Sunday, March 20, 2011

For The Future


In this story called "life",
You are the star of your scenes.
If you're not happy with something,
Go ahead and rewrite it the way you want.

It can't be any fun complaining,
Without doing anything...
C'mon, let's go!!

C'mon, let's fly in that sky once!
Aim for the limit at full speed --
For the future!

(For The Future by Do As Infinity)



Uf…  I’m a bit tired these days. Many things happened this late two weeks, rushing my body and also my mind. Time have no tolerance for the weak body or lazy mind like mine :D hehe! What was happened in my life lately?

I’m sorry I had no time to write a long post before, I just shouted many quicknotes and post several short journals. After the “automatic deletion by my handphone” incident, I suddenly lost my mood to write anything in the blog, especially using that device. And during last week, I didn’t bring my Chou Chou (the notebook pc) while I went to Jakarta and Bandung.

Hahaha... gimana ceritanya tuh aku bisa nyasar di dua kota tersebut? Hm, rasanya kok setelah lulus jadwalku cuma jalan-jalan aja ya... (pengangguran sok sibuk!). Hm, bukan begitu juga sih, sama seperti fresh graduate yang lain, aku juga menyibukkan diri meraih masa depan.

Setelah upacara wisuda, beberapa teman mulai saling tanya-menanya mengenai rencana masa depan satu sama lain. Beberapa ada yang udah jelas (udah dapat pekerjaan sebelum lulus), beberapa ada yang sudah jelas (rencananya), beberapa masih bingung, beberapa masih geje. Mungkin sebagian orang menyangka aku termasuk kategori yang terakhir, sampai-sampai ada yang bilang “Kamu itu pengangguran paling bahagia yang pernah kulihat,” hahaha…

Nampaknya begitu ya? Mungkin aku nampak bahagia, karena apa yang kupikirkan sudah jelas. Jalan mana yang mau aku tempuh dan cara-cara apa saja yang akan aku lewati. Simple banget ya? Nggak begitu juga, semua keputusan dalam hidup ini beresiko dan nggak ada yang mudah. Aku sadar penuh dengan kapasitas yang kupunya ini jalanku nggak mungkin semulus jalan tol seperti makhluk-makhluk yang memakai selempang “Cum Laude” waktu wisuda. Salahku juga sih, kenapa waktu kuliah aku pake acara santai-santai terus. Tapi sekarang juga bukan waktunya buat menyesal, toh nggak mungkin kan angka di transkrip bakal tau-tau berubah jadi 3.51 hanya karena kena tetesan air mata? (iyalah, yang ada juga malah tintanya jadi burem!)

Making decision in life requires deep consideration.

Walaupun aku nampaknya “lalalala~” gini, aku bukan tipe orang yang bisa seenak jidat mengambil keputusan. Terutama keputusan-keputusan penting yang bakal menentukan hidupku bertahun-tahun ke depan. Mau jadi seperti apa aku ini 10, 20, 30 tahun ke depan? Bak bikin masterplan kawasan, aku pun harus bikin masterplan hidupku sendiri.

Aku pernah tanya sama papaku,

“Aku ini hanya cewek yang biasa banget, bolehkah aku bermimpi tinggi-tinggi? Aku tau aku bukan anak kecil lagi yang memang harus bermimpi setinggi langit, aku juga harus liat realita, kondisi eksisting-ku yang hanya kayak gini, apakah bisa menjadi orang hebat suatu hari nanti?”.

Papaku, seperti biasa membalasnya dengan senyum dan memandang mataku lekat-lekat,

“Siapapun boleh bermimpi, termasuk kamu. Siapa bilang mimpi setinggi langit itu Cuma boleh untuk anak kecil? Papa yakin kamu yang sekarang sudah cukup dewasa untuk melihat realita, dan menentukan jalan mana yang akan kamu tempuh untuk mewujudkan mimpimu itu,”.

Aku masih bimbang,

“Tapi, aku ini bener-bener orang yang sangat biasa-biasa saja, bukan seperti Ikal atau Arai yang dari daerah pelosok tapi bisa jadi orang hebat. Aku ini yang begini-begini aja, I think there’s nothing special in me,”.

Papa ketawa,

“Nggak semua orang se-beruntung kamu, Ajeng (romantis ya papaku kalo manggil…), mana ada orang yang seenaknya kayak kamu ini bisa masuk UGM, dan nggak banyak orang yang se-ngeyel kamu ini masih bisa bertahan hidup dari sakit waktu itu,”.

SIAL. AKU NANGIS.

Seketika aku sadar, aku sendiri lah yang menciptakan “tembok” kaca itu, sebenernya segala hal yang rasanya nggak mungkin itu bisa aku raih, kalau aku tidak “mengurung diri” dengan batas-batas yang sebenarnya bisa kurobohkan sendiri. Ah… Aku jadi optimis lagi. Ayo semangat mengejar mimpi! Jalan menuju ujung pelangi itu nggak hanya satu, tapi banyak… widen your sight, jangan persempit pikiranmu sendiri dan menciptakan batas-batas lagi. Suatu hari, aku pasti bisa menjadi professor! Khah khah khah!!!

Aaand, now, I also have someone who trapped himself into a labyrinth named me :D He’s such a kind man. When I shared this utopian dream with my man (long before I decided to get together with him), surprisingly he enthusiastically listened to aaaalll my craps and still didn’t see me as a freak-dreamer-girl.

Why I ended up having a relationship?

Beberapa teman seper-jomblo-an menanyakan keputusanku yang terkesan mendadak ini. Ah, sebenernya nggak mendadak juga, karena proses yang kami perlukan untuk itu nggak cuma dilalui sebulan-dua bulan aja. Juga bukan karena sebelumnya aku galau dan jadi asal maen samber kesempatan aja. As I wrote before, aku bukan tipe yang gampang membuat keputusan seenak jidat. Aku mondar-mandir, kayang-kayang, salto-salto, nggak jelas banget dah hanya untuk memikirkan dia. Bohong bohong, aku nggak bisa kayang dan salto ding :D

After quite long considerations, dan beberapa malam berdoa, akhirnya aku cuma bisa mengatakan, “Sekarang tanggal berapa?” sama dia buat mengatakan “ya” saking saltingnya. Hahaha...

Hanya dengan dia, aku tidak memberikan syarat apa-apa kecuali menyayangi aku, dan nggak berekspektasi macam-macam terhadap hubungan ini. Aku ingin menjalaninya secara natural, walaupun mungkin nggak semuanya akan berjalan baik-baik saja, tapi aku harap bisa melaluinya dengan baik. Kalau dia memang jodohku, hope he’s the one I can draw a future with, and he become the home where I always be back to...


6 comments: