Sunday, December 26, 2010

Souvenir dari Merapi

Oke friends, I wasn’t visiting Merapi area today, but I was about to have lunch in my favorite restaurant Jejamuran, and suddenly my eyes catch such an interesting thing in a souvenir stall around the restaurant.



Yup!!! Menarik kan? Dijual VCD dokumentasi erupsi Merapi 2010. Oke, buat yang nggak tertarik, mungkin akan berpikir ini sekedar memanfaatkan peluang aja dari musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Merapi beberapa minggu lalu. Tapi sekarang Merapi (syukurnya) udah mulai tenang, tapi saudaranya, Gunung Bromo yang mulai bergejolak. Sayangnya berita erupsi Gunung Bromo nggak seheboh Merapi waktu itu, karena ketutup sama hingar-bingar euphoria Piala AFF. Kasiannya…

Oke, back to this interesting piece. Awalnya aku juga berpikiran kayak gitu sih, “Wow, ada juga orang yang menjadikan dokumentasi bencana sebagai souvenir yaaa…,”. Aku berlalu begitu aja melewati lapaknya dan menikmati makan siangku di Jejamuran. Sedikit pamer, menu makan siangku ini bener-bener enak, sampai-sampai aku rela nahan laper di perjalanan dari rumahku di Prambanan sampe ke Sleman, kira-kira 25 km lah, dengan perut udah laper kruyuk begitu sampai di tempat. Mana pake ngantri buat dapet tempat duduk pula. Kruuuk… Sambil nunggu makanan jadi, aku SMS-an sama temenku di Surabaya, ternyata dia penasaran juga sama tempat makan ini. Yup, sesuai namanya, tempat makan ini menyediakan menu-menu dari bahan dasar jamur-jamuran yo ge ge thok. Ada sate jamur (yang paling yummy versi adikku), tongseng jamur (my fave), rendang jamur (my parent’s choice), lumpia jamur, dadar jamur shitake, dan lain-lain yang berjamur (lho?). Silakan membayangkan dan ngiler sendiri. Hahahaha!

Wah, sepertinya aku mulai keluar jalur ya ceritanya. Oke oke, jadi habis kenyang menyantap hidangan berjamur itu (waks!), aku kok tiba-tiba kepikiran sama jualan VCD tadi ya. Kok menarik sekali… Di tengah maraknya wisata bencana di Jogja tercinta, ada juga yang menawarkan souvenir dokumentasi bencana sebagai pelengkap. Komplit sudah!


Antara etika dan informasi

Essentially, aku nggak setuju sama wisata bencana dan sejenisnya, termasuk orang yang nonton banjir lahar dingin di Kali Code. Selain bahaya dan terlalu riskan, rasanya nggak etis aja ya… musibah kok dijadikan tontonan. Beda misalnya kalau sudah agak lama berlalu, ya at least sampai bencananya bener-bener berhenti dan masa berdukanya selesai. Coba bayangkan, lagi panik-panik dan sedih-sedihnya kita ditinggal sanak saudara karena musibah, eh… ada orang-orang yang segar bugar sehat wal afiat dan bahagia datang buat foto-foto dengan latar belakang lokasi musibah plus korban-korbannya, males banget nggak sih? Kira-kira begitu.

Tapi keberadaan si VCD dokumentasi ini membuatku berpikir agak lain. Waktu kutanya sama penjualnya, ini siapa yang bikin? “Ini suami temen saya, dia kameraman yang jadi korban erupsi Merapi, istrinya yang minta tolong saya njualin” ehm, bener atau enggaknya pernyataan itu, tapi aku cukup tersentuh juga. Apa juga tujuannya ya? Sekedar memanfaatkan peluang (yang aku tau ini bakal cuma sesaat) atau emang pengen menyebarkan informasi? Akhirnya mamaku beli VCD ini (FYI, beliau emang kerjanya koordinasi urusan kesehatan saat bencana).



Sampai rumah, kami tontonlah VCD ini bersama-sama. Cukup lengkap juga, mulai dari sebelum Merapi meletus, waktu upacara Labuhan yang dipimpin Mbah Maridjan, evakuasi lansia dan balita, sampai erupsi yang melanda Cangkringan (yang mana kata si mbak penjualnya, kameraman ini menjadi korbannya). Lengkap juga, dan informatif. Salut buat kameraman dan editornya.

Aku jadi mikir, orang Jogja sekarang mulai kreatif ya? Mulai sadar pariwisata, sadar dikunjungi orang banyak, sehingga menimbulkan ide-ide baru buat memasarkan daerahnya. Sebagai (calon) planner, ini bener-bener keren. Selama ini aku selalu berpikir kalau wisata di Jogja itu hanya seperti permen tanpa bungkus, walaupun manis, tapi nggak menarik buat dibeli karena kemasannya kurang meyakinkan.

Apakah kemasan wisata itu?

