Tuesday, February 2, 2010

Mengalah Bukan Berarti Toleransi Lho!


"Mengapa selalu aku yang mengalah...?
Tak pernahkah kau berfikir sedikit tentang hatiku??"
(Seventeen)



Hhhaah, baru aja kepikir. Bener-bener nyesek juga ternyata. Dalam hubungan interrelasi dengan sesama manusia, kadang hal ini sering banget terjadi, walaupun emang dalam hati nggak bisa munafik kalau nggak bisa menerima hal tersebut.

Dalam hubungan dengan orang-orang di sekitar, menurutku aku banyak sekali bikin mereka lebih banyak mengalah padaku, dengan berbagai excuse. Walaupun bener, nggak semuanya bisa menerima dengan tulus dan menjalaninya dengan sabar.

Orangtua adalah orang yang paling toleran terhadapku, menyikapi segala yang kulakukan dengan sabar dan telaten. Ini nggak cuma berlaku sama aku sih. Bagi kalian, pastilah orangtua kalian yang paling sabar. Hehehe... itu sih bukan mengalah, tapi toleransi, yang dilandasi dengan niat tulus ikhlas.

Oke, sebelum aku mulai oot, kita balik lagi ke topik.

Aku nggak tau, kenapa setiap pacaran aku selalu menerapkan teori yang diajari olah papaku ini, "Kalau jodoh, pasti bisa mentolerir segala kekuranganmu, menerima segala keanehanmu dan bahkan menganggapnya nggak aneh,". Dan sebagai "orang yang aneh", aku pun menerapkan teori ini secara solid dalam prakteknya.

Tapi cinta memang buta, dan cinta nggak pernah pake logika. Sekali jatuh cinta, pikiran jadi nggak pernah rasional. Apa-apa buat dia, apa-apa kepikiran dia. Dan aku pun mulai terjebak dalam perangkap berjudul "asmara".

Sekalinya masuk dalam lingkaran venus itu, aku bisa berpikir irrational. Mengalah dan mengalah...dengan alasan toleransi. Mentolerir kebiasaannya merokok, mentolerir sikap cemburuannya yang berlebihan, mentolerir temperamennya, dan segala sikap/pola pikirnya yang lain. Honestly, deep in my heart, I couldn't accept that....

Tapi aku memaksa. Memaksakan diri, yang akhirnya menyiksaku juga menyiksa dia. Berharap kalau aku toleran, dia juga bisa mentolerir aku? Stop that thought!!! Itu sama saja memaksa perokok berat untuk berhenti merokok!!!

Aku nggak akan bicara panjang lebar soal rokok, itu pilihan sih.

Mengalah mengalah mengalah, wake up, cinta itu bukan soal mengalah. Buat apa mengalah tapi hati ngganjel? Perasaan tersiksa dan nyesek... jika emang nggak suka, bilang saja, jika emang nggak bisa menerima ya jangan dipaksa. Sungguh, hal ini baru bisa kumengerti sekarang. "Jangan pernah memaksakan hal yang menurutmu nggak wajar menjadi wajar, itu akan membuatmu menjadi insensitive, atau malah kebalikannya, hypersensitive...," Ah... lagi-lagi...

Dalam hubungan percintaan, banyak mengalah, bukan berarti toleransi lho. Toleransi itu bisa menerima dengan tulus ikhlas, nggak pake acara ada yang ngganjel di hati, dan nggak perlu dipaksakan... Mengalah, lalu expect someone to do it return, itu sama saja pamrih ah! Iya kalo iya, kalo nggak, cuma bisa nggondok, mendem perasaan nggak enak lagi deh.

Ya, papaku pernah bilang,
"Yang akan menjadi jodohmu adalah orang yang benar-benar bisa mengerti kamu, mentolerir kekuranganmu, dan menerima segala keanehanmu dan menganggapnya wajar, tanpa harus dipaksakan..."




Ah, papa...
someday I will certainly find him,
the one who can tolerate all my unstandard behaviors,
hahaha...
*kisses*

10 comments:

  1. wah udah bicara masalah jodoh nih...berat berat

    ReplyDelete
  2. menurut pengalaman pribadi
    mengalah ada dua jenis
    mengalah karena permasalahan akan selesai kalau da yang mengalah
    dan mengalah karena terpaksa
    kalo mengalah karena terpaksa inilah, sering berasa nyesek di dada, gak ikhlas, dll
    cuman kalo pingin nggak ngalah, kok ya gak bisa

    ReplyDelete
  3. hahaha... berat juga di aku mas ^^v hihi

    ReplyDelete
  4. yup yup, bener nih
    apalagi sama pacar yang notabene bukan siapa-siapa, kadang ngalah sama adikku aja berat
    hahahahahaha
    ya itulah yang seharusnya, ngalah tapi nggak terpaksa, tulus, nggak membohongi diri sendiri

    ReplyDelete
  5. mungkin "chemistry"nya blom dapet *halah*

    ReplyDelete
  6. "cintailah seseorang layaknya kasih seorang ibu (yang normal, bukan ibu tiri di sinetron) kepada anaknya."

    oya,
    masih ada azam. seperti biasa.
    [nggak penting. geje]

    ReplyDelete
  7. udah nonton fever pitch atau the perfect catch(judul aslinya sih fever pitch tapi kalo di indo mungkin ikut judul australia jadi the perfect catch) nya drew barrymore ma jimmy fallon?
    sepertinya sesuai dengan tulisanmu kali ini

    ReplyDelete
  8. bener kok
    chemistry itu penting mas
    soalnya batas toleransi kita itu kan tergantung chemistry juga

    ReplyDelete
  9. hihihi,,, iya zam, biasanya pria suka wanita yang keibuan (iyalah, masa kebapakan...)

    hm,,, seperti biasa, geje
    kapan kita geje2an lagi zam??

    ReplyDelete
  10. referensi yang bagus
    nanti aku cari di rentalan deh mas
    hehehe... kadang film juga bisa jadi referensi kok ^^

    ReplyDelete