba! Intinya, pake bahan seadanya tetep bisa jadi masakan, yang penting jangan ragu mencoba!
PS: dianjurkan masaknya pas lagi laper banget, jadi kalau rasanya kacau tetep habis masakannya :D peace!
Monday, March 28, 2011
TOEFL Madness
Hay hay hay! こんばんわ みんな! 元気 だった?
AKU SETRESSS, SODARA-SODARA!!!
Nggak bisa dipungkiri, lama nggak belajar dan sekalinya harus belajar lagi malah males-malesan, hasilnya ya kayak gini ini, setres sendiri. Kenapa? Yup, sesuai judul, aku harus menghadapi yang namanya tes TOEFL, yang mana sudah 2 tahunan lebih I never formally learning English. Huff…
Karena kenekatanku yang kuat untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi, tapi dengan kapasitas otak yang pas-pasan dan budaya bermalas-malasan ala kucing yang masih melekat kuat, aku harus menghadapi segala macam ugo rampe daftar-mendaftar sekolah pascasarjana. Salah satu syaratnya, ya tes TOEFL ini. Dan target skor untuk mendaftar di perguruan tinggi dalam negeri minimal 450, untuk ke luar negeri (negara tujuanku masih termasuk ASEAN kok) minimal 500. Hosh!
Sebenernya sampai beberapa hari yang lalu aku masih menganggap tes ini gampang. Gimana enggak, 2 tahun yang lalu TOEFL score-ku nyampe 500-an, jadi kali ini kemungkinan besar aman lah… Yah, kemakan sama kecongkakan hati, maka saya pun merasa berada di atas angin, kipas-kipas aja, males belajar serius. Tapi itu kan udah 2 tahun yang lalu...
Dan akibat kesombonganku itu, beberapa hari yang lalu aku nyoba tes simulasi TOEFL, yah, itung-itung buat latihan lah. Pas ngerjain sih rasanya bisa-bisa aja (sok-sokan banget ya?). Tapi beberapa menit kemudian, aku keluar, dan hasil tes simulasi bisa langsung dilihat. DOENGGG!! Kok skor-ku nggak nyampe 500? Mlorot banget. Dan siang itu mendadak mentalku langsung down :( Uwaa... ternyata skill bahasa Inggrisku menurun drastis. Kayak gini gimana mau daftar ke luar, apalagi mau nyari beasiswa. Uff… (nangis darah, gigit-gigit meja)
Sialnya lagi, hari Senin-nya, yup, today, I have to take ITP TOEFL test. Dengan skill dan mental yang ancur-ancuran, dan tadi malam juga masih aja malas-malasan buat belajar, aku pun nekat tetep dateng dan mengikuti tes. Ah, hadapi dengan berani aja, gitu kataku dalam hati, menghibur diri :D hehee.
Jam 8.15 an, aku masuk ke ruang tes dengan mantap, cari tempat duduk sesuai nomor yang ditentukan, dan menduduki kursi di pojokan. Wih, posisinya asik nih. Nggak lama, di sebelahku duduk seorang mas-mas yang wajahnya familiar, mirip sama, ehm, mantan pacar yang sudah nikah. Olala~ bukan bukan, ternyata itu kakaknya mantan! Hahaha, habis mukanya mirip lho, beneran. Basa-basi bentar sama si mas mantan calon kakak ipar, dan rangkaian upacara tes TOEFL pun dimulai.
Jam 8.30 an, dibagikan Examinee Handbook dan mengisi identitas di answer sheet. Di dalam Examinee Handbook itu ada contoh-contoh soal, coba iseng-iseng jawab, liat kuncinya, eh bener semua. Naik lagi deh kepercayaan diriku yang runtuh akibat tes simulasi kemarin. Terus diputar juga contoh conversation buat listening comprehention. Waaah, kedengerannya enak dan jelas banget pronounciationnya. Bisa laaah! Jadi mendadak semangat.
“Let’s start begin with section one, part a,” tes dimulai. Semua peserta khusyuk mendengarkan dengan hati-hati. Satu persatu nomor dilewati, ha kok semakin ke belakang pronounciationnya makin gak jelas dan si speaker ngecipris dengan speed ultra cepat. Kupingku kelabakan. Belum lagi, that damn answer sheet for computer makan waktu yang lumayan buat menghitamkan setiap lingkarannya. What the...!
