Ahaha… aku habis belajar nih, urban design process, hehehe, nggak nyambung banget ya sama judulnya? Ah, whatever lah, tapi tadi setelah makan ke burjo Bondoroyot (di dekat tempatku KKN), dalam perjalanan pulang aku terpikir sesuatu, teringat seseorang.
“Untuk menjadikan sesuatu istimewa semua harus tepat, yaitu suasana, tempat dan timing-nya…”
Aku pikir-pikir lagi… ahhh!!! Benar juga ya!
Aku sudah beberapa kali membuat teori tentang cinta, ketika aku jatuh cinta, tapi kali ini aku sedang menjomblo dan (sangat) iseng memikirkan teori ini. Peringatan: teori yang dibuat oleh seorang jomblo jangan dipercaya 100%, buat dirinya sendiri aja susah, kok buat orang lain!! Hehehe….
Cinta ternyata memang harus tepat waktu ya, ketika momennya lewat, cinta itu nggak mungkin terjadi lagi, kecuali ada keajaiban. Beberapa kali aku menemui kasus serupa. Ketika seorang sahabat (cewe) suka sama seseorang (cowo). Dia punya/meluangkan waktunya buat memikirkan dan memperhatikan cowo itu. Bahkan ketika ternyata cowo itu suka sama cewe lain. Perhatiannya (si cewe) buat cowo itu selalu ada. Tapi si cowo nggak merespon sinyal perasaan temanku ini.
Akhirnya waktu pun berlalu. Si cewe mulai punya kehidupannya sendiri. Sibuk dengan kegiatannya, lingkungannya, bahkan sudah punya pacar. Si cowo mulai menyadari, ternyata ada perasaan suka sama temanku ini. Padahal dia sudah punya pacar juga. Perasaan “terlarang” ini pun berkembang. Dia (cowo) mulai mendekati temanku. Dan karena temanku ini pernah suka sama dia, dia pun merespon perhatian dari cowo ini. Tapi… ternyata… jauh di dalam hatinya(si cewe), sosok cowo ini sudah nggak ada lagi. Hanya keinginan untuk berteman baik saja. Tapi si cowo sepertinya memaksakan untuk “lebih” sama temanku ini. Akhirnya, seperti yang sudah kuduga, kisah ini nggak bisa dilanjutkan. Momennya hilang. Sinyal perasaan itu kini sudah nggak sama lagi.
Aku mencoba-coba menganalisa lagi teori tersebut dengan kondisi empiris di lapangan (halah, bahasane), lalu aku tanyakan ke beberapa orang (cewe) juga. Kenapa seperti itu ya?
…
Seperti ada semacam luka di dasar hatinya, ketika cinta itu nggak direspon sama si cowo, dan cenderung diabaikan, kemudian luka itu membekas dan sulit disembuhkan. Hal ini menimbulkan sedikit “dendam” di hatinya, yang mana pembalasannya kira-kira seperti ini. Ketika si cowo mulai PDKT, ternyata si cewe sudah punya pacar/menikah atau disukai sama cowo yang (kira-kira) spesifikasinya lebih baik daripada si cowo itu (emangnya computer???). Dan saat itu tiba, dalam hati si cewe tertawa keras-keras,
“Sorry boy, I’m no longer interested in you…”.
Aneh, cinta memang aneh. Harus benar-benar tepat sasaran, baik suasana, tempat dan timingnya.
Sekitar 20 jam yang lalu, aku juga menulis QN tentang be ignored, benar-benar sakit rasanya, dan aku nggak tau, kejadian seperti di atas bakal menimpaku lagi atau nggak. Tapi yang jelas, jika memang jodohku, semua akan tepat pada waktunya.
Hmm… Ima, iro iro na koto kangaeteru…
be ignored....
ReplyDeletesankyuu koreksinya mas merah putih ^^v
ReplyDeleteiro iro na koto...
ReplyDeletehyaaahh... lagi2 koreksi... arigatou... ^^v
ReplyDeletesemoga bukan ini yang terjadi padaku saat ini.
ReplyDeleteamin.
wah..ilmu baru nih.
ReplyDeletefotonya ngena.self-timer?
amin....
ReplyDeletehahahahah!!! cuma teori saya saja kok mas
ReplyDeletehm, itu sebenernya foto lama, sudah 4 tahun yang lalu, bukan self timer, tapi difoto sama adik
jadi gitu yah? berarti aku sering ga tepat waktu nih,
ReplyDeleteMungkin juga mas.. Gelombangnya harus sama dulu^^
ReplyDelete