Wisata nggak hanya bisa dijual obyeknya. Ambil contoh wisata alam Merapi. Bagi kalian yang pernah berkunjung ke Kaliurang dan sekitarnya, disana ada gardu pandang, ad ataman bermain, ada museum, ada vila-vila, ada tempat makan, dan lain-lain. Itu baru kemasan fisiknya. Atraksi lainnya? Seingetku sih ada pertunjukan Jathilan setiap hari Minggu, terus ada juga wisata kuliner jadah-tempe, trekking, dll. Tapi sayang, apa sih yang bakal kita bawa sebagai cenderamata dari situ? Yaaah… kadang ada juga sih yang jualan foto-foto Gunung Merapi, atau bunga edelweiss kering, tapi kok kayak kurang ada touch-nya gitu…

Nah, VCD ini bisa jadi cinderamata yang cukup menarik buat melengkapi “kemasan” itu. Dengan harga yang cuma 25.000 rupiah, penonton bisa dapat informasi dokumentasi lengkap mengenai erupsi Merapi yang paling menghebohkan satu dekade terakhir ini. Isinya komplit, walaupun secara sinematografi rasanya kayak nonton acara mbangun deso di TVRI tahun 90an, bukan kayak nonton dokumentasi ala Metro TV atau TV One. Tapi secara konten, saluuuut… video ini nggak se-lebay yang di tipi-tipi, walaupun esensi ketegangannya masih kerasa.

Here’s some caps of the movie

Ritual Labuhan yang dipimpin Mbah Maridjan (kiri) dan proses evakuasi sebelum erupsi (kanan)

Proses evakuasi lansia dan balita

Detik-detik sebelum letusan Merapi

Desa Kinahrejo dan sekitarnya setelah erupsi Merapi

Oke friends, bagi kalian yang berminat, silakan datang ke Jejamuran dalam waktu dekat ini. Soalnya aku nggak tau, apa dia masih jualan disana atau nggak kalo kalian kelamaan. Sebenernya aku bisa aja sih ngopy, tapi kok ya… nggak tega aja mbajaknya. Hahaha…

15 comments:

  1. Agree. Buat saya itu tak ada bedanya dengan pesta di atas kuburan. Mestinya kita di sana itu berdoa buat arwah2 mereka yang tewas, eh malah pada foto2...:(
    Semoga mereka yang seperti itu diberi petunjuk olehNya.

    ReplyDelete
  2. Amiin... semoga bencana ini cepat berlalu, dan Jogja jadi tanah yang subur!!! yeah!!
    btw kali yang deket tempat KKN ku sekarang jadi tambang pasir lahar dingin. ngak2... padahal di radius 20km, lumayan juga ya

    ReplyDelete
  3. hohoho... dadar jamur shitake itu favorit keluarga, sayang sekali kemaren waktu kesana habis... (T_T)w

    ReplyDelete
  4. maklum kak, internet saya lambatnya kayak siput,... dan suka salah2 perintah
    nguk bgt deh hehehe

    ReplyDelete
  5. Sama deh, makanya aku parno kalo mesti quote...Lihat2 dulu modemnya apa awkawkawk XD

    ReplyDelete
  6. setuju
    itu Lumpur Lapindon sekarang bukannya juga jadi wisata bencana ya? udah lama juga sih. Tapi itu kasusnya gimana? ga selese-selese kayaqnya? apa ga bisa diberhentiin? mw pulau jawa tenggelem?

    ReplyDelete
  7. penasaran ma VCD nya
    berapaan mereka jualnya? oh 25ribu ya? pesen dong satu kirimin kerumah gwe

    wew ada makan-makanan jamur? mw (banget) dong
    "Seperti permen tanpa bungkus" makanya kalo gwe lagi liburan kejogja pinku jadi pengarah wisatanya dong, kasih tw tempa-tempat yang bagus ^^

    ReplyDelete
  8. bener kak, tergantung modemnya, ini aku lagi pake semar adikku, moga2 ke quote dengan baik. hahahaha

    ReplyDelete
  9. hahaha, itu kasus yang bener2 ribett abis... sebenernya itu area yang riskan juga untuk wisata bencana, bukan nggak mungkin tanggulnya jebol saat orang2 lagi asik2nya liatin lautan lumpur. ya nggak??
    kalo pulo jawa mau tenggelam? wallahualam. hahahaha

    ReplyDelete
  10. boleh2, ntar kalo masih ada aku kirim buat kamu deh. hehehe...

    yup, ayo maen ke Jogja, I'll be your guide. banyak tempat2 seru yang nggak ada di buku wisata, atau menikmati wisata normatif dengan lebih seru. kabarin aku kalo kamu ke jogja!!! oke?

    ReplyDelete
  11. wah gtw dah kapan ke jogja
    soalnya kalo keluar daerah ma keluarga mulu perginya

    ReplyDelete