Lanjut dengan section 2, structure and written expression. Ini sebenarnya bagian yang gampang sulit sulit! Nampaknya gampang, cuma ngisi bagian yang kosong dengan kata-kata yang udah ada di option. Tapi buat ngisi kata yang tepat itu kok recall ilmunya lamaaaa banget ya… “Ini harus pake have atau has ya?” atau “Ini pake verb 1, 2 apa verb-ing ya?” jadi ribet sendiri mikirnya. Lebih ribet lagi di bagian written expression, suruh nyari kata yang salah. Bingung setengah mati! Yang bener aja nggak tau gimana mau nyari yang salah atuh paaak? (jeritan hatiku di tengah ujian). Lagi asik-asiknya ngerjain soal, “Sisa waktu untuk section ini masih 5 menit lagi,” kata bapak-bapak pengawas. WHAT? 5 menit. Dan kulihat di answer sh*t-ku, masih ada 20an soal lagi! BAGUS! Ngerjain 20 soal dalam 5 menit? Tarik maaang! Aku pun ngebut nggarapnya, ngebut mata dan ngebut otak juga. Siaaaal!!!
Section 3, yang terakhir, reading comprehention. Bacaannya panjang-panjang gilaaa! Dan entahlah, kenapa vocabulary yang dipake susah-susah bener, sampai bingung itu padanan katanya apa. Mataku sampe jereng bolak-balik dari pertanyaan ke bacaan, ke pertanyaan lagi, ke bacaan lagi, baru ke option jawaban, dan masih nguing-nguing menghitamkan lingkaran-lingkaran itu. Uff… lama juga ternyata aku nggak pernah bersentuhan sama lembar jawab computer (LJK). Dan lagi-lagi, pas seru-serunya ngerjakan soal, si bapak pengawas bilang, “Waktunya masih 5 menit lagi,” masih paaaak?? Ampun deh… kali ini aku bener-bener rasanya kayak kejar-kejaran sama monyet waktu kecil dulu, deg-degan kuadrat!!! Nggak bisa konsen lagi deh ngerjakan 10 ekor soal yang teakhir, dan sialnya, answer sheet-ku sudah keburu diambil sama si embak-embak pengawas. AAAAHHH… embaaak… masih ada 2 soal yang belum aku lingkarin tuuuh!!! (nangis ngguling-ngguling, garuk-garuk lantai…) Huhuhu.
Dengan pasrah, aku melangkah gontai meninggalkan ruang tes. Terserah computer mau berkata apa, tapi please, bikin skornya jadi 501 ya… (penuh harap).
Oke friends, what I want to share by this post were: never stop learning and keep being modest.
AKU SETRESSS, SODARA-SODARA!!!
Nggak bisa dipungkiri, lama nggak belajar dan sekalinya harus belajar lagi malah males-malesan, hasilnya ya kayak gini ini, setres sendiri. Kenapa? Yup, sesuai judul, aku harus menghadapi yang namanya tes TOEFL, yang mana sudah 2 tahunan lebih I never formally learning English. Huff…
Karena kenekatanku yang kuat untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi, tapi dengan kapasitas otak yang pas-pasan dan budaya bermalas-malasan ala kucing yang masih melekat kuat, aku harus menghadapi segala macam ugo rampe daftar-mendaftar sekolah pascasarjana. Salah satu syaratnya, ya tes TOEFL ini. Dan target skor untuk mendaftar di perguruan tinggi dalam negeri minimal 450, untuk ke luar negeri (negara tujuanku masih termasuk ASEAN kok) minimal 500. Hosh!
Sebenernya sampai beberapa hari yang lalu aku masih menganggap tes ini gampang. Gimana enggak, 2 tahun yang lalu TOEFL score-ku nyampe 500-an, jadi kali ini kemungkinan besar aman lah… Yah, kemakan sama kecongkakan hati, maka saya pun merasa berada di atas angin, kipas-kipas aja, males belajar serius. Tapi itu kan udah 2 tahun yang lalu...
Dan akibat kesombonganku itu, beberapa hari yang lalu aku nyoba tes simulasi TOEFL, yah, itung-itung buat latihan lah. Pas ngerjain sih rasanya bisa-bisa aja (sok-sokan banget ya?). Tapi beberapa menit kemudian, aku keluar, dan hasil tes simulasi bisa langsung dilihat. DOENGGG!! Kok skor-ku nggak nyampe 500? Mlorot banget. Dan siang itu mendadak mentalku langsung down :( Uwaa... ternyata skill bahasa Inggrisku menurun drastis. Kayak gini gimana mau daftar ke luar, apalagi mau nyari beasiswa. Uff… (nangis darah, gigit-gigit meja)
Sialnya lagi, hari Senin-nya, yup, today, I have to take ITP TOEFL test. Dengan skill dan mental yang ancur-ancuran, dan tadi malam juga masih aja malas-malasan buat belajar, aku pun nekat tetep dateng dan mengikuti tes. Ah, hadapi dengan berani aja, gitu kataku dalam hati, menghibur diri :D hehee.
Jam 8.15 an, aku masuk ke ruang tes dengan mantap, cari tempat duduk sesuai nomor yang ditentukan, dan menduduki kursi di pojokan. Wih, posisinya asik nih. Nggak lama, di sebelahku duduk seorang mas-mas yang wajahnya familiar, mirip sama, ehm, mantan pacar yang sudah nikah. Olala~ bukan bukan, ternyata itu kakaknya mantan! Hahaha, habis mukanya mirip lho, beneran. Basa-basi bentar sama si mas mantan calon kakak ipar, dan rangkaian upacara tes TOEFL pun dimulai.
