Thursday, April 15, 2010

Over Exposed Deh!

Beberapa hari yang lalu, aku habis ngopy folder dorama yang masih tertinggal di Treknol (Disk Crisis Center, remember?). Laper kyung kyung tapi pengen makan enak. Akhirnya aku pun SMS papa-mamaku, berkedok perhatian, nanyain “Papa-mama udah makan belum?”. Dibales deh, “Belum nak, kamu?”. Jelas dunk aku jawab belum (dengan agresifnya). Oke, singkatnya, kami janjian buat ketemuan di sebuah rumah makan.

Ternyata aku nyampe duluan. Aku cari kursi yang paling pewe, deket AC. Situasi di rumah makan itu nggak rame-rame banget sih, ada aku (masih seekor diri), ada pasangan di depanku, dan ada keluarga muda di depannya lagi. Oke, itu baru ilustrasi singkat.

Setelah pesen makanan dan minuman, aku pun ngadem di bawah AC, bengong. Lagi enak-enak ngadem, dalam keadaan laper kuadrat, nggak sengaja frame mataku meng-capture view yang (menurutku) sangat eye-catching. Seorang cowo, dan seorang cewe, duduk sebelahan, pandang-pandangan. Sampai disini nggak ada yang salah kan? Tiba-tiba pucuk mata kiriku memandang sesuatu yang janggal. Oh no… kakinyaaa… kakinya si cewe (tepatnya paha) berlipat-lipat di paha cowonya (damn, aku sampe nggak bisa mendeskripsikannya!), kalo dalam bahasa daerahku dibilang “pangkon” atau pangku-pangkuan. Duh… mana cewenya itu berjilbab tapi manjaaaa banget, dan cowonya ekspooossss banget. Sorry, no offense buat yang berjilbab, tapi please jaga sikap ya… sayang banget sana hijabnya tuh.

Aku bukannya anti bermesraan di public area ya, tapi paling enggak, ada batasan-batasannya. Empan papan, tau situasi dan kondisi lapangan lah, gimana cara bersikap dengan pasangan, terutama di public areas (real or virtual).

Contoh real ya seperti di atas. Kalau lagi jatuh cinta, dunia memang berasa bagai milik berdua, yang lainnya KOST! Pengennya dikit-dikit nunjukin kalau saling menyayangi. Sebenernya sah-sah aja, boleh-boleh aja, tapi… konsumsi private sama public itu beda. Kalau pasangan itu sendiri sih menikmati aja, tapi orang lain yang liat, risi… norak tau. Over exposed deh!


A public display of affection (sometimes abbreviated PDA) is the physical demonstration of affection for another person while in the view of others. Holding hands or kissing in public are commonly considered being unobjectionable forms of public displays of affection; however, what is considered objectionable depends on the context (Wikipedia).

Yup, kadar PDA sendiri emang depend on context. Buat kita di negara dengan budaya timur, yang terkenal masih sangat memegang norma-norma kesusilaan, sampai seberapa sih PDA itu nggak berlebihan. Sesuai dengan jamannya, mungkin sekarang, pegangan tangan, gandengan, belai rambut, dan rangkulan masih bisa ditolerir buat di lakukan di public area. Sedangkan kissing, apalagi grayang-grayang (duh istilahnya apa sih pegang-pegang nggak jelas gitu? mbathi?) is totally prohibited. Menurutku sih. Kalau di luar negeri, nggak hanya negara-negara barat aja, mungkin nggak terlalu care ya urusan kaya gini, kalau disini, walaupun kita nggak saling kenal (kayak ilustrasiku tadi), bukannya jadi iri (mentang-mentang belum punya partner), tapi risi banget lihatnya. Kayak nggak ada tempat lain aja. Nggak apa-apa kok kalo mau ngelakuin, tapi disesuaikan lah sama sikonnya.

Selain itu, terlalu show off di dunia virtual juga nggak bagus. Jujur aja, aku juga pernah terjebak dalam hubungan yang berlebihan gitu kok. Dan waktu aku lihat lagi, duuuh… malunya. Sampai temen-temenku heran juga, “Kok kamu bisa sih alay gitu?” dan aku bengong, eh, iya ya…? Cinta memang kadang membutakan…tapi memang begitu. Lain kali mungkin aku harus lebih aware, boleh lah kalo memang mau bermesraan, tapi di private area aja. Expose di public area juga boleh lah, tapi harus tau sampai mana porsinya… Kadang kalau lihat wall FB temen-temen yang berpasangan, ada nih… yang cewenya lebay setengah mati… setiap menit ngewall “Chayank… kangen niiich…chayanku udah maem belum?”, huuf… sampai nggak ada space lagi buat temen-temen si cowo. Dan makin lebay lagi kalo cowonya disapa sama temen cewe, apalagi mantarn crush cowonya, udah deh cewenya mulai nyolot. Dan sebaliknya kok, nggak cuma cewe aja (pengalaman pribadi dan hasil sharing dengan teman).

Itu baru pas lagi seneng-senengnya aja, giliran marahan, juga diekspos di STATUS. WEEEW… sampai-sampai kami sebagai temennya bak nonton telenovela lihat mereka perang status. Duh… friends, bukan niat menggurui, tapi sebaiknya yang kaya gini keep them in your private area, kalau mau lewat media internet, pilihannya banyak kok, ada e-mail, YM, private message, skype, dll, silakan dipilih. Tapi jangan di public space, kalaupun mau, tolong dibikin absurd se-absurd-absurdnya (dan tidak menyebut subyeknya). Etika dasar berinternet adalah menjaga kesopanan dan ingat bahwa ngomong di status FB itu sama dengan berteriak di tengah keramaian massa, kalau mencolok, pasti jadi pusat perhatian…

Eh, terus gimana dunk kalo yang udah nikah, kan sah-sah aja tuh mereka?? Hm, kata siapa? Kalo kata driver-ku, “Alah mbak… orang kalo udah nikah itu malah malu kalo mesra-mesraan gitu di luar, kan bisa ngelakuin di rumah, malah bebas ngapain aja,” wuahahaha… setuju dah!!

Tulisan ini bukan untuk nge-judge atau menggurui, tapi juga refleksi buat aku sendiri kok. Jalani hubungan yang sehat-sehat aja dan elegan. Kata papaku, hubungan yang elegan akan membuat orang lain segan, tapi mendukung dan mendoakan kelangsungan hubungan itu, kalau didukung dan didoakan banyak orang, betapa menyenangkannya hubungan yang dijalani itu ^^v

(NO BGM AFTER ALL…)


----------------------------
Picture taken in Eiffel, 2003

6 comments:

  1. hahaha... itu asli aku yang motret lho.
    boleh aja kalo mau jadi model selanjutnya mas... ^^ sepertinya seru

    ReplyDelete
  2. wah beneran??aku mau difoto gitu
    ya udah cariin model buat pasanganku..haha

    ReplyDelete
  3. wah, cari sendiri kalo itu, aku tinggal moto ^^d
    hahahaha *licik mode on*

    ReplyDelete
  4. Hahaha...belum juga sih kak..ini baru permulaan..

    ReplyDelete