“Kamu pernah bilang kalo cinta dan relationship itu beda kapasitasnya,
dan menurutku kalimatmu itu keren!”
dan menurutku kalimatmu itu keren!”
Itu kata seorang temanku dalam sebuah conversation di YM beberapa hari lalu. Hmm.. aku pikir lagi. HAA?? Keren? Dari mananya?
I’m still haven’t found which part he could say it cool.
I’m still haven’t found which part he could say it cool.
Cinta. Kata dengan efek terdahsyat setelah kangen dan sayang. Setelah putus cinta sekitar 7 bulan lalu, aku masih mencari apa itu yang orang sebut dengan cinta (dalam konteks hubungan antara perempuan dan laki-laki). Cinta apakah akan selalu diasosiasikan dengan relationship? Mungkin aku kebanyakan berpikir yang nggak penting-penting, tapi benar, menurutku cinta dan relationship itu kapasitasnya beda.
Aku pengen mencintai seseorang itu dengan tulus, tanpa harus ada tuntutan dari status “in a relationship” tersebut. Bukan, bukannya aku nggak mau in a relationship lagi. Aku hanya berpikir, saat seseorang sudah dalam “ikatan” yang nggak resmi itu, maka akan menjadi semakin banyak ekspektasi yang timbul akan hubungan tersebut. Dari aku, atau dari pasanganku.
Iya, ekspektasi. Ketika mencintai seseorang, tanpa ekspektasi berlebih, rasanya lebih smooth dan nggak ribet. Nggak akan ada pertanyaan “kamu kangen aku nggak?” atau “kamu masih sayang sama aku nggak sih?” huuff… capeeek deeh. Kalau seseorang sudah cinta, tanpa ditanya pasti akan bilang “aku kangen lho” atau “aku sayang sama kamu” dengan sendirinya, semuanya mengalir tulus.
Mungkin paradigma aku terhadap cinta dan relationship sekarang mulai bergeser. Jujur aja, ini pertama kali dalam hidupku menjomblo se-lama ini. Baru sekitar 7 bulanan sih. Tapi jika aku masih memakai paradigma lamaku, mungkin aku sudah punya pacar sekarang, dan entah setahun atau dua tahun lagi aku mungkin akan mengalami hal yang sama, bubar jalan!!!
Aku mulai memandang relationship bukan hubungan yang mudah untuk dijalani. Hubungan yang pakai perasaan itu berat, dan kalau belum siap, lebih baik jangan terburu-buru mengambil keputusan. Aku nggak tau kapan dan dengan siapa aku akan memulai lagi hubungan relationship itu. Entahlah. Ini tergantung takdir… timing dan person-nya. Tapi aku harap jika aku memulai lagi, itu adalah hubungan terbaik yang pernah kujalani, hubungan yang punya tujuan yang jelas.
Ini bukan soal komitmen, menurutku komitmen itu hanya ada di pernikahan. Tapi masalah bagaimana proses kami untuk saling mengenal masing-masing pribadi dan latar belakangnya. Aku nggak menetapkan spesifikasi tinggi-tinggi, yang penting compatible. Pribadinya, keluarganya, latar belakangnya, gaya hidupnya, tujuan dan cita-citanya, semuanya bisa selaras.
Kaya tumbu oleh tutup lah!
Menjalani hubungan pun nggak harus terlalu terlalu kaku pada pakem pacaran, mesra-mesraan aja. Aku lebih ingin berbagi dengan seseorang yang bisa “berperan” menjadi kekasih, sahabat, bahkan kakak. Bisa diajak bersenang-senang maupun bermellow-mellow, bercanda gila maupun ngobrol serius tentang masa depan dunia, dan (terutama) menyukai baik sisi baik maupun sisi jelekku yang nggak standar dan devilish ini. Hahahah…
Entahlah, once more, bukannya aku sinis dan trauma nggak mau menjalani relationship lagi, tapi yaaa… itu apa, cinta dan relationship itu kapasitasnya beda. Otak (atau hati)ku belum sanggup kayanya menampung kapasitas itu, prosesorku masih belum pentium nih. Siapa yang mau (dan bisa) meng-upgrade-nya?
“Even a queen needs a man to be care of her...
You can take care of me, aren't you?”
You can take care of me, aren't you?”
(Kwang Ja Rak, from Invicible Lee Pyung Gang)
Munafik kalo aku nggak pengen punya kekasih. Kalo ditanya pengen, pengen banget. Hmm, aku tidak mengasosiasikan diriku sebagai “ratu” seperti di atas lho, masih terlalu jauh buat aku lah. Tapi sehebat-hebatnya seorang perempuan, pada dasarnya, pasti tetap butuh seorang pria. Begitu juga sebaliknya (mungkin). Se-happy-happy-nya aku hidup menjomblo hina gini, pasti ngiler juga liat yang pada pacaran. Apalagi kalo malem mingguan, aku geje, cuma jadi obat nyamuk bakar, ndepis di pojokan dan berasap… hahahaha, old joke.
Anything would happen, I still believe that there is a man who wait for my love.
Seseorang yang bisa “mengalahkan” aku dan membuatku nyaman bersama dia.
I don’t wanna force myself to make it, just take it slow, let it flow, naturally.
If there’s still the same feeling, let’s start loving…
왜, 넌 모르니
넌 날 모르니
널 원하는 내 맘 모두 다 가져가줘
...
Love, 내게 와. 넌, like this.
So Love, 기다린 너란
True love, 다가와 넌 like this.
One Love, 넌 내게 넌 내게로
Why, don't you understand me, don't you know
I want for you to have my heart, completely all of it
...