Jam 8.30 an, dibagikan Examinee Handbook dan mengisi identitas di answer sheet. Di dalam Examinee Handbook itu ada contoh-contoh soal, coba iseng-iseng jawab, liat kuncinya, eh bener semua. Naik lagi deh kepercayaan diriku yang runtuh akibat tes simulasi kemarin. Terus diputar juga contoh conversation buat listening comprehention. Waaah, kedengerannya enak dan jelas banget pronounciationnya. Bisa laaah! Jadi mendadak semangat.
“Let’s start begin with section one, part a,” tes dimulai. Semua peserta khusyuk mendengarkan dengan hati-hati. Satu persatu nomor dilewati, ha kok semakin ke belakang pronounciationnya makin gak jelas dan si speaker ngecipris dengan speed ultra cepat. Kupingku kelabakan. Belum lagi, that damn answer sheet for computer makan waktu yang lumayan buat menghitamkan setiap lingkarannya. What the...!
Lanjut dengan section 2, structure and written expression. Ini sebenarnya bagian yang gampang sulit sulit! Nampaknya gampang, cuma ngisi bagian yang kosong dengan kata-kata yang udah ada di option. Tapi buat ngisi kata yang tepat itu kok recall ilmunya lamaaaa banget ya… “Ini harus pake have atau has ya?” atau “Ini pake verb 1, 2 apa verb-ing ya?” jadi ribet sendiri mikirnya. Lebih ribet lagi di bagian written expression, suruh nyari kata yang salah. Bingung setengah mati! Yang bener aja nggak tau gimana mau nyari yang salah atuh paaak? (jeritan hatiku di tengah ujian). Lagi asik-asiknya ngerjain soal, “Sisa waktu untuk section ini masih 5 menit lagi,” kata bapak-bapak pengawas. WHAT? 5 menit. Dan kulihat di answer sh*t-ku, masih ada 20an soal lagi! BAGUS! Ngerjain 20 soal dalam 5 menit? Tarik maaang! Aku pun ngebut nggarapnya, ngebut mata dan ngebut otak juga. Siaaaal!!!
Section 3, yang terakhir, reading comprehention. Bacaannya panjang-panjang gilaaa! Dan entahlah, kenapa vocabulary yang dipake susah-susah bener, sampai bingung itu padanan katanya apa. Mataku sampe jereng bolak-balik dari pertanyaan ke bacaan, ke pertanyaan lagi, ke bacaan lagi, baru ke option jawaban, dan masih nguing-nguing menghitamkan lingkaran-lingkaran itu. Uff… lama juga ternyata aku nggak pernah bersentuhan sama lembar jawab computer (LJK). Dan lagi-lagi, pas seru-serunya ngerjakan soal, si bapak pengawas bilang, “Waktunya masih 5 menit lagi,” masih paaaak?? Ampun deh… kali ini aku bener-bener rasanya kayak kejar-kejaran sama monyet waktu kecil dulu, deg-degan kuadrat!!! Nggak bisa konsen lagi deh ngerjakan 10 ekor soal yang teakhir, dan sialnya, answer sheet-ku sudah keburu diambil sama si embak-embak pengawas. AAAAHHH… embaaak… masih ada 2 soal yang belum aku lingkarin tuuuh!!! (nangis ngguling-ngguling, garuk-garuk lantai…) Huhuhu.
Dengan pasrah, aku melangkah gontai meninggalkan ruang tes. Terserah computer mau berkata apa, tapi please, bikin skornya jadi 501 ya… (penuh harap).
Oke friends, what I want to share by this post were: never stop learning and keep being modest.
がんばれー!
(@ Didipy Gerobakku, warung jus tempat nongkrong favorit)
Friday, March 25, 2011
Merindukanmu
Oke, judulnya romantis banget ya? Apakah karena bawaan hatiku yang lagi berbunga-bunga? Hmm... Nggak juga sih, karena hari ini entahlah, perasaan kok lagi tidak menentu, antara down, semangat lagi, dan datar-datar aja. But I wanna share about the feeling of missing someone (and something). Eaaa!
It’s been a long time I didn’t feel like this. As I wrote before, I have just having a relationship with someone (yes, a man) and somehow I kinda feel like I want to see him every time: everyday, every hour, every minute, and even every second, though I 100% realize that it impossibly happen. This is CRAZY!! But thanks to that damn TOEFL stuffs that keep my mind busy, so I don’t bother him with those annoying unnecessary texts or something :)
Kangen itu menyiksa, saudara-saudara, anda semua tau itu. Dan bilang “kangen” itu bisa jadi dilemma manakala jarang diungkapkan bisa bikin hati cenat-cenut menahannya, tapi kalo sering-sering bisa-bisa malah annoying dan (mungkin) membosankan. Aku takut kerinduan ini lama-lama berubah menjadi perasaan “berekspektasi lebih” terhadap dia, pingin dibalas (nggak hanya dalam bentuk SMS atau telpon aja, tapi kalau aku kangen, dia juga harus kangen). Nah, kan jadinya nggak asik banget tuh? Aku berharap (dan berusaha juga sih) dengan semakin tambah tuanya umurku, aku makin bisa mengendalikan diri dari setan-setan cilik itu.
Dengan perbedaan letak geografis yang cukup jauh diantara kami, sangat tidak memungkinkan buat ketemu secara fisik. Mimpi buat ngobrol-ngobrol sambil menatap matanya, hm, mungkin bisa dilakukan dengan webcam, atau video call (kalo pulsa nggak jebol, secara beda operator juga :D). Atau kepingin menghabiskan malam minggu jalan-jalan, oke… bisa kok, aku jalan sendiri, dia jalan sendiri, nah tu kami jalan-jalan. Haha. Bukan gitu juga sih. Bohong kalau aku bilang nggak pingin, udah lebih dari 2 tahun aku nggak pernah malam mingguan. Tapi aku tau pasti akan ada waktunya untuk itu, dan jika berjodoh kami masih punya buanyaaaak kesempatan. I’ll wait for it :)
Aku juga belum pernah menemukan formula yang paling mujarab buat mengobati perasaan kangen tersebut. Tapi dia, hanya dengan sebuah SMS di siang hari buta, dimana aku lagi tersesat di Kota Bandung sambil mondar-mandir pengen nggigit bapak-bapak nyebelin di Gedung Annex, hanya bertuliskan, “Kangen”, dan segalanya terasa menjadi menyenangkan. Ah, jatuh cinta memang menyenangkan, kenapa dari dulu aku malah ribet sendiri ya? Thank you my man :)
(Final Distance by Utada Hikaru)
Anyway, sesuatu yang kukangenin telah kembali ke pelukanku dalam keadaan sehat, Lily, laptopku tercinta. Karena sakit yang berkepanjangan, dia nggak bisa menemaniku mengerjakan TA. Semoga dia bisa menemaniku untuk meraih gelar Master setelah ini ya. Amin. Semangat kucing pink!!!
It’s been a long time I didn’t feel like this. As I wrote before, I have just having a relationship with someone (yes, a man) and somehow I kinda feel like I want to see him every time: everyday, every hour, every minute, and even every second, though I 100% realize that it impossibly happen. This is CRAZY!! But thanks to that damn TOEFL stuffs that keep my mind busy, so I don’t bother him with those annoying unnecessary texts or something :)
Kangen itu menyiksa, saudara-saudara, anda semua tau itu. Dan bilang “kangen” itu bisa jadi dilemma manakala jarang diungkapkan bisa bikin hati cenat-cenut menahannya, tapi kalo sering-sering bisa-bisa malah annoying dan (mungkin) membosankan. Aku takut kerinduan ini lama-lama berubah menjadi perasaan “berekspektasi lebih” terhadap dia, pingin dibalas (nggak hanya dalam bentuk SMS atau telpon aja, tapi kalau aku kangen, dia juga harus kangen). Nah, kan jadinya nggak asik banget tuh? Aku berharap (dan berusaha juga sih) dengan semakin tambah tuanya umurku, aku makin bisa mengendalikan diri dari setan-setan cilik itu.
Dengan perbedaan letak geografis yang cukup jauh diantara kami, sangat tidak memungkinkan buat ketemu secara fisik. Mimpi buat ngobrol-ngobrol sambil menatap matanya, hm, mungkin bisa dilakukan dengan webcam, atau video call (kalo pulsa nggak jebol, secara beda operator juga :D). Atau kepingin menghabiskan malam minggu jalan-jalan, oke… bisa kok, aku jalan sendiri, dia jalan sendiri, nah tu kami jalan-jalan. Haha. Bukan gitu juga sih. Bohong kalau aku bilang nggak pingin, udah lebih dari 2 tahun aku nggak pernah malam mingguan. Tapi aku tau pasti akan ada waktunya untuk itu, dan jika berjodoh kami masih punya buanyaaaak kesempatan. I’ll wait for it :)
Aku juga belum pernah menemukan formula yang paling mujarab buat mengobati perasaan kangen tersebut. Tapi dia, hanya dengan sebuah SMS di siang hari buta, dimana aku lagi tersesat di Kota Bandung sambil mondar-mandir pengen nggigit bapak-bapak nyebelin di Gedung Annex, hanya bertuliskan, “Kangen”, dan segalanya terasa menjadi menyenangkan. Ah, jatuh cinta memang menyenangkan, kenapa dari dulu aku malah ribet sendiri ya? Thank you my man :)
I wanna be with you now
We two stare at this distance
We can still make it
We can start over
I want to send this message by words
I wanna be with you now
Soon, we can even embrace this distance
We should stay together yeah, that's why I wanna be with you
(Final Distance by Utada Hikaru)
Anyway, sesuatu yang kukangenin telah kembali ke pelukanku dalam keadaan sehat, Lily, laptopku tercinta. Karena sakit yang berkepanjangan, dia nggak bisa menemaniku mengerjakan TA. Semoga dia bisa menemaniku untuk meraih gelar Master setelah ini ya. Amin. Semangat kucing pink!!!