LOVE, come with me, you like this
SO LOVE, I'll wait for you completely,
TRUE LOVE, come to me like this
ONE LOVE, you and me, you and me together
(Love Like This - SS501)
Seseorang yang bisa “mengalahkan” aku dan membuatku nyaman bersama dia.
I don’t wanna force myself to make it, just take it slow, let it flow, naturally.
If there’s still the same feeling, let’s start loving…
왜, 넌 모르니
넌 날 모르니
널 원하는 내 맘 모두 다 가져가줘
...
Love, 내게 와. 넌, like this.
So Love, 기다린 너란
True love, 다가와 넌 like this.
One Love, 넌 내게 넌 내게로
Why, don't you understand me, don't you know
I want for you to have my heart, completely all of it
...
LOVE, come with me, you like this
SO LOVE, I'll wait for you completely,
TRUE LOVE, come to me like this
ONE LOVE, you and me, you and me together
(Love Like This - SS501)
Hope this will be my last note about love, I kinda tired of making all of those stupid craps and worthless theories, hahaha…
But
Could I be stopped?
Let’s see…
----------------------------
Picture credit to Ilma "late braking" Az-zahra
(http://latebraking.awardspace.co.uk/)
CINTA-> cerita indah namun tiada arti
ReplyDeleteya ampuu u u un
ReplyDeletekakak!! pengalaman pribadi..
hmm... processor below pentium? I think the money for buying the "quite fair" computer is not much this recent time :P
ReplyDeletea good expression ^__^
ReplyDeletei think we have the same opinion about love heuheu
ReplyDeletekak isaansori: but im not a real computer actually. hehe... money can buy anything, but it can't buy love.. hyah, standar bgt ya!
ReplyDeletekak isaansori: but im not a real computer actually. hehe... money can buy anything, but it can't buy love.. hyah, standar bgt ya!
ReplyDeleteBagus bgt trid tulisanmu!! aku juga punya pemikiran yg sama...
ReplyDeletenyantai aja trid, go with the flow...nanti kan indah pada waktunya..hehe :)
hahaha... yeaaahh...
ReplyDeleteits nice to know we had the similar opinion ^^
wah, jadi terharu nih dibilang bagus... hehehe... thank you wastu for appreciated my post.
ReplyDeleteYup, cinta bukan sesuatu yang dicapai (to reach) tapi ditemukan (found)
hahaha...
kamu juga semangat yaaa!!!
relationship otomatis butuh cinta..tp cinta ga selalu butuh relationship..itulah kenapa dlm relationship selalu ada syarat...tp dlm cinta ga pernah...
ReplyDeleteitu lah kenapa dlm relationship ada batasan...tp dalam cinta ga ada...
emang makin kesini, esensi dr relationship itu makin burem,,kabur n makin ga bs dipahami..ga lebih dari sekedar status sosial yang mebedakannya dengan jomblo hina aja..hahahaha...lebih dari itu, ga ada yang menjamin bahwa kehidupan percintaan seseorang dengan status berpacaran itu selalu lebih baik jika dibandingkan dengan yang berstatus single..
so, mau ga mau ya kembali ke perspektif masing2 tentang pemaknaan dr nilai2 yang dibawa dlm "paket in relationship" itu aja..
mungkin sedikit menggeser paradigma lama yg hanya berorientasi pada tujuan (yg akhirnya sering "bertransformasi" jd paksaan dan tekanan itu), untuk mulai mempertimbangkan orientasinya ke arah PROSES..klo prosesnya baik, pastinya kan akan bermuara ke hasil akhir yang baik jg..
jd, jangan pernah mengabaikan frekuensi terjadinya tekanan dlm relationship hanya krn iming2 tujuan akhir aja...bahaya kan..tiwas kesel2 tekanan batin, ujung2nya bubar jg..??hehehe...rugi jiwa dan raga...fisik mental...waktu, uang dan tenaga..
bukan bermaksud menghalalkan yg namanya HTS atau gonta ganti pacar..tp lebih kepada mengasah feeling n bersikap aware aja..ati-ati sebelum memutuskan untuk berpacaran..gitu kira2..
toh ya semua yang baik akan datang di saat yang baik, tempat yang baik, kepada orang yang baik dan dengan pasangan yang baik jg..
hahaha...^^
hahahaa... yup, I agree with you
ReplyDeleteyag\h... kesalahan yang kebanyakan terjadi adalah kita terlalu terfokus pada tujuan akhir, bukan proses. dalam hal ini seharusnya kita lebih banyak bersyukur bisa saling mencintai dengan "dia" saat ini...(qoute from Charlize Theron) apa yang terjadi besok, siapa yang tau?
semangat buat kamu mbak!!!
prosesnya itu, dijalani saja... tapi jangan sampai menyiksa diri
okeee???
hahahahaha...pembicaraan yang sangat klasik diantara 2 anak manusia berbeda status percintaan..tp toh qta sepaham2 aja...artinya kan walopun teori cinta sangat dipengaruhi oleh persepsi dan latar b2lakang pengalaman pelakunya, tetep aja ada hal2 yang bs digeneralisasi dan "dilegalkan" sebagai kebenaran umum..hahaha..bahwa relationship yang baik itu tidak akan pernah saling menyakiti..dan dlm prosessnya hanya akan membawa pada kebaikan, apapun endingnya..
ReplyDeletehohooho...smangaaaatt!!
hahaha LIKE THIS mbakkk!!
ReplyDeleteduhhhh... sebenernya ini topiknya udah lama banget, cuma baru bisa aku tulis, dengan pertimbangan moment dan pemikiran yang panjang. hasil pengalaman bertahun tahun dan berinteraksi dengan banyak orang
halah
hahahaha... btw tq for share... ^^