Thursday, March 24, 2011
Tuesday, March 22, 2011
Monday, March 21, 2011
Sunday, March 20, 2011
For The Future
In this story called "life",
You are the star of your scenes.
If you're not happy with something,
Go ahead and rewrite it the way you want.
It can't be any fun complaining,
Without doing anything...
C'mon, let's go!!
C'mon, let's fly in that sky once!
Aim for the limit at full speed --
For the future!
(For The Future by Do As Infinity)
You are the star of your scenes.
If you're not happy with something,
Go ahead and rewrite it the way you want.
It can't be any fun complaining,
Without doing anything...
C'mon, let's go!!
C'mon, let's fly in that sky once!
Aim for the limit at full speed --
For the future!
(For The Future by Do As Infinity)
Uf… I’m a bit tired these days. Many things happened this late two weeks, rushing my body and also my mind. Time have no tolerance for the weak body or lazy mind like mine :D hehe! What was happened in my life lately?
I’m sorry I had no time to write a long post before, I just shouted many quicknotes and post several short journals. After the “automatic deletion by my handphone” incident, I suddenly lost my mood to write anything in the blog, especially using that device. And during last week, I didn’t bring my Chou Chou (the notebook pc) while I went to Jakarta and Bandung.
Hahaha... gimana ceritanya tuh aku bisa nyasar di dua kota tersebut? Hm, rasanya kok setelah lulus jadwalku cuma jalan-jalan aja ya... (pengangguran sok sibuk!). Hm, bukan begitu juga sih, sama seperti fresh graduate yang lain, aku juga menyibukkan diri meraih masa depan.
Setelah upacara wisuda, beberapa teman mulai saling tanya-menanya mengenai rencana masa depan satu sama lain. Beberapa ada yang udah jelas (udah dapat pekerjaan sebelum lulus), beberapa ada yang sudah jelas (rencananya), beberapa masih bingung, beberapa masih geje. Mungkin sebagian orang menyangka aku termasuk kategori yang terakhir, sampai-sampai ada yang bilang “Kamu itu pengangguran paling bahagia yang pernah kulihat,” hahaha…
Nampaknya begitu ya? Mungkin aku nampak bahagia, karena apa yang kupikirkan sudah jelas. Jalan mana yang mau aku tempuh dan cara-cara apa saja yang akan aku lewati. Simple banget ya? Nggak begitu juga, semua keputusan dalam hidup ini beresiko dan nggak ada yang mudah. Aku sadar penuh dengan kapasitas yang kupunya ini jalanku nggak mungkin semulus jalan tol seperti makhluk-makhluk yang memakai selempang “Cum Laude” waktu wisuda. Salahku juga sih, kenapa waktu kuliah aku pake acara santai-santai terus. Tapi sekarang juga bukan waktunya buat menyesal, toh nggak mungkin kan angka di transkrip bakal tau-tau berubah jadi 3.51 hanya karena kena tetesan air mata? (iyalah, yang ada juga malah tintanya jadi burem!)
Making decision in life requires deep consideration.
Walaupun aku nampaknya “lalalala~” gini, aku bukan tipe orang yang bisa seenak jidat mengambil keputusan. Terutama keputusan-keputusan penting yang bakal menentukan hidupku bertahun-tahun ke depan. Mau jadi seperti apa aku ini 10, 20, 30 tahun ke depan? Bak bikin masterplan kawasan, aku pun harus bikin masterplan hidupku sendiri.
Aku pernah tanya sama papaku,
“Aku ini hanya cewek yang biasa banget, bolehkah aku bermimpi tinggi-tinggi? Aku tau aku bukan anak kecil lagi yang memang harus bermimpi setinggi langit, aku juga harus liat realita, kondisi eksisting-ku yang hanya kayak gini, apakah bisa menjadi orang hebat suatu hari nanti?”.
Papaku, seperti biasa membalasnya dengan senyum dan memandang mataku lekat-lekat,
“Siapapun boleh bermimpi, termasuk kamu. Siapa bilang mimpi setinggi langit itu Cuma boleh untuk anak kecil? Papa yakin kamu yang sekarang sudah cukup dewasa untuk melihat realita, dan menentukan jalan mana yang akan kamu tempuh untuk mewujudkan mimpimu itu,”.
Aku masih bimbang,
“Tapi, aku ini bener-bener orang yang sangat biasa-biasa saja, bukan seperti Ikal atau Arai yang dari daerah pelosok tapi bisa jadi orang hebat. Aku ini yang begini-begini aja, I think there’s nothing special in me,”.
Papa ketawa,
“Nggak semua orang se-beruntung kamu, Ajeng (romantis ya papaku kalo manggil…), mana ada orang yang seenaknya kayak kamu ini bisa masuk UGM, dan nggak banyak orang yang se-ngeyel kamu ini masih bisa bertahan hidup dari sakit waktu itu,”.
SIAL. AKU NANGIS.
Seketika aku sadar, aku sendiri lah yang menciptakan “tembok” kaca itu, sebenernya segala hal yang rasanya nggak mungkin itu bisa aku raih, kalau aku tidak “mengurung diri” dengan batas-batas yang sebenarnya bisa kurobohkan sendiri. Ah… Aku jadi optimis lagi. Ayo semangat mengejar mimpi! Jalan menuju ujung pelangi itu nggak hanya satu, tapi banyak… widen your sight, jangan persempit pikiranmu sendiri dan menciptakan batas-batas lagi. Suatu hari, aku pasti bisa menjadi professor! Khah khah khah!!!
Aaand, now, I also have someone who trapped himself into a labyrinth named me :D He’s such a kind man. When I shared this utopian dream with my man (long before I decided to get together with him), surprisingly he enthusiastically listened to aaaalll my craps and still didn’t see me as a freak-dreamer-girl.
Why I ended up having a relationship?
Beberapa teman seper-jomblo-an menanyakan keputusanku yang terkesan mendadak ini. Ah, sebenernya nggak mendadak juga, karena proses yang kami perlukan untuk itu nggak cuma dilalui sebulan-dua bulan aja. Juga bukan karena sebelumnya aku galau dan jadi asal maen samber kesempatan aja. As I wrote before, aku bukan tipe yang gampang membuat keputusan seenak jidat. Aku mondar-mandir, kayang-kayang, salto-salto, nggak jelas banget dah hanya untuk memikirkan dia. Bohong bohong, aku nggak bisa kayang dan salto ding :D
After quite long considerations, dan beberapa malam berdoa, akhirnya aku cuma bisa mengatakan, “Sekarang tanggal berapa?” sama dia buat mengatakan “ya” saking saltingnya. Hahaha...
Hanya dengan dia, aku tidak memberikan syarat apa-apa kecuali menyayangi aku, dan nggak berekspektasi macam-macam terhadap hubungan ini. Aku ingin menjalaninya secara natural, walaupun mungkin nggak semuanya akan berjalan baik-baik saja, tapi aku harap bisa melaluinya dengan baik. Kalau dia memang jodohku, hope he’s the one I can draw a future with, and he become the home where I always be back to...
Saturday, March 19, 2011
Thursday, March 17, 2011
Wednesday, March 16, 2011
Tuesday, March 15, 2011
Taken!
Hay hay friends!
Ehm.
Yeah, I now officially having a relationship.
I ever mentioned his name in the previous post. It was a bit funny I ended up with him.
For this time, I'm not giving him any "terms and conditions", and even expect anything from the relationship. Just shares love and care, laugh and cry together with him.
Now, this pink cat is not running alone :)
Monday, March 14, 2011
Sunday, March 13, 2011
Saturday, March 12, 2011
Friday, March 11, 2011
Wednesday, March 9, 2011
Tuesday, March 8, 2011
Monday, March 7, 2011
Sunday, March 6, 2011
Saturday, March 5, 2011
Friday, March 4, 2011
Wednesday, March 2, 2011
Aria
Hayyy friends!! Hope you always fine, happy and healthy :)
It is so rarely I mention someone’s name as title for my post. But he is so special, for me, at least. Hehehe...
Why he become so special to me?
As written in my post before, Thank You for Made Me Smile Again..., he became one of the most important people to me since I knew him in early 2010. Actually, it was my sister who introduced him to me after she came back from Surabaya to do her research project. And Aria was the officer in the factory where she did the observation in. My sister told me about him a lot. Yup, he was an interesting man, I think. And he really is.
Dia adalah sahabat pena terbaikku. Hahaha, pasti udah lama kan kalian nggak mendengar frase “sahabat pena”? Padahal dulu sistem pertemanan seperti ini ngetren banget lho, waktu aku masih SD, jaman Majalah Bobo masih jadi konsumsi bocah-bocah seumuranku. Konsep pertemanan yang terjalin dengan saling berkirim cerita melalui pos, yang alamatnya biasa didapat dari majalah tersebut (bagi kalian yang dulu baca Bobo, pasti pernah lihat di setiap posting anak-anak pasti di bawahnya ada alamatnya, hehehe).
Jaman sekarang, mungkin era berkirim surat udah nggak njaman, udah ada metode-metode elektronik yang lebih cepat dan efisien untuk sekedar mencari teman, berkenalan dan saling bertukar cerita. Tinggal search di FB, add as friend (atau sambil kirim PM buat kenalan), approved, dan mulailah saling bertukar cerita. Nah, begitu juga lah perkenalanku dengan arek Suroboyo ini. Tiba-tiba namanya muncul di friend request (yang waktu itu di tempatku masih ada 180-an pending request *nggayaaa :P), sepertinya namanya familiar, aku approve, dan berkenalan lah kami.
Dia seumuran denganku, at least tahun lahirnya sama, tapi tuaan dia (yes!), walaupun suka merasa sok lebih muda (wew). Bahkan angkatannya pun sama. Ironisnya, dia lulus satu setengah tahun lebih cepet dari aku, hiks. Dia kuliah di ITS jurusan desain produk, yang mana itu adalah jurusan yang kuinginkan juga waktu SMA dulu, tapi akhirnya aku give up karena nggak bisa nggambar (dan keterima di UGM duluan, khah khah khah...). Oke, dari background yang sesama desainer (dalam skala yang beda jauuuhhh...) itulah yang bikin kami jadi nyambung dan cepet akrab. Dan juga, kami punya interest dan taste yang hampir sama, terutama soal desain, traveling, dan makanan (yang ternyata dia juga suka banget kare). Hehhee...
Why I called him my best pen pal? Atau lebih tepatnya disebut "text" pal yaa, karena kami berkomunikasi melalui tulisan, SMS atau wall-to-wall di FB. Bertukar cerita, mimpi dan semangat. Dan dia juga salah satu yang membuatku bersemangat untuk menyelesaikan TA, walaupun lebih banyak ngejeknya sih. Hahaha... ampun mas! Besides, we also shared stories and dreams. Sometimes he asked my opinion to be his consideration before make some important decision. That’s what friends are for :)
Di posting tersebut diatas, aku bilang dia adalah sahabat yang belum pernah kutemui di dunia nyata. But now, I already met him, IN REAL!
Agak kaget memang waktu ketemu dia pertama, a bit different than I thought, physically, he looks maturer than in his FB profile picture, hihihi. Tapi lucunya, kok proses “canggung” itu hanya berlangsung beberapa detik aja ya. Habis itu kami ngobrol lancar-lancar aja, seperti dia itu temenku SMA yang dulu akrab banget dan kemudian beda kota, terus ketemu lagi. But that was actually our first rendezvous.
Then, he took me and my cousins around the city!! Yeaah! Beginilah backpacker, “memanfaatkan” teman untuk jalan-jalan, lagipula dia kan yang lebih tau jalan. Kalo kami sendirian, walaupun bawa peta tetep aja kesasar (FYI, sehari sebelumnya kami bertiga salah jalan waktu keluar dari stasiun ke hotel, hehehe).
Seperti halnya ketika kopdar dengan temen-temen MP sekalian (yang udah pernah kopdar sama aku), kami juga ngobrol sangat-sangat banyak di sela-sela city tour itu. Walaupun aku jalan bersama 2 ekor sepupu, tapi aku sama dia malah “ngecipris” sendiri, sampai 2 adikku itu bak obat nyamuk bakar, diem di pojokan dan berasap, hahaha. Entahlah, rasanya banyak hal yang bisa kami obrolin, seperti udah kenal dia bertahun-tahun sekalipun kami belum pernah bertemu sebelumnya.
And, as I mentioned in the post before (again), he promised me to treat me in Zangrandi, a famous home-made ice cream in Surabaya. He kept his promise and really treated me there. Hyaah, he’s kind of a so-sweet person and somehow he could make me speechless by his words and what he does.
Furthermore, after I came back to Jogja, he became busier in his new job, but we still contact each other almost every day. Some people assumed that we’re in a relationship or something. I don’t know yet, I also cannot see the future, whether we could be lover or not, I enjoy this friendship so much. And if love someday may come to us, let’s see what will happen next :)
To @Aria_Sung , thanks for the song “Untukmu” that you and the band Hailback had composed for me, really makes me miss the day we met and play around the city, I wait for you to visit my city too, so soon! :)
It is so rarely I mention someone’s name as title for my post. But he is so special, for me, at least. Hehehe...
Why he become so special to me?
As written in my post before, Thank You for Made Me Smile Again..., he became one of the most important people to me since I knew him in early 2010. Actually, it was my sister who introduced him to me after she came back from Surabaya to do her research project. And Aria was the officer in the factory where she did the observation in. My sister told me about him a lot. Yup, he was an interesting man, I think. And he really is.
Dia adalah sahabat pena terbaikku. Hahaha, pasti udah lama kan kalian nggak mendengar frase “sahabat pena”? Padahal dulu sistem pertemanan seperti ini ngetren banget lho, waktu aku masih SD, jaman Majalah Bobo masih jadi konsumsi bocah-bocah seumuranku. Konsep pertemanan yang terjalin dengan saling berkirim cerita melalui pos, yang alamatnya biasa didapat dari majalah tersebut (bagi kalian yang dulu baca Bobo, pasti pernah lihat di setiap posting anak-anak pasti di bawahnya ada alamatnya, hehehe).
Jaman sekarang, mungkin era berkirim surat udah nggak njaman, udah ada metode-metode elektronik yang lebih cepat dan efisien untuk sekedar mencari teman, berkenalan dan saling bertukar cerita. Tinggal search di FB, add as friend (atau sambil kirim PM buat kenalan), approved, dan mulailah saling bertukar cerita. Nah, begitu juga lah perkenalanku dengan arek Suroboyo ini. Tiba-tiba namanya muncul di friend request (yang waktu itu di tempatku masih ada 180-an pending request *nggayaaa :P), sepertinya namanya familiar, aku approve, dan berkenalan lah kami.
Dia seumuran denganku, at least tahun lahirnya sama, tapi tuaan dia (yes!), walaupun suka merasa sok lebih muda (wew). Bahkan angkatannya pun sama. Ironisnya, dia lulus satu setengah tahun lebih cepet dari aku, hiks. Dia kuliah di ITS jurusan desain produk, yang mana itu adalah jurusan yang kuinginkan juga waktu SMA dulu, tapi akhirnya aku give up karena nggak bisa nggambar (dan keterima di UGM duluan, khah khah khah...). Oke, dari background yang sesama desainer (dalam skala yang beda jauuuhhh...) itulah yang bikin kami jadi nyambung dan cepet akrab. Dan juga, kami punya interest dan taste yang hampir sama, terutama soal desain, traveling, dan makanan (yang ternyata dia juga suka banget kare). Hehhee...
Why I called him my best pen pal? Atau lebih tepatnya disebut "text" pal yaa, karena kami berkomunikasi melalui tulisan, SMS atau wall-to-wall di FB. Bertukar cerita, mimpi dan semangat. Dan dia juga salah satu yang membuatku bersemangat untuk menyelesaikan TA, walaupun lebih banyak ngejeknya sih. Hahaha... ampun mas! Besides, we also shared stories and dreams. Sometimes he asked my opinion to be his consideration before make some important decision. That’s what friends are for :)
Di posting tersebut diatas, aku bilang dia adalah sahabat yang belum pernah kutemui di dunia nyata. But now, I already met him, IN REAL!
Agak kaget memang waktu ketemu dia pertama, a bit different than I thought, physically, he looks maturer than in his FB profile picture, hihihi. Tapi lucunya, kok proses “canggung” itu hanya berlangsung beberapa detik aja ya. Habis itu kami ngobrol lancar-lancar aja, seperti dia itu temenku SMA yang dulu akrab banget dan kemudian beda kota, terus ketemu lagi. But that was actually our first rendezvous.
Then, he took me and my cousins around the city!! Yeaah! Beginilah backpacker, “memanfaatkan” teman untuk jalan-jalan, lagipula dia kan yang lebih tau jalan. Kalo kami sendirian, walaupun bawa peta tetep aja kesasar (FYI, sehari sebelumnya kami bertiga salah jalan waktu keluar dari stasiun ke hotel, hehehe).
Seperti halnya ketika kopdar dengan temen-temen MP sekalian (yang udah pernah kopdar sama aku), kami juga ngobrol sangat-sangat banyak di sela-sela city tour itu. Walaupun aku jalan bersama 2 ekor sepupu, tapi aku sama dia malah “ngecipris” sendiri, sampai 2 adikku itu bak obat nyamuk bakar, diem di pojokan dan berasap, hahaha. Entahlah, rasanya banyak hal yang bisa kami obrolin, seperti udah kenal dia bertahun-tahun sekalipun kami belum pernah bertemu sebelumnya.
And, as I mentioned in the post before (again), he promised me to treat me in Zangrandi, a famous home-made ice cream in Surabaya. He kept his promise and really treated me there. Hyaah, he’s kind of a so-sweet person and somehow he could make me speechless by his words and what he does.
Furthermore, after I came back to Jogja, he became busier in his new job, but we still contact each other almost every day. Some people assumed that we’re in a relationship or something. I don’t know yet, I also cannot see the future, whether we could be lover or not, I enjoy this friendship so much. And if love someday may come to us, let’s see what will happen next :)
To @Aria_Sung , thanks for the song “Untukmu” that you and the band Hailback had composed for me, really makes me miss the day we met and play around the city, I wait for you to visit my city too, so soon! :)
Subscribe to:
Posts (Atom)